Al-Kaafi, Tafsir Surah Al-Kahfi Karya Ulama’ Nusantara Berbasis Sains

Ilmu tafsir merupakan salah satu cabang ilmu dalam Islam yang berperan sebagai penjelas daripada ayat Al-Qur’an. Dr.KH. M. Afifudin Dimyathi, LC, MA, dalam pengajian kitab Ilmu Tafsir karyanya. Beliau pernah menuturkan, bahwa corak penulisan sebuah tafsir dipengaruhi dari latar belakang keilmuan mufassir itu sendiri.

Seperti Tafsir Faidhar Rahman karya Kyai Sholeh Darat yang corak muatannya lebih menggunakan bahasa lokal “Bil Lughoh Jawi Al Merikiyah”, yang menurut beberapa riwayat penulisan tafsir ini didorong oleh permintaan R.A. Kartini agar dapat mempelajari lebih dalam tentang kalamullah, selain karena minimnya masyarakat Jawa pada zaman dahulu yang paham dengan bahasa Arab.[1] Atau Tafsir Ayat Ahkam karya Syaikh Ali Ash-Shobuni yang nuansa corak pembahasannya lebih kepada hukum positif Islam (fiqih). [2]

Maka, kitab Al Kaafi Fii Tafsir Surah Al Kahfi yang ditulis oleh KH. Thoha Muntaha Manan (Pengasuh Ponpes Minhajut Thullab, Krikilan, Glenmore, Banyuwangi dan Ponpes Minhajut Thullab, Way Jepara, Lampung) ini corak penafsirannya dari ayat–ayat qouliyah menjadi ayat–ayat kauniyah yang berbasis Sains dan teknologi. Lebih dari itu, dalam muqaddimahnya.

Kyai Thoha menekankan aspek pembahasan utama dalam tafsir surah Al Kahfi ini dalam 4 sub bab. Yakni, fitnah agama, fitnah harta, fitnah ilmu, dan fitnah kekuasaan. Adapun fitnah agama kisahnya tergambar tentang bagaimana penghuni Ashabul Kahfi dalam mempertahankan iman. Dalam fitnah harta kisahya tergambar tentang bagaimana dua pemilik kebun anggur yang saling berselisih. Selanjutnya tentang fitnah ilmu, kisahnya tergambar dalam perjalanan spiritual Nabi Musa ‘alaihissalam ketika menimba ilmu hikmah kepada Nabi Khidir Balya bin Malkan ‘alaihissalam. Dan yang terakhir adalah fitnah kekuasaan, yang kisahnya tergambar ketika Raja Iskandar Dzulqarnain membuat benteng kokoh guna membatasi mobilitas kaum Ya’juj dan Ma’juj.

Tafsir surah Al-Kahfi yang selesai ditulis pada tanggal 11 Ramadhan 1444 Hijriyah ini memuat 68 sub bab yang muatan pembahasannya sarat ilmu Sains dan teknologi. Sebagai contoh, dalam pasal tidur. Dalam sub bab ini, Kyai Thoha menjelaskan secara detail sistem kerja tubuh kita dalam menghasilkan hormon “melatonin” yang nantinya menimbulkan rasa kantuk sehingga hal tersebut merangsang tubuh manusia untuk istirahat atau tidur. Kemudian perihal Naba’ atau berita, dalam kanal Youtube pribadi beliau “Thoha Mannan” (kanal yang berisi video interaktif kajian tafsir ini). Naba’ diartikan sebuah berita yang memiliki nilai lebih dan mampu mengubah suatu persepsi seseorang.

Atau ketika menafsiri QS. Al Kahfi : 17, beliau memaparkan dalam kitab Al-Kaafi ini bahwa Allah Azza Wa Jalla sejatinya mengajarkan cara agar kita dapat memiliki sistem hunian yang sehat ala Ashabul Kahfi. Adapun referensi utama yang digunakan dalam penulisan tafsir surah Al Kahfi ini meliputi, Tafsir Jalalain, Tafsir Ibn Katsir, Tafsir Al – Baghowi, Tafsir Al-Wasith, Tafsir At-Thabari, Tafsir Al-Qurthubi, Tafsir As-Sa’di, dan Tafsir Muyassar karya Dr. Aidh Al Qarni (penulis buku Best Seller Laa Tahzan).

Waba’du, kitab AlKaafi fii Tafsir Surah A-Kahfi ini menjadi salah satu bukti produktifitasnya ulama kita. Semoga kedepannya lebih banyak lagi ulama lokal kita yang giat menghasilkan karya tulis sehingga dapat mengharumkan nama bangsa ini. Amiin Allahumma Amiin.

[1] Amirul Ulum, Kartini Nyantri, (Yogyakarta : CV. Global Press, 2016), 239

[2] Salim Ashar & Dian Erwanto, Metodologi Penelitian Tafsir Qur’an, (Yogyakarta : CV. Bintang Semesta Media, 2023), 5

Katalog Buku Alif.ID

https://alif.id/read/aka/al-kaafi-tafsir-surah-al-kahfi-karya-ulama-nusantara-berbasis-sains-b248878p/