Ilmu Tafsir, Kitab Panduan Memahami Al-Qur’an untuk Pemula

Mempelajari Al-Qur’an bagi setiap muslim merupakan salah satu aktivitas terpenting mengingat Rasul SAW. Menyatakan, “Khoirukum man Ta’alama al-qur’an wa ‘alalmah”. “Sebaik baik kamu adalah siapa yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkanya”. Al-Qur’an Sebagai kitab suci bagi kaum muslimin, di dalamnya terdapat petunjuk-petunjuk Allah yang harus mereka ikuti dan diamalkan secara utuh dan konsekuen agar mereka dapat hidup selamat dan sejahtera baik di dunia maupun di akhirat.

Meskipun demikian, perlu disadari bagi setiap orang yang ingin mempelajari kandungan dan pesan-pesan Al-Qur’an secara benar bukanlah mudah. Selain bahasa yang digunakan adalah bahasa arab, terdapat di dalam Surat Ali Imran ayat nomor tiga, Allah mengingatkan, bagi siapa saja yang ingin memahami pesan-pesan yang terkandung di dalam Al-Qur’an, agar berhati-hati dan mempersiapkan diri. Sebab, selain ada ayat-ayat Muhkam, ada juga ayat-ayat Mutasyabih, dan Al-Qur’an tidak menunjukan mana ayat yang Muhkam dan mana ayat yang Mutasyabih. Untuk itu, diperlukan suatu alat bantu untuk memperoleh pesan-pesan Al-Qur’an secara benar sesuai konteks dan maksud ayat.

Berbicara alat bantu atau cara yang digunakan untuk memahami makna atau pesan-pesan Al-Qur’an. Hemat penulis ada dua cara atau metode yang dapat ditempuh. Pertama, dengan cara membaca kitab-kitab tafsir yang telah ditulis oleh para Ulama dan para pakar tafsir klasik, modern dan kontemporer. Kedua, dengan memahami sendiri secara langsung terhadap ayat-ayat Al-Qur’an, dengan terlebih dahulu menguasai bahasa Arab dan ‘Ulumul Quran atau ‘Ilmu Tafsir. Sehingga dapat menarik makna atau pesan-pesan Al-Qur’an dan menjelaskan kandungan ayat-ayat yang muskil secara benar.

Dengan demikian betapa pentingnya mempelajari ‘Ulumul Quran yang mana telah banyak dirangkum oleh para Ulama di dalam Kitab-kitab Klasik, Modern maupun Kontemporer.  Berikut kitab yang dapat penulis ulas mengenai bidang ‘Ulumul Quran, salah satu kitab yang dapat mengantarkan kepada siapa saja yang ingin memahami pesan-pesan Al-Qur’an secara benar.

Kitab “Ilmu at-Tafsir al-Manqul min Kitab Itmam Ad-darayah” adalah kitab karya Imam Jalaludin As-Suyuthi dengan nama lengkap yaitu “Abdurrahman bin Abi Bakr bin Muhammad al-Khadhiri as-Suyuthi”.  beliau wafat tahun 911 H. beliau dikenal Ulama yang produktif dalam membuat karya-karya tulis, terkhusus dalam bidang ‘Ulumul Quran dan Hadis Nabi. Dikisahkan, sampai akhir hayatnya karya beliau tehitung mencapai 500 buah lebih. Bahkan dalam sehari mampu menulis karangan sebanyak tiga buku tulis.

Tulisannya di bidang Tafsir dan ‘Ulumul Quran antara lain adalah; Ad-Duror Al-Mantsur fi Al-Tafsir Al-Ma’tsur, Tafsir Jalalayn, Al-Itqon fi ‘Ulumil Quran, At-Tahbir dan Ilmu at-Tafsir al-Manqul min Kitab Itmam Ad-darayah. dengan demikian kemampuan beliau dalam bidang ‘Ulumul Quran sudah tidak bisa diragukan lagi.

Oleh karena itu, penulis mengajak para pembaca atau peminat ‘Ilmu Tafsir untuk membaca karya ini. disamping kitab ini merupakan kajian dasar di Pondok Pesantren pada umumnya, bagi peminat ilmu tafsir yang ingin mendalami ‘Ulumul Quran, kitab ini juga bisa menjadi sebuah kitab pengenal yang cukup mudah untuk dipelajari. dengan tebal hanya 36 halaman (Cetakan Karya Toha Semarang), dan juga lafadz yang disajikannya begitu ringkas dan sederhana, serta Bab atau poin-poin yang disuguhkan Mushonif tersusun secara sistematis. Berikut sekilas bab-bab dan poin-poin yang tersaji yang dapat penulis Ulas.

