Daftar Isi
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
1.2 Wafat
1.3 Riwayat Keluarga
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1 Mengembara Menuntut Ilmu
2.2 Guru-Guru Beliau
2.3 Mendirikan Pondok Pesantren
3. Penerus Beliau
3.1 Anak-anak Beliau
4. Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1 Karier Beliau
4.2 Karya-karya Beliau
5. Referensi
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
Nama lengkap beliau adalah Muhammad Muhibbi bin Hamzawi, lahir di desa Kajen, Margoyoso Pati. pada tanggal 2 Februari 1938, dari pasangan H Hamzawie Amin dan Hj Fathimah Sukarti.
Beliau adalah anak sulung dari tiga bersaudara, dua saudara beliau yaitu Hj. Musti’ah Djayusman dan Hj. Musyarofah mundir beliau berasal dari keluarga orang biasa yang hidup prihatin di masa-masa kritis sebelum kemerdekaan bangsa Indonesia, dimana banyak para tokoh masyarakat yang diburu negeri penjajah.
1.2 Wafat
KH. M. Muhibbi Hamzawie pulang ke Rahmatullah pada kamis wage 03 maret 2005 / 21 Muharram 1426 dalam keadaan berbaring miring menghadap qiblat dengan tenang dan damai. Semoga amal, ibadahnya diterima oleh Allah SWT.
1.3 Riwayat Keluarga
Pengalaman perjalanan intelektual dan kiprah KH. M. Muhibbi Hamzawie di masyarakat tersebut telah membentuk karakter yang tegas, gigih, optimis dan terbuka. Peneguhan KH. M. Muhibbi Hamzawie sebagai seorang yang berkarakter dengan berbagai kemampuannya tersebut.
Akhirnya menarik perhatian KH. Baedlowi Sirodj untuk menjadikannya menantu, dan dinikahkan dengan anak bungsunya Hj. Nihayah. Tepatnya pada 15 september 1967, beliau mempersunting Hj. Nihayah yang kemudian memberikan tujuh anak, yaitu: Nashihatul Fathiyah, Qudwatun Niswah, Muhammad Amaruddin Shuheb, Muhammad Ulil Albab, Zainul Milal Bizawie, Eva Romdlonah, dan terakhir Ahmad Khoirul Muntaha.
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan
Beruntung terdapat beberapa kerabat yang mau membantunya untuk mengejar cita-citanya tersebut. Bersama bebrapa temannya, termasuk KH. MA. Sahal Mahfudz, KH. Moh. Ma’mun Mujayyin, dan lain-lain. Beliau menuntut ilmu di Pesantren Sarang Rembang kepada KH. Zubeir. Beliau juga selalu menambah pengetahuannya dengan cara mencari guru-guru lain di tempat lain pula.
Beliau juga pernah berjalan kaki setiap hari untuk untuk berguru di daerah terpencil yang jauh dari pesantren sarang hanya sekedar untuk mempelajari kitab yang dianggap sulit unutk dipelajari sendiri. Setiap bulan ramadhan, beliau juga selalu mengikuti pengajian kitab di pesantren-pesantren yang berbeda. Selain itu, beliau juga rutin menjalani tirakat untuk kebaikan, kemudahan dan keberkahan ilmunya.
Namun keahlian yang dikenal banyak orang adalah dalam ilmu falaq dan ilmu faroidl. Meskipun demikian kemampuannya dalam bidang fiqhiyah juga membuat beliau selalu ta’dhim agar tidak menimbulkan keangkuhan intelektual. Meskipun usianya tidak jauh beda dengan KH. MA. Sahal Mahfudz dan berteman cukup lama, namun beliau tetap ta’dhim dan menyebut mbah sahal sebagai gurunya.
Perjalanan intelektualnya ini tidak pernah berhenti pada satu titik dan selalu memberikannya secerah tekad dan merangkumnya dalam sederet kitab, seolah ingin memecahkan misteri sebuah ilmu. Bahkan hingga hampir tutup usianya, beliau menyempatkan diri menggoreskan pemikirannya dalam bentuk tulisan. Beliau juga tidak berhenti menimba ilmu seta sharing dengan orang lain.
Dalam pemikirannya, beliau selalu menekankan pentingnya sebuah syari’at untuk menekuni tarekat, untuk mencapai tingkat tarekat, sebaiknya seseorang tidak meninggalkan syari’at agar tetap dalam jalannya dan tidak tersesat. Sedangkan kepeduliannya pada generasi mendatang beliau perlihatkan pada sistem pengajarannya yang relevan dan kontekstual serta mendukung aktifitas dan kreatifitas yang positif.
2.2 Guru-Guru Beliau
- KH. MA. Sahal Mahfudz
- KH. Moh. Ma’mun Mujayyin
- KH. Zubeir Sarang Rembang.
