Makna Tersembunyi dalam Rangkaian Kata Rajab

Laduni.ID, Jakarta – Salah satu bulan yang mulia adalah bulan Rajab. Diterangkan di dalam Kitab Mukasyafatul Qulub, Imam Ghazali mengatakan bahwa Rajab ialah nama salah satu sungai di surga yang airnya lebih putih dari susu, rasanya lebih manis dari madu, dan lebih dingin dari salju. Tapi seseorang tidak akan minum dari sungai tersebut kecuali ia berpuasa pada bulan tersebut.

Menurut Abu Bakar Al-Balkhi, “Bulan Rajab merupaka bulan menanam, sedangkan bulan Sya’ban adalah bulan mengairi atau merawat, dan bulan Ramadhan adalah bulan panen. Maka siapa yang ingin merasakan bahagianya panen pahala, hendaknya bersungguh-sungguh menanam dan merawat tanaman kebaikan.”

Bulan Rajab memiliki banyak kelebihan dan kemuliaan yang terkandung di dalamnya, sehingga Rajab dikenal sebagai bulan Allah. Dan ini sebagaimana disebutkan dalam Hadis Rasulullah SAW yang berbunyi:

رَجَبُ شَهْرُ اللهِ وَشَعْبَانُ شَهْرِيْ وَرَمَضَانُ شَهْرُ أُمَّتِيْ

“Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban bulanku, dan Ramadhan bulan umatku.”

Hadis tersebut memang diragukan status shahihnya, namun dalam konteks untuk Fadhailul A’mal, Hadis tersebut bisa digunakan sebagai inspirasi dalam mengerjakan amal-amal kebaikan. Tetapi, bahwa bulan Rajab adalah salah satu bagian dari bulan-bulan yang mulia, adalah benar, sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah SAW. Jadi, bagaimanapun Rajab itu adalah bulan mulia, yang tentu dengan berbuat baik di dalamnya, seseorang akan mendapat limpahan kebaikan dan kemuliaan.

Makna di Balik Kata Rajab

Bulan Rajab adalah bulan yang spesifik. Bentuk spesifiknya ini dapat dilihat dari rangkaian kata “Rajab” yang tersusun dari tiga huruf berakronim, sebagaimana diuraikan di dalam Kitab Majalisul Anwar Al-Ahadiyyah wa Majami’ul Asrar Al-Muhammadiyyah karya Syaikh Abdul Lathif Al-Khurbuti, bahwa huruf “Ra’“, “Jim” dan “Ba’” serta rangkaian ketiga huruf itu ada maksud dan pengertian tersendiri.

Pertama, huruf Ra’ sebagai huruf pertama mengandung pengertian sebagai kalimat Rahmatullah (rahmat Allah), yang menunjukkan bahwa dalam bulan Rajab banyak sekali terdapat rahmat Allah SWT yang tidak terhitung jumlahnya.

Kedua, huruf Jim menyiratkan sebuah pengertian dari kalimat Jinayatul ‘Abdi (kesalahan hamba Allah). Hal ini menunjukkan bahwa pada bulan Rajab, Allah SWT menjadikannya momentum untuk diampuninya dosa hamba yang telah berusaha memohon maghfirah (ampunan) kepada-Nya.

Ketiga, huruf Ba’ menyiratkan makna sebagai kalimat Birrullah (kebajikan Allah). Di bulan ini sangat banyak kebajikan Allah SWT yang dilimpahkan kepada setiap hamba yang memang juga berusaha untuk meraihnya dengan berbagai amal kebaikan. 

Selanjutnya, sebagaimana keterangan di dalam kitab di atas, dari rangkain kalimat yang tersirat dalam setiap huruf itu seolah-olah lalu dikatakan: “Hai hamba-Ku, Aku jadikan dosa-dosa dan kebaikanmu diliputi dengan rahmat-Ku, maka tiada tetap dosa-dosamu berkat kemulian bulan Rajab.”

Selain banyak keistimewaan, bulan Rajab juga mempunyai banyak nama lain, di antaranya adalah disebut juga dengan nama Al-Ashommu, yang artinya adalah tuli. Interpretasi dari “tuli” itu dalam pengertian tidak dapat mendengar bunyi senjata. Hal ini disebabkan, karena memang selama bulan Rajab peperangan diharamkan.

Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam Surat At-Taubah ayat 36, sebagaimana berikut ini:

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”

Bulan Rajab juga dikenal sebagai bulan “pencurahan”. Ini dimaksudkan, bahwa Allah SWT mencurahkan segala rahmat-Nya kepada mereka yang ingin membersihkan dirinya dari dosa dan kesalahan, atau yang disebut juga sebagai Mutawwabin (orang-orang yang sungguh-sungguh bertaubat). Di dalam bulan Rajab ini pula diyakini mengalir cahaya-cahaya penerimaan atas amal seseorang.

Karena berlimpahnya kemuliaan dan keistimewaan bulan Rajab, maka sebagian ulama juga menganjurkan untuk menyempatkan diri berpuasa di bulan-bulan mulia atau momen-momen istimewa.

Sebagaimana keterangan Imam Al-Ghazali dalam Kitab Ihya’ Ulumiddin, bahwa kesunnahan berpuasa menjadi semakin bernilai bila dilakukan pada hari-hari utama (Al-Ayyam Al-Fadhilah). Dan bahwa hari-hari utama ini dapat ditemukan pada setiap tahun, bulan, dan setiap pekan. Dan perihal yang terkait siklus bulanan, Imam Al-Ghazali menyatakan, bahwa Rajab masuk dalam kategori Al-Asyhur Al-Fadhilah atau bulan-bulan utama di antara Dzulhijjah, Muharram dan Sya’ban. Di samping bulan yang utama, Rajab juga termasuk kategori Al-Asyhur Al-Hurum atau bulan-bulan yang mulia di antara Dzulqo’dah, Dzulhijjah, dan Muharram. Karenanya, tentu saja sangat dianjurkan untuk berpuasa di bulan-bulan utama dan mulia itu, yang di antaranya adalah Rajab.

Bulan Rajab ini memang sangat istimewa. Salah satu keistimewaan tersebut terletak pada peristiwa luar biasa yang disebut dengan Isra’ dan Mi’raj Rasulullah  SAW. Peristiwa ini terjadi pada bulan Rajab tahun ke-10 kenabian (620 M). Itulah momen perjalanan Rasulullah SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, lalu menuju ke Sidratul Muntaha yang ditempuh hanya semalam. Dan dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj ini, umat Islam menerima perintah shalat lima waktu. Hadiah istimewa yang menjadi penanda puncak penghambaan seseorang.

Demikianlah makna tersirat dari rangkain huruf yang membentuk kata Rajab yang kemudian menunjukkan tentang keutamaan dan kemuliaannya. Begitu pula adanya keutamaan dan kemuliaan Rajab yang diterangkan di dalam Al-Qur’an dan Hadis.

Semoga bermanfaat. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 5 Maret 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Helmi El-Langkawi

Editor: Hakim

https://www.laduni.id/post/read/55333/makna-tersembunyi-dalam-rangkaian-kata-rajab.html