Kitab ‘Ilmu at-Tafsir merupakan gubahan dari kitam Itmam Ad-Daroyah karya beliau sendiri, yang mana telah terdapat dalam judul kitab ini yang bernama ”Ilmu at-Tafsir al-Manqul min Kitab Itmam Ad-darayah.

Pembahasan Ulum Al-Qur’an dalam kitab ini terbagi menjadi dua bab. Bab pertama menjelaskan Pengertian ‘Ilmu tafsir yang mana dalam bab ini terbagi menjadi tiga poin, yaitu : Pengertian Al-Qur’an, Pengertian Surah dan Pengertian Ayat. Adapun dalam bab kedua menjelaskan tentang Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. dalam bab yang kedua ini terdapat lima poin, yaitu : Nuzul Al-Qur’an, Qira’at Al-Qur’an, Makna yang Berkaitan dengan Bahasa, Makna yang Berkaitan dengan Hukum dan Makna yang Berkaitan dengan Lafadz.

Surah Makkiyah dan Surah Madaniyah

Berkenaan dengan informasi turunnya ayat-ayat Al-Qur’an atau Nuzul Al-Qur’an, baik tempat maupun waktu turunnya, ada 12 pokok pembahasan, sementara dalam buku At-tahbir terdapat sebanyak 20 macam bahasan, Dalam pembahasan yang berkaitan dengan turunya ayat-ayat Al-Qur’an, Mushonif mengawali dengan pembahasan beberapa pengertian Surah Makkiyyah dan Surah Madaniyah.

Pertama, “Surah Makkiyyah adalah ayat-ayat atau surah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. sebelum beliau berhijrah ke Madinah, sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat atau surah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. setelah beliau berhijrah ke Madinah, sekalipun diturunkan di Madinah, Mekah,  dan tempat lainnya di perjalanan.”

Kedua.Surah Makkiyyah adalah ayat-ayat atau surah yang diturunkan di Mekah, sekalipun setelah Nabi Muhammad saw. berhijrah ke Madinah, sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat atau surah yang diturunkan di Madinah. Demikian yang diungkapkan oleh Imam Jalaludin As-Suyuthi dalam kitab ini.”

Jika penulis boleh menambahkan definisi yang ketiga sebagaiman terdapat kitab Al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an. “Surat Makkiyah adalah suatu khitob yang ditunjukan kepada penduduk Makah. Sedangkan Surah Madaniyah adalah suatu khitob yang ditunjukan kepada penduduk Madinah.”

Hemat penulis ayat-ayat atau surah pasca Hijrah atau Madaniyah maka isinya rata-rata tentang: Pergaulan Sosial, Muamalat, Sosial Sistem bagiamana menata kehidupan berbangsa dan bernegara. Adapun ayat-ayat atau surah pereode Makah atau pra Hijrah biasanya berisi tentang akidah.

Qira’at Al-Qur’an

Ilmu agama islam pada mulanya tidak tersusun atau terkodifikasi secara teoristis (nadhoriyah) seperti sekarang ini. akan tetapi, dahulu ilmu agama islam hanya berupa ilmu terapan/praktis (amaliyah) saja. Jadi  tranmisi ilmu dari generasi ke generasi dimulai dari nabi Muhammad SAW. ke Sahabat lalu sampai ke Tabiin, semuanya itu melalui hafalan atau periwayatan.

Jadi sanad atau geneologi ilmu islam termasuk Al-Qur’an, semuanya itu  disampaikan melalui Hafalan atau periwayatan. Bahkan Nabi Muhammad mengingatkan Janganlah kalian menulis dariku, barangsiapa menulis dariku selain Al-Qur’an hendaklah dihapus dan ceritakanlah dariku dan tidak berdosa. Barangsiapa berdusta atas nama ku dengan sengaja maka hendaklah menyiapkan tempatnya di Neraka “. Nabi mengingatkan demikain supaya tidak campur baur antara Al-Qur’an, Hadist dan Ilmu yang lainya.  Al-Qur’an yang ditulis waktu itu pun hanya suatu tulisan dengan tanpa titik ataupun harokat.

Lalu muncul seorang Tabiin yang bernama Abu Aswad Ad-duali, beliau hidup pada tahun 61 H. yaitu seseorang yang pertama kali meletakkan titik pada suatu huruf. Dari sinilah ilmu agama islam mulai di teoritiskan termasuk ilmu Al-Qur’an. Selanjutnya muncul Ulama’ besar bernama Al-Kholil bin Ahmad Al-Zahidy beliau adalah orang yang pertama kali membuat Harokat pada suatu huruf. Kemudian pada tahun 224 H. muncul Ulama’ yang bernama Abu ‘Ubaid Qosim bin Salam yaitu orang yang pertama kali merintis Ilmu Tajwid Al-Qiraat.