2.3 Mendirikan Pondok Pesantren
Perhatian pendidikan yang begitu tinggi pada generasi mendatang, telah menghantarkan KH. M. Muhibbi Hamzawie untuk mengayomi dan menuntun santri-santri. Berbagai tunututan dari para koleganya dan para santri, akhirnya beliau mendirikan sebuah pesantren yang berdomisili di Kajen dan dinamakan Pondok Pesantren Riyadlul Ma’la A-Amin pada tahun 1998 yang bergerak dibidang sosial kemasyarakatan serta untuk mendukung pengajaran di madrasah salafiyah. Berunutunglah, beliau memiliki banyak kolega sehingga membantu dan mendukungnya untuk terus melanjutkan misi tersebut.
Dengan keberadaan pesantren tersebut, beliau lebih konsentrasi lagi mengajarkan kitab-kitab kuning terutama kitab-kitab yang sampai saat ini masih tersimpan rapi. Meskipun muncul banyak kendala, namun untuk kebaikan bagi masyarakat dan generasi mendatang dan para leluhur, beliau tetap ingin berjuang menyelenggarakan wadah tholabul ilmi.
3. Penerus Beliau
3.1 Anak Beliau
KH. Muhammad Ulil Albab
4. Perjalanan Hidup dan Dakwah
Dalam kiprahnya di masyarakat, beliau lebih senang melebur dengan khalayak masyarakat bawah, tidak ingin mengikuti hiruk pikuk suatu organisasi masyarakat, apalagi terlibat dalam aktifitas politik. Kiprahnya di masyarakat juga mengalami suatu proses yang panjang dari suatu tempat ke tempat yang lain. kehadirannya selalu menjadi penengah dan pengayom, dan kebetulan juga beliau seorang pegawai negeri sipil di kantor urusan agama sebagai kepala KUA ( kantor urusan agama ).
Beliau bertugas berpindah-pindah dari satu kecamatan ke kecamatan lain di kabupaten Pati. Seperti kecamatan Jaken, Dukuhseti, Gunung Wungkal dan akhirnya di Margoyoso. Dalam kesempatan ini beliau juga tidak lupa memperikan pencerahan dan pengajaran terhadap tentang ilmu-ilmu agama. Kiprahnya ini modal dan berguna di kemudian hari ketika beliau akhirnya memutuskan diri untuk mendirikan suatu pesantren.
Pengalaman perjalanan intelektual dan kiprahnya di masyarakat tersebut telah membentuk karakter yang tegas, gigih, optimis dan terbuka.
Proses tranmisi sikapnya terlihat jelas setelah beliau menunaikan ibadah haji pada tahun 1986. Beliau selalu berusaha bersabar dan mengajak untuk membangun ketegaran dalam menghadapi setiap permasalahan yang dihadapi. Beliau lebih tekun menorehkan berbagai keilmuannya dengan menyusun kitab-kitab.
Beliau selalu menjaga amanat KH. Baidlowi Sirodj agar ikut membantu mengajar bagi keberlangsungan pendidikan di madrasah salafiyah. Setelah beliau pensiun dari kantor urusan agama, beliau berkonsentrasi penuh untuk mengembangkan pendidikan di madrasah salafiyah. Perhatiannya yang begitu tinggi pada generasi mendatang, telah menghantarkan beliau untuk mengayomi dan menuntun santri-santri.
4.1 Karier Beliau
Karier Profesional
- Pengasuh Pesantren
- PNS di KUA
4.2 Karya-karya Beliau
Berbagai ilmu yang diperolehnya telah membentuk diri beliau untuk selalu berkarya menulis kitab-kitab dari berbagai bidang ilmu. Kepiawaiannya dalam membuat nadham (syair-syair arab) memudahkan beliau menyairkan ilmu-ilmu agar mudah dipelajarinya. Beberapa karangan beliau yang lebih dari 25 kitab kebanyakan berupa nadhaman. Kitab-kitab karangan beliau diantaranya:
- Ad durrotu al tsaminah fi ilmi al faroidl,
- fathu dzil qudrotil matinah syarhud durroha
- Ta’liqatun wijaazun Adduroh
- Qurrotul Ainini fil ma’rifatil ijtima’ wal kusufain
- Lu’luatu al zuhur fil ma’rifatil mantiq
- Khiyarotush shiyaghoh fi ilmi balaghoh
- Mishakus sha gaha syarhul khiyaroh
- Minhatul wahhab syarful kifayatit tullah fi qowaaidli fiqhi
- Mu’jam nahwi ( 1000 bait )
- Tsamratul hajain fi huquqiz zaujain
- Uddatul muzdawijain fi tsamratil haajain
- Al Izzai fi nadhmil tashrifil “Izzi
- Audlohut Thuraqaf fi syarhil waraqat (ushul fiqih ) rayyanul Harari fi nadhmil bajuri harari
- Gunyatul Abrari fi tarjamitis tsamrah
- Qiladatul la’ali limaa yuraa min thuruqil la’laali
- Khoriidatul la’aali syarah qialdah
- Al munbalijah, dan lain-lain.
5. Referensi
https://pesantrenrima.id/category/profil/profil-pendiri/