Daftar Isi
Laduni.ID, Jakarta – KH. Saleh Lateng merupakan tipikal kiai penggerak. Beliau memegang peranan startegis dalam mengkonsolidasi jaringan ulama-santri untuk berdakwah dan mengawal kemerdekaan Indonesia. KH. Saleh Lateng juga menjadi kiai penting pada masa awal pendirian Nahdlatul Ulama, bersama Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari, Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Bisri Syansuridan beberapa kiai lainnya di penjuru Nusantara.
Pada awalnya, KH. Saleh Lateng menggerakkan Sarekat Islam. Hal ini merupakan hal yang lumrah, karena pada awal abad 20, pergerakan Syarekat Islam menjadi gerbong bagi para kiai-santri untuk menyuarakan kemerdekaan dan mengorganisasi diri. Meski pada akhirnya para kiai memisahkan diri dari pergerakan Sarekat Islam. Hal ini juga terjadi pada Kiai Wahab Chasbullah, yang pernah menjadi penggerak Sarekat Islam sewaktu mengaji di Hijaz. Ketika kembali ke tanah air, Kiai Wahab Chasbullah membentuk organisasi sendiri dengan merangkul kiai santri, dalam Tashwirul Afkar, Nahdlatut Tujjar, Nahdlatul Wathan, hingga kemudian terbentuklah Nahdlatul Ulama.
KH. Saleh Lateng, yang pada awalnya menggerakkan Sarekat Islam di Banyuwangi, kemudian menjadi tokoh penting dalam pendirian Nahdlatul Ulama. Bahkan, pada 1913, KH. Saleh Lateng memimpin Rapat Umum Sarekat Islam di Kawedanan Glenmere Banyuwangi.
Dengan demikian, peranan KH. Saleh dalam menggerakkan jaringan Islam di awal abad 20, diakui memiliki kontribusi penting. Ketika Komite Hijaz dibentuk, KH. Saleh Lateng bergabung bersama barisan kiai. Ikatan emosional ketika mengaji di beberapa pesantren, terutama pesantren Bangkalan dan Makkah, menambah kekuatan komunikasi antara KH. Saleh dengan beberapa kiai lainnya.
Ketika masa awal pendirian Nahdlatul Ulama, yakni pada 16 Rajab 1344 H/31 Januari 1926, KH. Saleh Lateng ditunjuk oleh Hadratus Syaikh Kiai Hasyim Asy’ari dan Kiai Wahab Chasbullah menjadi anggota muassis-mukhtasar (formatur) pendirian Nahdlatul Ulama.
Profil
KH. Saleh lahir pada Ahad, 6 Ramadhan 1278 H/ 07 Maret 1862, di Kota Mandar, Banyuwangi. Beliau merupakan putra dari pasangan Ki Agus Abdul Hadi dengan Aisyah. Kiai Saleh yang memiliki nama kecil Ki Agus Muhammad Saleh ini memiliki jalur nasab hingga Raja Palembang.
Untuk kelanjutannya tentang Profil beliau silahkan baca di Biografi KH. Saleh Lateng
Guru-guru beliau selama menuntut ilmu adalah:
- Kiai Mas Ahmad
- Syaikhona Khalil di Bangkalan Madura
- Tuan Guru Muhammad Said Jembrana Bali
Lokasi Makam
KH. Saleh Lateng wafat pada malam Rabu, 29 Dzulqo’dah 1371 H/ 20 Agustus 1952 pada usia 93 tahun. Jenazahnya disemayamkan di sebelah musholla (Langgar), tempat KH. Saleh Lateng biasa memberikan pengajian kepada santri-santrinya.
Haul
Haul KH. Saleh Lateng diperingati setiap tahun sekali pada tahun Islam pada bulan Dzulqo’dah, Acara haul beliau diadakan di Masjid Saleh, Banyuwangi, Jawa Timur.
Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani
1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua
Fadilah
Makam KH. Saleh Lateng banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya datang dari wilayah Banyuwangi saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang berziarah di makam beliau yang berada di samping Masjid Saleh, Lateng, Banyuwangi.
Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam KH. Saleh Lateng , dimudahkan dalam mencari rezeki, dimudahkan dalam hajatnya, dan dimudahkan dalam mendapatkan keturunan anak sholeh dan sholehah
Oleh-oleh
Oleh-oleh yang bisa dibawa pulang usai ziarah di Banyuwangi di antaranya:
Kue Ladrang, Sale pisang, Batik Banyuwangi, Bolu kuwuk, Kue Bagiak, Kue tambang, Rengginang, Pia Glenmore, Sego tempong, Rujak soto.