Laduni.ID, Jakarta – Suatu ketika ada seorang perempuan datang menghadap Syekh Abdul Qodir Jaelani, mengantarkan anaknya untuk berguru pada Syekh untuk mempelajari ilmu suluk. Syekh memerintahkan agar si anak harus belajar dengan tekun mengikuti cara-cara orang salaf dan ditempatkan di ruang khalwat.
Beberapa hari kemudian si ibu datang menengok anaknya dan dilihat tubuh anaknya itu menjadi kurus, makannya hanya roti kering dan gandum. Si ibu kemudian masuk ke ruang Syekh dan melihat di hadapannya tulang-tulang sisa makanan daging ayam yang sudah bersih.
Ibu itu berkata, “Kalau saya perhatikan, Tuan Syekh makan dengan makanan serba enak, sedang anak saya badannya kurus karena makanannya hanya bubur gandum dan roti kering, untuk hal itu apa maknanya sehingga ada perbedaan?”
Mendengar pertanyaan itu lalu Syeh meletakkan tangannya di atas tulang-belulang ayam sambil berkata:
قومي باذن الله تعالى الذي يحي العظام وهي رميم
Quumii bi idznillahi ta’ala alladzi yuhyil ‘idzoma wa hiya romiim
Artinya: “Berdirilah dengan idzin Allah ﷻ yang menghidupkan tulang belulang yang sudah hancur.”
Lalu berdirilah tulang-belulang itu menjadi ayam kembali sambil berkokok:
لا اله الا الله محمد رسول الله الشيخ عبد القادر ولي الله
Artinya: “Tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad utusan Allah, Syekh Abdul Qodir kekasih Allah.”
Syekh berkata pula kepada orang tua anak itu, “Kalau anakmu dapat berbuat seperti ini, maka ia boleh makan seenaknya asal yang halal.” Ibu itu merasa malu oleh Syekh dan memohon maaf atas prasangka yang buruk. Dengan keyakinan bulat, ibu itu menyerahkan anaknya kepada Syekh untuk dididik.
Tarbiyah itu adalah untuk membina dan melatih pikiran yang merupakan hal paling sulit. Itulah yang diperlukan seseorang yang ingin senang tentu harus berusaha keras untuk mencapainya.
Demikian juga orang yang ingin berhasil, maka ia harus belajar dengan sungguh-sungguh sebagaimana dikatakan Syekh Abdul Qodir Jaelani di atas.
Semoga bermanfaat.
Sumber: Dirangkum dari Kisah-Kisah Ajaib Syekh Abdul Qadir Jaelani karangan Ibnu Watiniyah
Editor: Daniel Simatupang