Laduni.ID, Jakarta – Hari ini Senin, 1 April 2024 bertepatan dengan hari lahir KH. Muhammad Idris Kacangan, Tuan Guru Turmudzi Badaruddin dan hari wafat KH. Ja’far Shodiq Aqiel Siroj, Syekh Muhammad Suja’i Al-Kudani (Mama Gudang).
KH. Muhammad Idris Kacangan
KH. Soeratmo Muhammad Idris atau lebih dikenal dengan panggilan Mbah Kyai Muhammad Idris Kacangan. Beliau lahir pada tanggal 1 April 1913 M. Beliau merupakan putra dari pasangan KH. Amir Hasan Yogyakarta dan Nyai Aisyah binti KH. Idris Boyolali.
KH. Muhammad Idris Kacangan wafat pada hari Rabu Pon, 26 Jumadil Akhir 1423 H atau bertepatan pada tanggal 4 September 2002 M.
KH. Muhammad Idris Kacangan memulai pendidikannya dengan belajar di Manbaul Ulum, Slompretan sampai tamat kelas XI dengan nilai yang sangat memuaskan.
Selain itu, beliau juga pernah belajar di beberapa Pondok Pesantren, di antaranya adalah Pondok Pesantren Jamsaren, Solo, di bawah asuhan KH. Idris, Pondok Pesantren Tremas Pacitan, Pondok Pesantren Bangkalan Madura, Pondok Pesantren Kaliwungu Kendal dan pernah mengikuti majelis taklim dibawah asuhan Habib Muhsin bin Abdullah, Solo, untuk mempelajari Hadis Bukhari dan Muslim.
Dalam perjalanan spiritualnya, beliau juga sempat menjadi seorang Mursyid Tarekat. Semenjak beliau menjadi Mursyid itu, konon pernah sampai jumlah puluhan ribu anggota yang diasuh, terdiri dari berbagai macam lapisan masyarakat. Bahkan beberapa bulan sebelum wafat, beliau masih sempat memba’aiat sekitar 200 orang sambil tiduran karena sudah udzur atau sakit, dan dilakukan bersama atau dijamak.
Beliau sangat menghormati tamu, pernah suatu ketika beliau kedatangan tiga orang tamu dari jauh. Pada saat itu ibu nyai dan pembantu tidak ada dirumah. Tiga tamu tadi dihidangkan minuman yang diambil dalam teko persediaan beliau sendiri. Anehnya dalam satu teko yang biasanya berisi teh, ketika dituangkan di dalam gelas para tamu tersebut isinya berbeda-beda sesuai dengan kesukaan tamu tersebut.
Satu gelas pada saat dituangkan berisi kopi, satu berisi teh dan satunya lagi berisi susu. Hal ini membuat ketiga tamu tadi tertegun sambil berbisik, “Bagaimana bisa kiyai sudah tahu minuman kesukaan kami padahal kami belum pernah silaturahmi dan ketemu kiyai, dan kami saat ini memang betul-betul haus.”
Simak biografi lengkapnya di: KH. Muhammad Idris Kacangan
Simak chart silsilah sanad ilmu KH. Muhammad Idris Kacangan
Tuan Guru Turmudzi Badaruddin
Tuan Guru Bagu atau yang kerap disapa dengan panggilan Tuan Guru Haji (TGH) Turmudzi Badaruddin lahir pada hari Rabu, 1 April 1936 M atau bertepatan dengan 9 Muharram 1355 H di Bagu. Beliau merupakan putra dari pasangan Tuan Guru Haji Raden Badaruddin dengan Hj. Aminah binti H. Ridwan.
Tuan Guru Haji (TGH) Turmudzi Badaruddin memulai pendidikannya dengan belajar di bawah asuhan ayahandanya. Ayahnya lah yang pertama kali mengajarkannya Al-Qur’an sampai pada umur lima tahun. Beliau juga diajar mengaji Al-Qur’an oleh pamannya, yakni Haji Semaun sampai khatam. Ayahnya juga yang mengajarkan untuk membiasakannya melakukan kebaikan, seperti selalu diajak ke masjid, shalat berjamaah dan ngaji Al-Qur’an.
Sepulang haji, Tuan Guru Haji (TGH) Turmudzi Badaruddin tidak memberitahukan kepada gurunya, Tuan Guru Bengkel bahwa namanya sudah berganti. Tetapi, tertulis di kipas yang beliau hadiahkan kepadanya tulisan Haji Muhammad Turmudzi. Ketika melihat nama itu, Tuan Guru Bengkel berkomentar, “Bagus.” Beliau merestui nama itu.
Tuan Guru Haji (TGH) Turmudzi Badaruddin benar-benar menemukan jati dirinya sebagai tokoh ulama NU di NTB yang sudah menasional. Terutama setelah keterlibatannya pada kepengurusan Dewan Mustasyar Pengurus Besar NU maupun Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Hampir setiap ada gawe besar baik di NU maupun Partai Kebangkitan Bangsa, Tuan Guru Haji (TGH) Turmudzi Badaruddin tidak pernah absen dan apalagi Gus Dur ada disitu.
