Daftar Isi
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
1.2 Riwayat Keluarga
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1 Mengembara Menuntut Ilmu
2.2 Guru-Guru Beliau
2.3 Mendirikan Pondok Pesantren
3. Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1 Karier Beliau
3.2 Karya Beliau
4. Referensi
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
KH. Mahmud Hashil bin Muhammad Hashil, beliau dilahirkan di Banjarmasin pada tahun 1950. Beliau lahir dari keluarga yang cukup sederhana, kedua orang tuanya berasal dari Madura, di daerah Bangkalan. Orangtuanya Bernama, Ayahanda Muhammad Hashil dan ibundanya bernama Fatimah.
Beliau dididik oleh ayahnya dan dimasukkan ke pondok pesantren Darussalam Martapura dari tahun 1964 sampai selesai menempuh pendidikan di pesantren tersebut pada tahun 1973.
1.2 Riwayat Keluarga
KH. Mahmud menikah dengan seorang wanita sholehah dan dari pernikahan itu dikaruniai anak sebanyak 13 orang terdiri dari 3 orang laki-laki dan 10 orang perempuan.
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan
Disamping belajar ilmu di pesantren Darusalam, KH. Mahmud Hashil juga belajar ilmu ke orang-orang alim di luar pesantren seperti Tuan Guru Semman Mulia, Tuan Guru Husin Dahlan dan Tuan Guru Muhammad Zaini bin Abdul Ghani (Guru Sekumpul). Setelah selesai menuntut ilmu di pondok tersebut, beliau mengkhususkan mempelajari ilmu-ilmu agama, antara lainnya Ilmu hakikat atau Ilmu Tasawuf Muhaqqiqīn kepada Tuan Guru H. Abdu Syukur di Teluk Tiram Banjamasin. KH. Abdus Syukur Teluk Tiram atau biasa yang dikenal dengan Mu‟allim Abdus Syukur teluk tiram. Guru Mahmud Hasil juga belajar kepada KH. Anang Ramli Bati-Bati, yang dikenal sebagai seorang yang ahli dalam bidang tasawuf,
2.2 Guru-Guru beliau Sewaktu Menuntut Ilmu di antaranya:
- KH. Muhammad Sya‟rani Arif atau Tuan Guru Anang Sya‟rani
- KH. Salim Ma‟ruf
- Tuan Guru Semman Mulia
- Tuan Guru Husin Dahlan
- Tuan Guru Muhammad Zaini bin Abdul Ghani (Guru Sekumpul)
- Tuan Guru KH. Abdul Syukur
- Tuan Guru K. H. Anang Ramli, Bati-Bati, Kalimantan Selatan
2.3 Mendirikan Pondok Pesantren
KH. Mahmud Hashil di Palangkaraya juga mendirikan serta menjadi pengasuh sebuah pondok pesantren yang diberi nama “Pesantren Sunan Jati”, disamping beliau juga membangun pengajian umum di pondok tersebut yang rutin dilangsungkan pada malam rabu dikenal dengan nama “Majelis Ta‟līm Ubūdiyah” yang menurut orang majelis tersebut merupakan salah yang tertua di Palangkaraya, Kalimantan Tengah yang dibangun pada tahun 1995 oleh KH. Mahmud Hashil dibantu oleh beberapa keluarga beliau serta pengusaha dari Madura. Menurut beliau nama “Ubūdiyah” tersebut diberikan oleh gurunya yang bernama KH. Anang Ramli dari Bati-Bati setelah belajar serta menuntut ilmu khususnya tasawuf pada beliau.
3. Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1 Karier Beliau
Karier Profesional
Pengasuh pesantren Sunan Jati
3.2 Karya Beliau
Setelah mendirikan sebuah pondok pesantren serta tempat pengajian yang secara rutin dilaksanakan, beliau juga mengarang beberapa kitab yang kemudian tersebar ke berbagai pelosok dalam negeri ini. Beberapa kitab tersebut ialah Simpanan Berharga (2011), Sarantang Saruntung (2015) dan Waja Sampai Kaputing (2017), dan kitab terbaru berjudul kitab Kayuh Baimbai.
1. Kitab Simpanan Berharga
Kitab pertama karya Guru Hashil berjudul Kitab Simpanan Berharga. Kitab ini dinamakan dengan Kitab Simpanan Berharga karena kegembiraan dan rasa “nyaman hati” Guru Hashil dalam mengajarkan mutiara-mutiara hikmah dalam sohifah-sohifah yang berasal dari guru-guru beliau. Mutiara-mutiara itulah yang disebut dengan simpanan berharga.
Kitab ini dicetak prtama sekitar tahu 2004, memiliki 416 halaman, dan membahas tentang epistemology penyempurnaan diri dengan berwasilah kepada Nur Muhammad serta jalan fana’ dan istighraq pada Nur Muhammad saw.
