Daftar Isi
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
1.2 Wafat
1.3 Riwayat Keluarga
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1 Mengembara Menuntut Ilmu
2.2 Guru-Guru Beliau
2.3 Mendirikan Pondok Pesantren
3. Penerus Beliau
3.1 Anak-anak Beliau
4. Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1 Karier Beliau
5. Referensi
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
TGH. Abdul Halim dilahirkan di desa Sesele pada pertengahan abad ke-19. Terkait tahun tepatnya ada perbedaan riwayat, ada yang mengatakan ia lahir pada tahun 1845 m, dan ada yang meriwayatkan pada tahun 1853 m.
TGH. Abdul Halim lahir di tengah-tengah keluarga religius, ia adalah putra ke-4, delapan bersaudara dari pasangan Amaq Syam alias Abdullah bin Syarif Abdurrahman (amaq dinah) bin Syarif Ibrahim dan Siti Maimunah. Ayahnya adalah seorang da’i yang syahid dibunuh secara keji oleh raja hindu ketika itu, pada saat Abdul Halim berusia sekitar tujuh tahun.
Kakek beliau Amaq dinah alias Syarif Abdurahman adalah seorang da’i yang menyebarkan agama islam di kawasan lombok barat sampai utara, dan buyutnya juga adalah seorang pendakwah bernama Syarif Ibrahim yang singgah di gumi selaparang pada abad ke-18 m.
1.2 Wafat
TGH. Abdul Halim berpulang pada Rahmatullahi pada 22 Muharram tahun 1388 hijriyah, bertepatan dengan 24 mei 1968.
1.3 Riwayat Keluarga
Setelah pulang dari Haromain juga TGH. Abdul Halim menikah dengan seorang janda bernama Siti Ruqoyyah. Sebelum pernikahan tersebut beliau diberikan pilihan untuk menikahi Ruqoyyah yang janda atau saudarinya yang masih gadis. Dan pada akhirnya pilihan TGH. Abdul Halim jatuh pada Siti Ruqoyyah. Dari istri pertamanya ini, beliau dianugerahi oleh Allah seorang putra bernama TGH. Ahmad Saruji (lahir. 1893-1931 m).
Pada saat putra pertamanya sudah berumur sekitar tujuh tahun, Abdul Halim menikah lagi dengan seorang gadis bernama siti Aisyah binti mustofa bin Qosim putri keliang bilitepung. Dari istri keduanya ini ia dianugerahi dua anak : Siti Hamidah (lahir1905) & TGH. Muhammad Anwar (lahir. 1920). Kemudian Abdul Halim menikah lagi dengan seorang janda bernama Siti Jamilah yang lalu melahirkan seorang putra bernama H. Abdul Hamid.
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan
sampai akhirnya beliau memutuskan mengembara menyusul guru sekaligus kawannya TGH. Umar Kelayu ke tanah suci Makkah untuk berguru kepada Ulama yang ada di sana, diantara gurunya di kota suci adalah Syaikh Abdul Karim Ad-dagestani, Syaikh Musthofa bin Muhammad Al-afifi, Syaikh Abdul Karim Al-bantani, Syaikh Muhammad Nawawi bin umar Al-Bantani, Sayyid Abi bakar Syata, dlsb.
Pada puncaknya sebelum kembali ketanah air beliau mendapat ijazah thoriqoh yang dituliskan oleh Mursyidnya pada kopiyahnya.
2.2 Guru-Guru beliau saat menuntut ilmu:
- Amaq Syam alias Abdullah bin Syarif Abdurrahman (amaq dinah) bin Syarif Ibrahim
- Siti Maimunah
- TGH. Amin, TGH. Abdul Latief
- TGH. Umar Kelayu
- Syaikh Abdul Karim Ad-dagestani
- Syaikh Musthofa bin Muhammad Al-afifi
- Syaikh Abdul Karim Al-bantani
- Syaikh Muhammad Nawawi bin umar Al-Bantani
- Sayyid Abi bakar Syata
2.3 Mendirikan Pondok Pesantren
Setelah keliling da’wahnya membuahkan hasil, dan banyaknya orang luar Sesele yang ingin tinggal mengaji ke Tgh. Abdul Halim, maka pada tahun 1919 m. Beliau pun mulai merintis pondok pesantren dengan menyediakan langgar-langgar yang menjadi halaqoh-halaqoh pengajian dan menyediakan lahan yang kemudian para santri sendiri membangun gerbeng-gerbeng (bangunan bambu) untuk tempat tinggal.
