Laduni.ID, Jakarta – Fudhail bin Iyadh, (w. 187 H/803 M), adalah seorang sufi besar. Ia lahir di Uzbekistan tahun 107 H. Sebelum menjadi sufi master, dia adalah jagoan dan perampok besar yang sangat ditakuti. Tiap malam dia menunggu di jalan dan siap merampas barang milik siapapun yang melewati jalan tempatnya merampok.
Tetapi suatu saat hidupnya berubah drastis. Ketika itu dirinya terpana dan tersentak oleh kata-kata Al-Qur’an yang diucapkan oleh tiga orang pedagang yang melewati jalan itu. Ayat-Ayat Al-Qur’an itu menghentak kesadaran dirinya. Dia lunglai tak berdaya. Matanya mengembang air mata dan hatinya bergetar-getar. Sejak saat itu dia bertaubat. Dia tekun mempelajari agama, lalu menjadi ulama besar dan akhirnya menjadi sufi master.
Diriwayatkan, bahwa Ayat-Ayat yang menghentakkan kesadaran Fudhail tersebut adalah berikut ini:
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِاللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, tunduk hati mereka untuk mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab (Al-Qur’an) kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang jahat.” (QS. Al-Hadid: 16)
فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ ۖ إِنِّي لَكُمْ مِنْهُ نَذِيرٌ مُبِينٌ
“Maka segeralah kembali kepada Allah. Sungguh, aku seorang pemberi peringatan yang jelas dari Allah untukmu.” (QS. Az-Zariyat: 50)
وَأَنِيبُوا إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ
“Dan kembalilah kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang hukuman berat kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az-Zumar: 54)
Ada banyak pandangan sufisti Fudahil bin Iyadh yang menarik dan indah. Di antaranya adalah berikut ini:
يَا مِسْكِيْنُ
أَنْتَ مُسِيْءٌ وَتَرَی أَنَّكَ مُحْسِنٌ
وَأَنْتَ جَاهِلٌ وَتَرَی أَنَّكَ عَالِمٌ
وَتَبْخَلُ وَتَرَی أَنَّكَ كَرِيْمٌ
وَاَحْمَقُ وَتَرَی أَنَّكَ عَاقِلٌ
أَجَلُكَ قَصِيْرٌ وَاَمَلُكَ طَوِيْلٌ
(سير اعلام النبلاء ٨ ص ٤٤٠)
Duhai diriku yang nista ini
Betapa sering kau melakukan hal-hal buruk, tetapi kau merasa berbuat baik saja
Kau sesungguhnya tak tahu dan tak paham, tetapi kau merasa diri jadi ulama
Kau sesungguhnya kikir bin pelit, tetapi kau merasa dermawan
Kau amat dungu, tetapi kau merasa pintar
Hidupmu sebentar saja, tetapi angan-anganmu begitu panjang
Muhasabah diri Fudhail bin Iyadh di atas tercatat di dalam Kitab Siyar A’almin Nubala’ karya Imam Ad-Dzahabi. []
Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 18 Agustus 2021. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.
___________
Penulis: KH. Husein Muhammad
Editor: Hakim