Hingga tahun 2023, Kitab Simpanan Berharga telah dicetak berulang kali hingga lebih dari 26 ribu eksemplar dan telah diajarkan dilebih 150 majelis beserta kitab-kitab karya beliau yang lain.
2. Kitab Sarantang Saruntung
Kitab yang kedua, berjudul Kitab Sarantang Saruntung. Sarantang Saruntung adalah ungkapan Guru Hashil dalam mengekspresikan begitu dekatnya dan selalu bersama-sama di mana saja dan ke mana saja antara beliau dengan Nur Muhammad. Jadi sarantang saruntung berarti kebersamaan di mana dan ke mana saja. Kitab ini ditulis tahun 2016 dan pertama kali dicetak tahun 2019.
Kitab ini memiliki 416 halaman berisi tentang 4 bab yaitu kajian ma’rifat af’al dan sifat, asma’ Allah dan zat Tuhan yang suci, sebenar-benar diri pada hakikat, wasilah dan zikir.
3. Kitab Waja Sampai Kaputing
Kitab ketiga adalah Waja Sampai Kaputing yang berasal dari filosofi hidup masyarakat Banjar. Waja sampai kaputing artinya tetap bersemangat dan kuat bagaikan baja dari awal sampai akhir hayat. Guru Hashil menamakan karya kitab beliau dengan waja sampai kaputing, agar semangat para salik mengenal Nur Muhammad lebih mudah dan lebih menggelora.
Kitab Waja Sampai Kaputing ditulis tahun 2017 dan telah dicetak berkali-kali pada tahun berikutnya. Judul kitab yang mengikuti selera pasar ini, telah menjadi buah spiritual para salik saat ini. Hingga saat ini kitab ini sudah dicetak lebih dari 20.000 eksemplar. Kitab ini terdiri dari 585 halaman, dan terdiri dari 10 bab besar.
Bab-bab itu mengkaji syarat fikih Imam Syafii, suci pada syariat dan hakikat serta ma’rifat, istinja’ syariat dan hakikat, wudhu syariat dan hakikat serta ma’rifat, sembahyang syariat dan hakikat serta ma’rifat, cara mengenal diri secara hakikat dan mengamalkannya, segala ma’rifat dan tajalli serta maqam, ibadah syariat dan hakikat serta ma’rifat, jalan Nur Muhammad Saw dan fana’ serta istighraq, empat hadrat dan dua maqam.
4. Kitab Kayuh Baimbai
Kitab termutakhir karya Guru Hashil berjudul Kitab Kayuh Baimbai. Kitab ini berjumlah 451 halaman. Dan sudah tercetak pada tahun 2022 lebih dari 2 ribu eksemplar. Kitab ini diberi nama Kayuh Baimbai, adalah karena didalam hidup ini kita harus baimbai artinya bersama. Sedangkan Kayuh artinya alat pendayung untuk melangkah menjalankan perahu.
Jadi Kayuh Baimbai adalah mengayuh bersama. Dalam mutiara tasawuf muhaqqiqin, kehidupan harus dikayuh bersama. Seseorang mengayuh perahu kehidupan secara sendiri tidak akan pernah merasakan ringan dalam menjalani kehidupan. Hal yang berat selanjutnya, bagi yang menjalankan kehidupan sendiri adalah tidak akan pernah sampai pada tujuan, apalagi cepat sampai tujuan.
Sampan kehidupan harus di gerakkan bersama-sama. Mitra dalam mengayuh itu tidak lain adalah berdua, yaitu satu kayuh untuk seorang hamba yang mulya dan satu kayuh untuk Tuhan yang maha suci dan maha mulya. Mendayung secara bersama artinya, berwasilah kepada Nur Muhammad, Nur adalah nama Allah yang baik, dan Muhammad adalah nama Nabi Besar Muhammad saw.
Kitab ini menerangkan tentang pentingya ilmu tauhid, kemudian membahas jalan-jalan yang di ridhai Allah dan Rasulullah, dan di tutup dengan pengkajian secara komprehensif mahabbah kepada Allah dan Rasulnya.
Sumber Artikel berjudul “Sekilas Profil Abuya Syekh Soleh Basalamah, Pengasuh Ponpes Darussalam Jatibarang Brebes”, selengkapnya dengan link: https://portalbrebes.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-1265906266/sekilas-profil-abuya-syekh-soleh-basalamah-pengasuh-ponpes-darussalam-jatibarang-brebes?page=allDiantara hasil tulisan beliau yang telah diterbitkan adalah: Tabungan Hari Akhirat (koleksi Hadits-hadits Amal) Pengantar Ilmu al-Quran Jurus-jurus Kehidupan (Pesan-pesan Moral) Detik-detik Penting Kehidupan Rasullulah Saw. Keampuhan Ayat-ayat Allah Keistimewaan Hari Jum’at Sebaiknya Anda Tahu
4. Referensi
https://kaltengpos.jawapos.com
https://idr.uin-antasari.ac.id