Di antara Alumni ponpes ini adalah Tgh. Umar Abdul Aziz kapek, Tgh. Nas Batu layar dlsb. Kemudian pada Tahun 1954 Tgh. Abdul Halim mendirikan Mi & Mts Madrasah An-Najah yang masih eksis hingga kini. Kemudian pada Tahun 1984, setelah Abdul Halim wafat, putra dan para cucunya meminta restu ke Tgh. Ibrahim dan Tgh umar untuk mendirikan MA dan Yayasan yang akan dinamakan Al-Halimy untuk mengenang Tgh. Abdul Halim.
3. Penerus Beliau
3.1 Anak Beliau
- TGH. Ahmad Saruji (lahir. 1893-1931 m).
- Siti Hamidah (lahir1905)
- TGH. Muhammad Anwar (lahir. 1920)
- H. Abdul Hamid
4. Perjalanan Hidup dan Dakwah
Setelah pulang dari kota suci Makkah, Tgh. Abdul Halim memulai dakwah dengan pergi ke setiap sudut kecamatan Gunungsari-Batulayar dengan memasuki langgar-langgar warga dan mushola-musola, bahkan untuk memuluskan jalan da’wahnya beliau menginisiasi pembuatan jalan di desa Medas, maka dengan ketulusan dakwah dan akhlaknya yang terpuji banyak orang hindu yang memeluk agama islam dan bahkan hindu yang tidak memeluk agama islampun sangat segan dan menghormati beliau.
Waluapun TGH. Abdul Halim sudah dituakan dan secara usia juga memang sudah sangat tua sekali, beliau tetap gemar dan selalu semangat menghadiri pengajian-pengajian para Tuan guru-tuan guru lainnya sekalipun itu muridnya sendiri. Seperti beliau sering menghadiri pengajian kawannya TGH. Sholeh Lopan, pengajian putra kawannya TGH. Badrul Islam akar bin TGH Umar Kelayu, dan sering menghadiri pengajian al- A’llamah TGH. Ibarahim Kholidi Kediri (lahir ; 1912 M) sejak perkenalan mereka Tahun 1945 M di Sesele, padahal usia mereka terpaut 50 tahunan.
Bahkan pengajiannya di desa Kekait diserahkan ke TGH. Ibrahim dengan alasan “Usiaku sudah tua (melemah), dan juga aku memang lebih tua secara usia dari tuan guru Ibrahim, tetapi tuan guru lebih tua secara ilmu dariku”. Oleh karena kerendah hatiannya inilah TGH. Sirajuddin berkata “Tuan guru yang paling saya takuti adalah TGH. Abdul Halim, karena samudera ketawadhuannya, padahal beliau adalah tuan guru sepuh yang ilmunya menyamudra”.
TGH. Abdul Halim, selain mendidik santri dan mengayomi masyarakat juga selalu ikut terlibat dalam ruang sosial, seperti pernah menginisiasi perekonstruksian Masjid Jami’ desa Sesela, mendirikan Masjid Al-Halimy, memindah arus saluran sungai menininting, Membuat gang yang sekarang menjadi pembatas dusun Kebun rusak dan dusun Sesele desa, membuat jalan di desa Medas, membuat dapur umum untuk masyarakat makan gratis, ikut berperang melawan Belanda dibawah komando Tabib Nurisyah pada Tahun 1897 m, dan menjadi komando perang melawan Jepang pada Tahun 1940-an di Gunungsari-Rembiga.
4.1 Karier Beliau
- Pengasuh pesantren Al-Halimy
- Menjadi komando perang melawan Jepang pada Tahun 1940-an di Gunungsari-Rembiga
5. Referensi
https://www.researchgate.net