Daftar Isi
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
1.2 Wafat
1.3 Riwayat Keluarga
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1 Mengembara Menuntut Ilmu
2.2 Guru-Guru Beliau
2.3 Mendirikan Pondok Pesantren
3. Penerus Beliau
3.1 Anak-anak Beliau
4. Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1 Karier Beliau
5. Referensi
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
KH. Ahmad Zayadi Muhajir, ulama Betawi yang terkenal santun dan tawadhu` ini, lahir pada tanggal 23 Desember 1918 di Kampung Tanah 80 Klender, Jakarta Timur dari pasangan H. Muhajir bin Ahmad Gojek bin Dato KH. Muhammad Sholeh bin Tinggal bin Syafiuddin dan Umi Anisah yang merupakan orang asli Betawi. Kakek buyutnya, KH. Muhammad Sholeh, yang dikenal dengan nama Mu`allim Ale adalah seorang ulama Banten yang hijrah serta menetap di Kampung Tanah 80.
1.2 Wafat
KH. Ahmad Zayadi Muhajir wafat pada hari Ahad, 14 Syawal 1414 H bertepatan dengan tanggal; 27 Maret 1994, di usia 76 tahun di Mushola Uswatun Hasanah yang terletak di kaki Gunung Jati, Cirebon ketika sedang melaksanakan shalat Jama` Taqdim sekitar jam 13.30 WIB. Beliau berangkat ke Gunung Jati dalam rangka kegiatan Ziarah Wali Songo yang diadakan rutin setiap tahun semenjak tahun 1974. Sebelum shalat, beliau sempat berkata kepada orang-orang yang akan melakukan shalat Jama` Taqdim, ”Saya tidak bisa mengikuti shalatnya kalian, dan kalian tidak dapat mengikuti shalatnya saya.”
1.3 Riwayat Keluarga
Pada tahun 1938, ketika beliau berusia 20 tahun dan masih mengaji di Kampung Bulak Cipinang Muara, beliau dinikahkan dengan Hj. Asmanih, putri H. Kirom, oleh gurunya, KH, Muhammad Thohir. Pada tahun 1948, untuk pertama kalinya, beliau bersama KH. Achmad Mursyidi, KH. Hasbiyallah, dan Hj. Asmanih serta tujuh orang yang masih mempunyai hubungan keluarga, bersama-sama melaksanakan ibadah haji.
Selama berkeluarga dengan Hj, Asmanih, beliau tidak diberikan keturunan sampai istrinya wafat pada hari Sabtu, 22 November 1986 pada usia pernikahan yang ke-48 tahun.
Setelah istri beliau wafat, KH. Ahmad Zayadi Muhajir kemudian menikah dengan Siti Fatimah, putri KH. Hasbiyallah Klender, teman sekampung dan sepengajiannya di Rawa Bangke dan Cipinang Muara. dalam usianya yang ke-68 tahun sedangkan istrinya berusia 17 tahun. Dari istrinya ini, beliau dikaruniai empat orang putra, yaitu Muhajir, Sholahuddin, Ali Ridho, dan Imam Husnul Maab.
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.2 Guru-Guru Beliau
- KH. Muhammad Thohir Cipinang Muara
- KH. R. Mustaqiem Rawa Bening Jatinegara
- Umi Anisah
- Guru Hasan dari Kampung Tanah 80
- Guru Karnain Pondok Bambu
- Guru Marzuqi Cipinang Muara
- Habib Ali Husein Al-Attas (Habib Ali Bungur)
- Habib Ali Abdurrahman Al-Habsiy (Habib Ali Kwitang)
2.3 Mendirikan Pondok Pesantren
Atas dorongan guru-gurunya, pada usia yang masih sangat muda, 15 tahun, KH. Ahmad Zayadi Muhajir mendirikan Pondok Pesantren AzZiyadah. Pada awalnya, Pondok Pesantren Az-Ziyadah hanya terdiri atas sebuah masjid yang sederhana, peninggalan dari buyutnya, Dato KH. Muhammad Sholeh.
Saat itu santrinya hanya 15 orang yang berasal dari masyarakat sekitar Kampung Tanah 80 Klender. Dua tahun kemudian, beliau bersama masyarakat sekitar secara bergotong-royong membangun tempat pengajian dan pondokan yang selanjutnya pada tahun 1948, kembali beliau membangun asrama para santri yang berbentuk permanen.
Pembangunan terus berlanjut dari tahun 1970. Pendidikan formal yang dibuka pertama kali pada tahun 1972 adalah Madrasah Az-Ziyadah dari jenjang Ibtidaiyah, Tsanawiyah, sampai Aliyah. Kemudian menyusul pembukaan Sekolah Tinggi Agama Islam Az-Ziyadah pada tahun 1990.
3 Penerus Beliau
3.1 Anak Beliau yang menjadi penerus beliau:
KH. Muhajir Zayadi
4. Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1 Karier Beliau
Pengasuh pesantren Az-Ziyadah