Daftar Isi
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
1.2 Wafat
1.3 Riwayat Keluarga
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1 Mengembara Menuntut Ilmu
2.2 Guru-Guru Beliau
3. Penerus Beliau
3.1 Anak-anak Beliau
4. Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1 Mendirikan Pondok Pesantren
4.2 Karier Beliau
4.3 Karya-karya Beliau
5. Referensi
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
KH. Quhwanul Adib Munawwar Kholil lahir di Grobogan, 25 Juli 1964 dari pasangan bahagia KH. Munawwar Kholil dan Nyai Hj Maslamah. Kiai Adib dibesarkan di lingkungan religius Ayah beliau merupakan pendiri Pondok Pesantren. Al-Maram, Manduran, Grobogan, Jawa Tengah. Oleh karena itu, masa muda beliau dihabiskan untuk mengaji kepada sang ayah KH. Munawwar Kholil.
KH. Quhwanul Adib Munawwar Kholil, salah satu Masyayikh dan A’wan Pondok pesantren Langitan, yang dikenal Faqih, sufi, dan penekun kitab-kitab klasik.
1.2 Wafat
Kamis malam, 03 Desember 2020 lalu, KH. Quhwanul Adib wafat. Beliau dimakamkan di komplek pemakaman masyayikh Pondok Pesantren Langitan.
1.3 Riwayat Keluarga
KH. Quhwanul Adib Munawwar Kholil menikah dengan seorang putri KH. Abdullah Faqih bernama Ny. Hj. Hanifah, Dalam pernikahannya dengan Ny. Hj. Hanifah beliau dikaruniai lima orang putra-putri yakni Agus Muhammad Muslih, Ning Abidah, Agus Abdur Rouf, Ning Arofah, dan Agus Salim.
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan
Namun, sang ayah, KH. Munawwar Kholil tidak mengizinkannya, sang ayah lebih memilih untuk mematangkan intelektualitas KH. Quhwanul Adib muda terlebih dahulu sebelum ia berangkat mondok, dan KH. Quhwanul Adib muda pun menurutinya. Hal itu terbukti, tahun demi tahun, kemampuan intelektualitas Quhwanul Adib muda bertambah, bahkan beliau kerap kali menggantikan sang ayah untuk memimpin pengajian di depan masyarakat umum. Hingga pada umur 21 tahun, sang ayah mengizinkan KH. Quhwanul Adib muda untuk memulai pengembaraan ilmunya ke pesantren-pesantren di pulau Jawa.
Ada kisah unik sebelum KH. Quhwanul Adib memutuskan untuk mengaji kepada KH. Dimyathi Rois, sebagaimana diceritakan oleh Gus Abdur Rouf, putra beliau. Suatu saat, KH. Quhwanul Adib muda sowan kepada KH. Dimyathi Rois. Namun, belum sempat berkata apa-apa KH. Dimyathi Rois sudah dapat membaca hati KH. Quhwanul Adib Mendapati hal itu, KH. Quhwanul Adib muda pun mantap untuk melanjutkan pengembaraan ilmunya di PP. Al-Fadhlu, Kaliwungu.
Setelah bertahun-tahun beliau mondok di PP. Al-Fadhlu wal Fadhilah, Kaliwungu. KH. Quhwanul Adib pun melanjutkan pengembaraan ilmunya dengan ber-tabarruk dari satu pesantren ke pesantren lain di pulau Jawa. Di Jawa Timur, beliau bertabarruk di banyak pesantren mulai dari Paculgowang. Ngrangkok, Kwagean, Ringinagung, Blitar, Banyuwangi, Jombang. Tremas dan lain sebagainya. Menurut Gus Abdul Rouf saat bertabarruk di pesantren-pesantren di Jawa Timur, beliau mengkhatamkan sedikitnya 180 kitab diantaranya Fath al-Qarib, Fath al-Muin, Fath al-Wahab, Muhaddzab, Mahalli, lqna, Sirajuth Thalibin, Minhaj al-Abidin, Riyadh ash Shalihin, Lubb al-Mashun, Jamul Jawami, dan lain sebagainya.
Di luar Jawa Timur bellau ber-tabarruk di Sarang, Rembang, Lasem hingga Banten. Saat mondok kilatan Ramadhan di Sarang. beliau bahkan dapat mengkhatamkan 80 kitab matan.
2.2 Guru-Guru Beliau saat Menuntut Ilmu di antaranya:
- KH. Munawwar Kholil
- KH. Abul Fadhol Senori Tuban
- KH Dimyathi Rois Kaliwungu
- KH. Abdullah Faqih
3. Penerus Beliau
3.1 Anak-anak Beliau
- Agus Muhammad Muslih
- Ning Abidah
- Agus Abdur Rouf
- Ning Arofah
- Agus Salim
4. Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1 Mengasuh Pondok Pesantren
Setelah menikah dengan Ny. Hj. Hanifah kemudian beliau diboyong untuk menjadi pengajar di Pondok Pesantren Langitan hingga akhir hayatnya.
Diceritakan, saat beliau diboyong ke Langitan, KH. Munawwar Kholil, ayahanda beliau sempat bersedih selama empat tahun. Sebab anak yang disiapkan untuk menjadi penerusnya diminta oleh KH. Abdullah Faqih untuk tinggal di Langitan. Apalagi disana KH. Munawwar Kholil sudah menata rapi semua kegiatan pengajian untuk sang putra. Namun karena KH. Abdullah Faqih yang meminta, akhirnya KH. Munawwar Kholil pun rela melepaskan Kiai Adib.
Sejak bermukim di Pondok Pesantren Langitan, beliau sudah dikenal alim bahkan sering diamanahi untuk membalah kitab-kitab besar. Beliau juga menjadi rujukan dalam berbagai persoalan fikih kontekstual, nama beliau tercantum dalam rubrik Masa’il di Majalah Langitan. Beliau juga sosok yang istiqomah dan disiplin dalam mengaji. Bahkan meski yang mengaji hanya satu atau dua orang tidak menjadi masalah.
Sepeninggal KH. Abdullah Faqih, KH. Quhwanul Adib Munawwar Kholil juga diamanahi untuk menggantikan beliau dalam pengajian Ihya Ulumuddin kepada santri dan alumni Pondok Pesantren Langitan dalam pengajian mingguan.
4.2 Karier Beliau
Pengasuh pesantren Langitan
5. Referensi
https://langitan.net