Simak biografi lengkapnya di: Tuan Guru Turmudzi Badaruddin
Simak chart silsilah sanad ilmu Tuan Guru Turmudzi Badaruddin
KH. Ja’far Shodiq Aqiel Siroj
KH. Ja’far Shodiq Aqiel Siroj atau yang akrab dipanggil Buya Ja’far oleh para santrinya lahir di kompleks Pondok Pesantren Kempek, Kecamatan Gempol, Kabupaten Cirebon pada tanggal 1 Juni 1951, beliau merupakan anak sulung dari 5 bersaudara pasangan KH. Aqiel Siroj (Pondok Pesantren Gedongan, Cirebon) dengan Nyai Hj. Afifah Harun, putri pendiri Pondok Pesantren Kempek, KH. Harun Abdul Jalil.
KH. Ja’far Shodiq Aqiel Siroj menyempurnakan separuh agamanya dengan menikahi Ibu Nyai Hj. Daimah binti KH. Nashir Abu Bakar yang merupakan sepupu beliau dari jalur ibu.
KH. Ja’far Shodiq Aqiel Siroj wafat pada hari Selasa, 1 April 2014 atau bertepatan dengan tanggal 1 Jumadil Akhir 1435 H pukul: 18.00 WIB, di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Jakarta karena sakit.
KH. Ja’far Shodiq Aqiel Siroj mengawali pendidikannya dengan mengaji di Pondok Pesantren Kempek sampai mengkhatamkan Al-Qur’an kepada paman beliau, KH. Umar Sholeh dan Alfiyah ibn Malik dibawah bimbingan ayahanda beliau langsung yakni, KH. Aqiel Siroj.
Setelah ayahanda beliau wafat, KH. Ja’far Shodiq Aqiel Siroj diberi amanah untuk melanjutkan estafet kepemimpinan pesantren yang pada saat itu masih bernama Majlis Tarbiyatul Mubtadiin (MTM) yang masih merupakan satu kesatuan dengan Pondok Pesantren Kempek.
Setelah ayahanda, Kyai Haji Aqiel Siroj berpulang ke Rahmatullah, kepemimpinan pesantren diambil alih olehnya, sebagai anak yang pertama beliau memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengasuh Pondok Pesantren KHAS (dulu MTM) dan terlebih lagi keluarga.
Simak biografi lengkapnya di: KH. Ja’far Shodiq Aqiel Siroj
Simak chart silsilah sanad ilmu KH. Ja’far Shodiq Aqiel Siroj
Syekh Muhammad Suja’i Al-Kudani
Syekh Muhammad Suja’i Al-Kudani lahir pada hari Senin, sekitar tahun 1835 Masehi merupakan sosok seorang ulama Tatar Pasundan yang bergelar Al-Aalim Al-Allaamah.
Syekh Muhammad Suja’i Al-Kudani Menikah dengan Nyimas Hj. Khodidjah, Putri dari Pengusaha Alim dari Demak, Jawa Tengah yang dikenal dengan sebutan Haji Dolar / Haji Dullah.
Syekh Muhammad Suja’i Al-Kudani (Mama Gudang) wafat pada hari Jum’at 10 Dzulhijah 1385 Hijriah atau 1 April 1966 di usia sekitar 131 tahun, beliau dimakamkan di Pesantren Gudang Tasikmalaya
Beliau belajar pertama kali dari ayahnya Mama Abdurahman yang mengajarkan ilmu-ilmu dasar seperti Al-Qur’an, hadis, fiqih, nahwu, sharaf dan lain-lain. Kemudian beliau melanjutkan pendidikannya di berbagai pesantren dan majelis ilmu di Jawa Barat seperti Pesantren Rancapon Dewi di Tasikmalaya, Pesantren Bojong di Garut, Pesantren Bunikasih di Cianjur, dan Pesantren Cibitung di Bandung Barat.
Syekh Muhammad Suja’i Al-Kudani (Mama Gudang) juga aktif dalam berdakwah dan menyebarkan ajaran Islam yang moderat, toleran, dan rahmatan lil alamin beliau sering mengunjungi berbagai daerah seperti Banten, Jakarta, Lampung, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku untuk memberikan ceramah pengajian dan bimbingan rohani.
Setelah menyelesaikan pendidikannya Syekh Muhammad Suja’i Al-Kudani (Mama Gudang) kembali ke Tasikmalaya dan mendirikan Pesantren Gudang yang menjadi pusat penyebaran ilmu dan dakwah di daerahnya di pesantren ini. Beliau mengajarkan berbagai ilmu seperti Al-Qur’an, Hadis, Fiqih, Nahwu, Balaghar, Mantik Ushuluddin, Tasawuf, Tarekat dan lain-lain.
Simak biografi lengkapnya di: Syekh Muhammad Suja’i Al-Kudani
Simak chart silsilah sanad ilmu Syekh Muhammad Suja’i Al-Kudani
https://www.laduni.id/post/read/525717/info-harian-laduniid-1-april-2024.html