Biografi Sultan Malik Ash-Shalih, Pendiri Kesultanan Samudera Pasai

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Wafat

2.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
2.1  Mendirikan Kerajaan
2.2  Semangat Berdakwah

4.    Referensi

1. Riwayat Hidup dan Keluarga
Sultan Malik Ash-Shalih adalah seorang pendiri Dinasti Ash-Shalihiyyah atau yang dikenal dengan Kesultanan Samudera Pasai, sebuah dinasti Islam pertama di Kawasan Asia Tenggara.

1.1 Lahir
Nama pribadi Sultan Malik Ash-Shalih adalah Meurah Silo, anak Meurah Seulangan/Meurah Jaga (Makhdum Malik Abdullah) keturunan keenam dari Makhdum Malik Ibrahim Syah Johan Berdaulat, Sultan Perlak yang memerintah antara tahun 365-402 H/976-1012 M.

Dengan nama pribadi Meurah Silo yang merupakan keturunan bangsawan Meurah, berarti Sultan Malik Ash-Shalih adalah penduduk pribumi Aceh. Gelar Malik Ash-Shalih sendiri diperoleh karena selama pemerintahannya keadaan Negeri Pasai sangat makmur dan berlimpah kekayaannya, memiliki angkatan laut yang kuat dan angkatan darat yang teratur.

Islam aliran Ahlus Sunnah wal Jama’ah dijadikan dasar negara, sehingga Syekh Ismail Al-Zarfi memberinya gelar “Sultan Al- Malik Ash-Shalih”, yaitu gelar yang dewasa itu digunakan penguasa Mesir  “Sultan Al- Malik Ash-Shalih Najmuddin Al-Ayyubi.

1.2 Riwayat Keluarga
Sultan Malik Ash-Shalih sendiri melakukan penguatan kekuasaannya dengan menikahi Putri Ganggang, putri Raja Perlak, Sultan Makhdum Alauddin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat.

Oleh sebab itu, usaha dakwah Islam di Pasai pun terlihat melanjutkan usaha-usaha yang sudah dijalankan di Perlak, yaitu penguasa muslim menerapkan hukum Islam di wilayah kekuasaannya dengan menekankan kepada semua warga masyarakat untuk tunduk kepada hukum Islam. Menurut catatan Marcopolo yang pernah singgah di Ferlec ( Perlak), penguasa muslim Perlak menerapkan hukum Islam kepada para saudagar asing dan penduduk pribumi.

1.3 Wafat
Sultan Malik Ash-Shalih wafat pada bulan Ramadhan 696 H/1297 M. Berdasarkan inskripsi pada nisan, Sultan Malik Ash-Shalih dikenal sebagai seorang penguasa yang bertaqwa. Beliau seorang pemberi nasehat yang berasal dari keturunan yang terhormat dan terkenal. Beliau juga seorang yang pemurah serta ahli ibadah dan pembebas (futuh).

Nisan Sultan Malik Ash-Shalih memiliki karakter seni dan ekspresi kebudayaan Islam pada era Kesultanan Aceh Darussalam. Sisi struktur materilnya berupa bahan baku, ornamen, relief, kaligrafi dan pilihan ayat-ayat Al-Qur’an yang diukir, memiliki kecenderungan cita rasa seni Islam di era Kesultanan Aceh Darussalam. Yakni, seni yang secara kontras menampilkan suatu asimilasi budaya masyarakat pra-Islam di utara Sumatra dengan nilai-nilai Islam yang universal.

2. Perjalanan Hidup dan Dakwah

2.1 Mendirikan Kerajaan
Kerajaan Pasai yang ditegakkan Sultan Malik Ash-Shalih sangat berpengaruh dalam islamisasi di wilayah-wilayah sekitarnya, seperti Malaka, Pidie, dan Aceh. Pada abad ke-13 M.

Sultan Malik Ash-Shalih berkuasa antara tahun 659-688 H/1261-1289 M. Kesultanan Samudra Pasai ini berkuasa hingga dua abad lebih, berakhir pada dekade kedua abad ke-16 M ditandai dengan wafatnya Sultan Zainal ‘Abidin bin Mahmud pada 923 H/1518 M.

Saat Sultan Malik Ash-Shalih berkuasa di Pasai menjadi salah satu pusat perdagangan internasional. Lada adalah salah satu komoditas ekspor dari daerah ini. Para pedagang dari anak benua India: Gujarat, Bengali, dan Keling serta pedagang dari Pegu, Siam, dan Kedah banyak menjalankan aktivitas perdagangannya di Selat Malaka, termasuk di Pasai.

2.2 Semangat Berdakwah
Sultan Malik Ash-Shalih mempunyai semangat yang kuat untuk menyebarkan dakwah islamiyah, dan beliau memainkan peranan yang berkesan di dalam menyebarkannya. Akan tetapi, sejarah tidaklah menyebut dengan detail tentang usaha-usahanya mengembangkan dakwah islamiyah dan sejauh mana kejayaannya.

Walau bagaimana pun, beliau telah menjadikan kerajaannya sandaran yang kuat bagi gerakan dan perkembangan dakwah islamiyah, dan langkahnya itu diikuti oleh putra dan cucu cicitnya setelah beliau wafat.

Betapa pentingnya peranan Sultan Malik Ash-Shalih dan penggantinya, Sultan Malik Az-Zahir, dalam membangun Kerajaan Pasai dengan semangat baru yang sangat berbeda dengan semangat lama kerajaan-kerajaan sebelumnya yang terpengaruh budaya India. Jika dalam semangat lama, elit-elit penguasa berada di tengah-tengah dataran persawahan yang kaya, maka pada zaman Sultan Malik Ash-Shalih elit-elit baru berada di kota-kota pelabuhan yang menjadi pusat perdagangan dan peradaban baru.

Karena fungsi dagang sangat penting maka kota-kota baru tidak lagi berada di bawah ibukota-ibukota lama yang agraris di pedalaman. Jenis negara yang baru berkembang, yaitu kesultanan. Dan, struktur politik yang baru itu untuk pertama kali terasa di bagian utara Sumatera, di Samudra Pasai, kira-kira akhir abad ke-13, yaitu sewaktu Sultan Malik Ash-Shalih menjadi Sultan Samudera Pasai pertama.

Demikianlah, di bawah Sultan Malik Ash-Shalih, Kerajaan Pasai telah menjadi pusat pengembangan struktur politik baru dan dakwah Islam terpenting di Sumatera dan Selat Malaka serta Jawa.

Hal itu tidak saja memberikan pengaruh besar bagi lahirnya kekuasaan Islam dalam wujud kesultanan-kesultanan baru di Nusantara, melainkan juga menjadi faktor penyebab yang secara langsung dan tidak langsung menenggelamkan kekuasaan-kekuasaan lama seperti Sriwijaya, Majapahit, dan Kerajaan Sunda.

3. Referensi 

  1. Aceh Online,
  2. Mapesa Aceh.

https://www.laduni.id/post/read/518013/biografi-sultan-malik-ash-shalih-pendiri-kesultanan-samudera-pasai.html