KH. Abdul Ghofir Nawawi Pendiri Pondok Pesantren Salafiyah-Syafi’iyah Banuroja

Daftar Isi

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Wafat
1.3  Riwayat Keluarga

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1  Mengembara Menuntut Ilmu
2.2  Guru-Guru Beliau
2.3  Mendirikan Pondok Pesantren

3.    Penerus Beliau
3.1  Anak-anak Beliau

4.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1  Karier Beliau
4.2  Karya-karya Beliau

5.    Referensi

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga 

1.1 Lahir
KH. Abdul Ghafir Nawawi Bin Kiai Nawawi bin Murda’i bin Salam, lahir di Cirebon, pada Senin Pahing 27 Oktober 1947 M atau bertepatan dengan 17 Ramadhan 1366 H, beliau putera dari Kiai Nawawi dan Siti Maryam.

1.2 Wafat
KH. Abdul Ghofir Nawawi wafat pada Senin, 20 Mei 2019. Sesepuh NU, pengasuh, pendiri Salafiyah Syafi’iyah, Beliau menghembuskan nafas terakhir sekitar pukul 13.15 WITA. Sang Guru meninggal dunia setelah dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bumi Panua, Pohuwato. KH. Abdul Ghofir Nawawi meninggal dunia pada usia 69 tahun.

1.3 Riwayat Keluarga
Beliau menikahi seorang wanita sholeh bernama Mahani Suweleh dianugerahi seorang anak

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.2 Guru-Guru Beliau

  1. Kyai Nawawi (Ayah beliau)
  2. KH. Mustahdi Abbas
  3. KH. Abdul Kholik Hasyim 

2.3 Mendirikan Pondok Pesantren
Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Gorontalo didirikan oleh KH. Abdul Ghofir Nawawi yang merupakan santri dari Tebu Ireng Jombang yang kini telah berkembang menjadi pesantren modern (kalaf) yang telah memiliki kurikulum nasional dengan adanya sekolah SMK dan kurikulum Diniyah untuk mempelajari Tahfidzul Qur’an dan Kitab-kitab klasik yang dikarang oleh para ulama-ulama terdahulu seperti kitab kuning.

Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Gorontalo. Sebuah Pesantren yang terletak di ujung Provinsi Gorontalo, tepatnya di Desa Banuroja Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato Gorontalo. Pesantren Salafiyah-Syafi’iyah didirikan pada tanggal 1 Robiul Awwal 1405 H atau tanggal 5 November 1985. Letak bangunannya dapat dikatakan unik karena hanya berjarak kurang lebih 200 meter dari Gereja Protestan, 100 meter kemudian adalah gereja Pantekosta dan tidak jauh dari pesantren−baik di samping kiri maupun kanan−terdapat pura yang tinggi menjulang di tengah mayoritas umat Hindu.

3. Penerus Beliau

3.1 Anak Beliau
KH. Abdullah Aniq Nawawi, Lc., M.A

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah

Setelah lulus MA tahun 1966 Pimpinan Pondok Pesantren Wathaniyah, Mbah Syatori yang merupakan murid langsung dari Hadratusyaikh KH. Hasyim Asy’ari meminta santrinya untuk diutus berdakwa ke wilayah Timor Timur, Flores dan Kupang. Karena takzim almarhum kepada kyainya, hanya almarhumlah yang sanggup mengamban amanah dengan bekal wirid dan uang secukupnya berdakwah ke Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang saat itu bergejolak.

“Beliau sempat dianugerahi penghargaan Pangkat Sersan II TNI AD oleh Pemerintah RI,” tutur adik almarhum, KH. Abdul Ghofur Nawawi. Sepulangnya dari Timur Timur, KH. Abdul Ghofir Nawawi kemudian kembali ke kampung orang tuanya, karena orang tua tidak menginginkannya masih menjadi anggota aktif TNI, bahkan diminta mengambalikan SK dengan jabatan Sersan II tersebut.

Tahun 1977, KH. Abdul Ghofir Nawawi mengikuti Seleksi Nasional Dai Pembangunan atas perintah dari KH. Fuad Amin, menantu KH. Syatori dan KH. Mustahdi, pendiri Pesantren Tahfidz Winong. Kiai Fuad Amin juga merupakan saudara sepupu dari KH. Mahrus Ali Lirboyo. Hal itu juga direstui oleh KH. Ali Kamali.

