Info Harian Laduni: 09 Januari 2024

Laduni.ID, Jakarta – Hari ini Selasa, 09 Januari 2024 bertepatan dengan hari lahir KH. Ahmad Syahid, KH. R. A. Arwan Bauis SH. dan hari wafat KH. Ma’shum Zainullah

KH. Ahmad Syahid
KH. Ahmad Syahid atau yang akrab dengan panggilan Ayah Syahid atau Ajengan Syahid lahir pada 9 Januari 1945 M. di Cicalengka, Nagrek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Beliau merupakan putra dari KH. Soleh. KH. Ahmad Syahid adalah sosok ulama besar NU Jawa Barat yang terkenal dengan kedermawanannya dalam mengayomi masyarakat maupun santri-santri.

KH. Ahmad Syahid menikah dengan Hj. Euis Kultsum, putri dari pimpinan Pondok Pesantren Kudang Limbangan. Bersama istrinya tersebut beliau melanjutkan perjuangan menebarkan ilmu. Selalu menginspirasi santri-santri dan masyarakat secara umum. Beliau juga pernah menjuarai Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Nasional pertama tahun 1968 M. di Makassar, Sulawesi Selatan.

Pada tanggal 3 Mei 1971 M, KH. Ahmad Syahid mendirikan Pondok Pesantren Al-Quran Al-Falah di Cicalengka, Nagrek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Pondok Pesantren Al-Falah I didirikan di atas rumah tua beliau dengan lahan seluas 2100 M² yang dibelinya dari uang hasil rekaman PH di Remaco. Saat itu beliau tinggal bersama istri tercintanya Hj. Euis Kultsum dan 3 santri awalnya.

Beliau wafat pada hari Sabtu, 5 Agustus 2017 M. jam 18.15 WIB di rumah sakit AMC Cileunyi. Kepergian beliau ini sangat mengagetkan karena pada hari-hari sebelumnya masih mengikuti kegiatan pesantren sebagaimana biasa.

Simak biografi lengkapnya di Biografi KH. Ahmad Syahid
Simak Chart Silsilah Sanad KH. Ahmad Syahid

KH. R. A. Arwan Bauis SH.
KH. R.A. Arwan Bauis SH lahir pada 9 Januari 1949 M. di Bantul, Yogyakarta. Beliau merupakan putra dari pasangan H. Busyro Abdullah dengan Hj. Solihah.

Peranan KH. R.A. Arwan Bauis SH di Nahdlatul Ulama dimulai ketika beliau menjadi Ketua IPNU Bantul. Kemudian pengalamannya berlanjut dengan menjadi anggota GP Ansor.

Menurut Dr. KH. Hilmy Muhammad, Wakil Rais Syuriah PWNU DIY, sosok KH. R.A. Arwan Bauis SH adalah pejuang NU tulen dan sesepuh Ansor. Beliau adalah murid Simbah almarhum KH. Ali Maksum, dan juga sahabat sekaligus pengawal almarhum KH. Abdurrahman Wahid bila sedang berkunjung di Jogja. Komitmen perjuangan beliau terhadap NU tak bisa diragukan sama sekali, lahir-batin.

KH. R.A. Arwan Bauis SH dengan Presiden RI ke-4, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) adalah sahabat dekat. Dalam banyak kesempatan, Jika Gus Dur ke Yogyakarta, hampir bisa dipastikan berkunjung ke rumah beliau, walaupun saat itu hanya sekedar untuk menyapa dan melepas rindu. Pertemanan keduanya terjalin begitu erat, sejak dulu.

Saat Gus Dur mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di awal masa reformasi, KH. R.A. Arwan Bauis SH turut andil dalam pembentukan DPW PKB di wilayah Yogyakarta.