Berangkat dari sini betapa pentingnya mengetahui Ilmu Qira’at Al-Qur’an, bagaimana Al-Qur’an sampai di tangan kita masih dalam keadaan Otentik. Dengan apa? Yaitu dengan mengetahui Qira’at-qira’at Al-Qur’an dari Al-Mutawatir, Al-ahad, Syadz, Beberapa Qira’at Nabi, Para Periwayat dan Penghafal Al-Qur’an dan Tata Cara Membaca Al-Qur’an. Berikut sekilas poin-poin penjelasan Imam Suyuty mengenai Qira’at Al-Qur’an dalam kitab ini yang dapat penulis sampaikan.

  1. Al-Mutawatir

Imam Suyuti menyatakan diantaranya sebagaimana berikut:

“Dimaksudkan dengan riwayat yang mutawatir adalah apa yang diriwayatkan sekelompok orang banyak yang mereka itu tidak mungkin bersepakat untuk berdusta. Keadaan ini berlaku dari kelompok penerima pertama sampai dengan kelompok penerima terakhir. Qira’at yang disandarkan kepada riwayat yang mutawatir ini ada tujuh imam Qira’at, yaitu: Nafi’, Ibnu Katsir, Abi ‘Amr, Ibnu ‘Amir, ‘Ashim, Hamzah, dan Kisa’iy.”

  1. Al-Ahad

Di dalam kitab ini dijelaskan:

“Dimaksudkan dengan riwayat Al-Ahad adalah riwayat yang periwayatanya tidak mencapai jumlah Mutawatir, namun masih dalam kategori sanad yang sahih, seperti Qira’at Ats-tsalatsah, yakni Abu Ja’far dan Ya’qub, serta Khalf seorang yang menjadi pelengkap Qira’at Al-Asyarah. Begitu pula dengan Qira’at-qira’at yang dipraktekkan oleh sahabat yang sanadnya sahih bukan dengan jalan rasio.”

  1. Asy-Syadz

Imam Suyuty menyampaikan tentang Qira’at Asy-Syadz diantaranya sebagai berikut:

“Dimaksudkan dengan riwayat yang Syadz adalah riwayat yang tidak masyhur dari Qira’at para tabiin. Riwayat ini dianggap Syadz karena gharib (tidak dikenal / asing) atau sanadnya dhaif (lemah). Demikianlah, kami mengikuti Al-Bulqiniy pada bagian ini dan kami membicarakannya secara bebas dalam At-Tahbir tanpa memberikan tambahan.”

  1. Beberapa Qira’at Nabi SAW.

Dalam bab ini Imam Suyuti memaparkan salah satu Qira’at-qira’at yang disampaikan oleh Nabi SAW. melalui beberapa jalur sanad, diantaranya beliau sampaikan:

Abu Abdillah Al-Hakim An-Naysaburiy menyimpulkan dari sahih Bukhoriy dan Muslim dalam satu bab buku beliau Al-Mustadrak. Dalam bab ini beliau mentakhrij (mengeluarkan hadis lengkap dengan sanad) sejumlah Qira’at dari berbagai jalur sanad. Beliau mentakhrij dari jalur sanad Al-A’masy dari Abi Shalih dari Abi Hurayrah bahwa Nabi SAW. Membaca: “Maliki yaw mid-din” dengan huruf mim tanpa alif. Beliau berpendapat riwayat itu sahih berdasarkan ketentuan Bukhary dan Muslim dan beliau jadikan syahid terhadap hadis Abdullah bin Abi Mulaykah dari Ummi Salamah: “Bahwa Rasullah SAW. Membaca: “Bismillahirrohmanirrohim, Al-hamdu lillahi Rabbil-A’lamin. Ar-Rahman Ar-Rahim. Maliki yaw mid-din” dengan tanpa alif pada huruf mim.”

Beliau lanjutkan dengan mengatakan:

“Akan tetapi, kami temukan hadis dalam Al-Mu’jam Ibni jami’ dari jalur sanad Harun Al-A’war dari Al-‘A’masy dengan lafal “Maaliki” dengan alif.”

Yang demikian itu termasuk termasuk Qira’at tujuh, dengan pernyataan beliau yaitu:

“Kedua Qira’at ini termasuk Qira’at tujuh.”

Demikian sedikit uraian mengenai kitab ‘Ilmu At-Tafsir yang dapat penulis sampaikan, semoga uraian  di atas dapat memberi tahu kita tentang beberapa hal. Di antaranya adalah kitab ‘Ilmu At-Tafsir bisa dijadikan pertimbangan sebagai materi dasar pengenal ilmu tafsir terkhusus dalam memahami dan menarik makna Al-Qur’an secara benar. Sekian terimakasih.

Katalog Buku Alif.ID

https://alif.id/read/afw/ilmu-tafsir-kitab-panduan-memahami-al-quran-untuk-pemula-b248890p/