Pada tahun 1978, dari hasil seleksi tersebut kemudian ditempatkan pada Pondok Pesantren Alhuda Kotamadya Gorontalo. Sembari mengajar KH. Abdul Ghofir Nawawi berdakwah. Karena dalam berdakwah beliau tegas dan keras, Pemerintah Orde Baru saat itu melarangnya melanjutkan dakwahnya di masjid-masjid dan berupaya memindahkan atau memulangkan ke Jakarta. KH. Abdul Ghofir Nawawi pernah ditawari menjadi PNS di Departeman Sosial, tetapi beliau menolaknya. Saat itu KH. Abdul Ghofir Nawawi berada di Kupang.

Begitu pula saat berdakwah di Grontalo berlaku hal yang sama, ketika KH. Abdul Ghofir Nawawi ditawari kembali diangkat menjadi PNS di Departeman Agama, lagi-lagi beliau menolak. Terpilih menjadi Dai Pembangunan terbaik se-Indonesia saat itu, beliau memperoleh hadiah melaksanakan ibadah Haji di Tanah Suci oleh Rabithah Alam Islami tahun 1981.

Saat itu pula KH. Abdul Ghofir Nawawi diberi gelar MA (Honoris Causa). Sekembalinya ke Gorontalo, KH. Abdul Ghofir Nawawi ditugaskan di UPT Trans Marisa 1 Sub A yang sekarang menjadi Manunggal Dab Sub B sekarang menajdi Banuroja, Marisa 2 Sub A yang sekarang menjadi Sari Murni dan Sub B sekarang Menjadi Sidorukun, Marisa 3 Sub A menjadi Pancakarsa 1 dan Sub B sekarang menjadi Pancakarsa 2, Marisa 4 Sub A sekarang Kalimas dan Sub B sekarang Tirto Asri, Malango dan Marisa 5 sekarang Mekarti Jaya. Marisa 6 Sub A, Sub B dan Sub C sekarang Puncak Jaya.

Pada tahun 1983-1984, sebagai Dai Pembangunan melaksanakan dakwah melalui metode door to door (dari rumah ke rumah), desa ke desa sampai ke wilayah transmigrasi Marisa 4 yang sekarang menjadi Kecamatan Taluditi. Hal itu sebagai realisasi tugas atau amanah utusan Rabithah Alam Islami yang berpusat di Makkah. Beliau juga ditugaskan di Kabupaten Gorontalo tepatanya di Kecamatan Marisa (wilayah transmigrasi Randangan) sampai berdirinya Madrasah Ibtidaiyah tahun 1985.

Tahun 1988 KH. Abdul Ghofir Nawawi mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh masyarakat setempat yang menghasilkan keputusan untuk mendirikan Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah dan melanjutkan mendirikan MTS, MA, SMK, Madrasyah Diniyah dan TK Salafiyah Syafi’iyah yang kesemuanya berada dalam lingkungan Yayasan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah. Tahun 1996 bulan Desember ia mendirikan Majelis Taklim Akbar yang pertama kali dilaksankan di Marisa 5.

Majelis ini melaksanakan pengajian setiap bulan sekali yang sampai kini masih berjalan aktif. Dari hasil akhir perjuangan panjangnya, khususnya di Pohuwato, beliau memimpikan wilayah Randangan Taluditi sebagai miniatur Indonesia pada aspek kerukunan antarumat beragama.

4.1 Karier Beliau
 

Karier Profesional
Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah.
Karier Organisasi

  1. Pengurus IPNU Cirebon 1964
  2. Pengurus GP Ansor di Cirebon 1967
  3. Dai Pembangunan Rabithah Alam Islami Makkah tahun 1978 sampai 2010
  4. Aktif di Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulut Tahun 1995-2000
  5. Rais Syuriyah PWNU Sulut 1995-2000
  6. Tim Perumus Pembentukan Provinsi Gorontalo tahun 2000
  7. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Gorontalo Tahun 2001- 2005
  8. Tim 8 Pembentukan Kabupaten Pohuwato tahun 2002
  9. Rais Syuriyah PWNU Gorontalo sejak tahun 2006 sampai wafatnya.

5. Referensi

https://www.nu.or.id

https://www.laduni.id/post/read/518048/kh-abdul-ghofir-nawawi-pendiri-pondok-pesantren-salafiyah-syafiiyah-banuroja.html