Tuan Guru Haji Abdurrasyid, Pendiri pesantren Rakha Amuntai Utara

Daftar Isi

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Wafat
1.3  Riwayat Keluarga

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1  Mengembara Menuntut Ilmu
2.2  Guru-Guru Beliau
2.3  Mendirikan Pondok Pesantren

3.    Penerus Beliau
3.1  Anak-anak Beliau

4.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1  Karier Beliau
4.2  Karya-karya Beliau

5.    Referensi

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga 

1.1 Lahir
Tuan Guru Haji Abdurrasyid dilahirkan di Desa Pekapuran Amuntai pada tahun 1884. Sebagai anak tunggal beliau dididik oleh kedua orang tuanya dengan baik dan dalam suasana kesederhanaan.

1.2 Wafat
Pada bulan Januari 1934 beliau kembali ke Amuntai dalam keadaan sakit. Beliau dirawat oleh dokter Rumah Sakit Amuntai dengan perawatan di rumah. Pada hari Ahad tanggal 4 Februari 1934 bertepatan dengan tanggal 19 syawal 1353 H jam 16.00 di hadapan isteri, anak-anak dan keluarga serta beberapa orang muridnya, beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir berpulang ke rahmatullah.

Acara pemakaman beliau, dihadiri tidak kurang dari 200 ulama diantara 2000 orang yang ikut mensholatkan jenazah almarhum. Beliau dimakamkan di samping rumahnya di desa Pekapuran Amuntai pada sore hari Senin tanggal 5 Februari 1934.

1.3 Riwayat Keluarga
Dalam usia dua puluh tahun beliau menikah dengan Siti Fatimah anak Abdurrahman Sidik dan Masayu, orang yang terpandang di masyarakat. Fatimah mempunyai seorang saudara bernama Abdul Kadir. Perkawinan Tuan Guru Haji Abdurrasyid dengan Fatimah membuahkan enam orang anak, masing-masing bernama Zahrah, Muhibbah, Ramli, Zuhriah, Asnah, dan Ahmad Nabhan.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

Setelah menikah dan dikaruniai 4 orang anak (sebelum Asnah dan Ahmad Nabhan lahir), atas restu keluarganya Tuan Guru Haji Abdurrasyid pergi ke Mesir bersama sahabatnya H. Mansur dari Johor dengan menumpang kapal laut pada tahun 1912. Tuan Guru Haji Abdurrasyid orang yang pertama belajar di Universitas Al-Azhar. Beliau berhasil mengantongi Syahadah Al Alamiyah Lil Ghuraba.

Di Kairo beliau sempat menyusun kitab Perukunan. Hasil dari penjualan kitab tersebt sebagian beliau pergunakan untuk membiayai keperluan studinya di samping beasiswa yang telah diperolehnya dari Universitas. Untuk Menambah penghasilannya beliau bekerja pada sebuah restoran di kota Kairo, mendistribusikan roti kepada pelanggan dan membantu penerbit dengan men tashih beberapa karangan yang dicetak dengan bahasa Melayu.

2.2 Guru-Guru Beliau

  1. Tuan Guru Haji Umar Awang Padang Kelua
  2. Tuan Guru Ahmad Sungai Banar Amuntai
  3. Tuan Guru Jaferi bin Umar Teluk Betung Alabio
  4. Tuan Guru Abdul Rahman Pasungkan Nagara

2.3 Mendirikan Pondok Pesantren
Setelah bermukim selama sepuluh tahun di pusat pendidikan Islam itu Tuan Guru Haji Abdurrasyid kembali ke tanah air dengan terlebih dahulu singgah di Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Sejak tiba kembali di kampung halamannya pada tahun 1922, beliau memfokuskan perhatiannya pada bidang pendidikan. Sejalan dengan kehendak masyarakat masa itu, maka pada tanggal 13 Oktober 1922 beliau mulai membuka pengajian agama dengan mengambil tempat di rumah mertuanya. Model pengajiannya menggunakan sistem halqah di mana santri duduk bersila mengelilingi guru yang memberikan pelajaran.

Pada tahun 1924 dengan bantuan berbagai pihak beliau membangun sebuah langgar bertingkat dua yang terletak di tepian sungai Tabalong, tidak jauh dari rumahnya. Selain untuk shalat, langgar ini juga berfungsi sebagai tempat pengajian umum yang dilaksanakan setiap hari Sabtu mulai jam 10:00 pagi diakhiri dengan shalat dzuhur berjamaah.

Mulai dari mushola inilah Tuan Guru Haji Abdurrasyid mendirikan sekolah Islam yang dikelola secara modern. Sekolah yang dikelolanya memiliki lima lokal dengan perlengkapan belajar menggunakan meja, kursi dan papan tulis. Seiring dengan perkembangan pendidikan yang kiat diminati, maka dibukalah sekolah tingkat Tsanawiyah.

Pada tahun 1926 Tuan Guru Haji Abdurrasyid mendirikan gedung baru yang letaknya tidak jauh dari lokasi sekolah sebelumnya. Bangunan sekolah tersebut berbentuk “U” terdiri dari enam lokal yang dilengkapi dengan peralatan yang modern. Biayanya sebagian berasal dari pribadi beliau sendiri dan sebagian bantuan masyarakat, hingga berhasil dihimpun 7.000 golden.

Pada tahun 1928, sekolah itu resmi diberi nama Arabische School, dengan jenjang pelajaran dinaikkan hingga tingkat Aliyah. Pendirian Arabische School bertujuan untuk mencetak kader pendidik, guru, mubaligh dan pemimpin masyarakat. Dalam mengelola sekolah ini, Tuan Guru Haji Abdurrasyid mengajak kalangan ulama untuk berpartisipasi sebagai guru di Arabische School tersebut.

Arabische School mengalami kemajuan yang sangat pesat. Sekolah ini beberapa kali mengalami pergantian nama. Ketika beliau menyerahkan pesantren tersebut kepada Tuan Guru Juhri sulaiman (1931-1941), namanya diubah menjadi Al-Madrassatur Rasyidiah. Pemberian nama ini adalah untuk mengenang jasa pendirinya yaitu Tuan Guru Haji Abdurrasyid.

Ketika M. Arief Lubis (dari Sumatera) memimpin pesantren tersebut (1942-1944), pelajaran ilmu pengetahuan umum dimasukkan dan nama pesantren itupun diubah menjadi Ma’had Rasyidiyah. Pada masa kepemimpinan KH. Idham Chalid (sejak 1945) namanya dirubah lagi dengan Normal Islam, kemudian diganti menjadi Rasyidiyah Khalidiyah yang disingkat dengan Rakha (1963).

3. Penerus Beliau

3.1 Anak Beliau
Ahmad Nabhan

3.2 Murid Beliau
KH. Idham Chalid

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah

4.1 Karier Beliau

Karier Profesional
Pendiri Pondok pesantren Rakha Amuntai Utara

4.2 Karya-karya Beliau
kitab Perukunan

5. Referensi

https://www.ponpesrakha.com/

https://www.laduni.id/post/read/517825/tuan-guru-haji-abdurrasyid-pendiri-pesantren-rakha-amuntai-utara.html