Madrasah Al-Munajah yang didirikan KH. R.A. Arwan Bauis SH diresmikan pula oleh Gus Dur. Aktivitasnya di organisasi NU, memang tidak bisa diragukan sama sekali, tapi juga di dalam dunia pendidikan beliau juga tetap aktif. Seakan bisa diibaratkan bahwa kehidupan sehari-hari tak bisa dipisahkan dari pengabdiannya kepada Nahdlatul Ulama

KH. R.A. Arwan Bauis SH wafat pada Selasa malam, 11 Agustus 2015 M. Beliau menghembuskan nafas terakhirnya setelah menderita leukemia bertahun-tahun. Jenazahnya disemayamkan di Makam Wonokromo Pleret Bantul, pada Hari Rabu, 12 Agustus 2015 M.

Simak biografi lengkapnya di: Biografi KH. R.A. Arwan Bauis SH

KH. Ma’shum Zainullah

KH. Ma’shum Zainullah merupakan pendiri dan sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Nurut Taqwa Grujugan, Cermee, Bodowoso. Beliau lahir dari pasangan Bapak Narmo dan Ibu Rukmiyati (Hj. Halimatus Sa’diyah) pada 11 November 1951 M. di Ramban Kulon, Cermee, Bondowoso Jawa Timur. Beliau adalah anak pertama dari tiga bersaudara; H. Baidawi dan Bapak Suharto.

Ketika menginjak usia remaja, Kyai Ma’shum hijrah ke daerah Situbondo untuk mencari ilmu, tepatnya di Pondok Pesantren Curah Jeru yang saat itu diasuh oleh dua kyai bersaudara; KH. Rusydi dan KH. Rasyidi.

Selama beliau menuntut ilmu di pesantren tersebut, adalah Ibu Nawiya yang merupakan saudara tertua lain ibunda Kyai Ma’shum yang menanggung biaya hidupnya. Saat itu pun, ekonomi Ibu Nawiya masih jauh dari kata cukup. Untuk membiayai Kyai Ma’shum muda, beliau harus menjual dagangannya dengan berjalan kaki hingga sampai di daerah di mana Kyai Ma’shum muda belajar agama Islam.

Kyai Ma’shum menikah dengan Nyai Raudlatul Hayati. Pada tahun 1974 M. Pada masa awal kiprahnya di tengah-tengah masyarakat, Kyai Ma’shum ditemani oleh istri tercinta, Nyai Raudlatul Hayati. Sebelum beliau mendirikan sebuah pondok pesantren, beliau aktif mengadakan dan memimpin acara keagamaan seperti shalawatan, tahlilan dan pengajian yang diselenggarakan di rumah warga sekitar.

Sebagai alumni pesantren, beliau merasa memiliki tanggungjawab untuk menyiarkan agama Islam kepada masyarakat, khususnya di Desa Grujugan dan sekitarnya. Maka kemudian beliau mendirikan sebuah lembaga pendidikan agama Islam (Madrasah Diniyah) yang sederhana; media pembelajaran dan tenaga pendidik seadanya.

Alhamdulillah, keberadaan madrasah tersebut mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat. Anak-anak berduyun-duyun mengikuti pembelajaran di madrasah tersebut. Bahkan santrinya juga ada yang berasal dari desa sekitar; Ramban, Sempol dan Prajekan. Inilah yang kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya sebuah pesantren bernama Pondok Pesantren Nurut Taqwa.

KH. Ma’shum Zainullah berpulang ke Rahmatullah pada 9 Januari 2021 M. karena sakit.

Simak biografi lengkapnya di: Biografi KH. Ma’shum Zainullah
Simak Chart Silsilah Sanad KH. Ma’shum Zainullah

Mari kita sejenak mendoakan beliau, semoga apa yang beliau kerjakan menjadi amal baik yang tak akan pernah terputus dan Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada beliau.

Semoga kita sebagai murid, santri, dan muhibbin beliau mendapat keberkahan dari semua yang beliau tinggalkan.

https://www.laduni.id/post/read/525363/info-harian-laduni-09-januari-2024.html