Biografi KH. Ma’ruf Zubair, Pengajar di Pesantren Ma’hadu ‘Ulum Asy-Syar’Iyyah (MUS) Rembang

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Menjadi Pengajar

4.    Referensi

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
KH. Ma’ruf Zubair lahir pada tanggal 22 Mei 1958 M (3 Dlulqo’dah 1377 H) di Sarang. KH. Ma’ruf Zubair tidak menikmati indahnya kasih sayang dari Sang Ayahhanda karena di usianya yang masih sangat belia, beliau ditinggal wafat sang Ayahhanda, KH. Zubair Dahlan.

Tepatnya ketika masih berumur 10 tahun. Namun justru dalam waktu yang sangat singkat itu, Islamic character buildin yang ditanamkan KH. Zubair Dahlan sangat terpatri dalam pribadi KH. Ma’ruf Zubair, hingga kelak menjadi tokoh panutan umat.

1.2 Riwayat Keluarga
Setelah kembali ke tanah kelahiran, beliau mempersunting Ibu Nyai Hj. Anis Chanifah binti KH Moh. Zayadi dari Probolinggo. Dari pernikahan ini, beliau dikaruniani empat putra-putri. yaitu:

1. Ng. Mahsunah Hasanah,
2. Ag. Chaizussyaraf,
3. Ag. As’ad Hariri,
4. Ag. Ahyad Mas’udi.

1.2 Wafat
KH. Ma’ruf Zubair wafat pada hari Jum’at, 7 Ramadhan 1430/28 Agustus 2009. Di usia 51 tahun.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
Di bawah bimbingan langsung KH. Zubair, perjalanan keilmuan KH. Ma’ruf Zubair dimulai. Setelah kepergian ayahnya, beliau memulai sebuah perjalanan ilmu yang luas, menelusuri samudra ilmu yang dipimpin oleh para masyayikh Sarang. Seiring berjalannya waktu, dari seorang Kyai Ma’ruf kecil yang lincah dan menggemaskan, beliau telah bermetamorfosis menjadi sosok yang alim dan dihormati oleh banyak orang.

Tersugesti oleh ketenaran ilmiah sang ayah, KH. Ma’ruf Zubair tidak pernah merasa puas dengan pengetahuannya yang telah ada di Sarang. Semangatnya terus membara untuk mengejar mutiara-mutiara ilmu yang masih tersembunyi di dasar samudra pengetahuan. Layar pengembaraannya pun kembali dibentangkan, mengarungi lautan ilmu menuju tempat-tempat yang baru. Akhirnya, perjalanan keilmuannya menemukan tempat berlabuh di pondok Pesantren Al-Barokah di Cilacap, Jawa Tengah.

Di bawah bimbingan  Syekh Mas’ud bin Muhyidin, KH. Ma’ruf Zubair kembali menajamkan kecerdasan yang telah diwarisi dari ayahandanya. Berbagai disiplin ilmu beliau tekuni, tidak hanya terbatas pada ilmu agama, tetapi juga mencakup pengetahuan umum. Wawasannya yang begitu luas membuatnya mampu menguasai beragam bidang ilmu. Keilmuannya telah mengakar dalam dirinya, kokoh dan kuat bagai batu karang yang tak tergoyahkan oleh hempasan Tsunami sekalipun.

2.2 Guru-Guru
1. KH. Zubair Dahlan (ayah),
2. Syekh Mas’ud bin Muhyidin.

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah

3.1 Menjadi Pengajar
Dengan segudang kemampuan dan keahlian yang dimilikinya, KH. Ma’ruf Zubair dengan antusias berbagi ilmu kepada ribuan umat yang telah menantikannya. Bersama kakak iparnya, KH. Abdurrahim bin Ahmad, beliau meneruskan perjuangan Sang Ayahanda di Pondok Pesantren MUS. Fathul Muin menjadi bidang spesialisasinya setiap ba’da Ashar. Ratusan santri berjejal mengisi setiap ruang kosong aula PP. MUS, siap menerima pengetahuan yang disampaikan oleh KH. Ma’ruf Zubair yang begitu menarik dan mudah dicerna.

Dengan teknik mengajar yang handal, beliau mampu menjadikan Fathul Mu’in, yang dianggap sulit untuk dipahami, menjadi lebih mudah untuk dipelajari. Penguasaan gramatika Arab yang telah menjadi bagian dari dirinya pun turut diterapkan dalam setiap lafadz kitab yang dikajinya. Hal ini membuat semua kitab, bahkan yang paling sulit sekalipun, menjadi lebih mudah dicerna dan dipahami oleh para santri.

Dengan wawasan yang luas dan kepiawaiannya dalam bercanda yang penuh dengan makna filosofis kehidupan, KH. Ma’ruf Zubair mampu membuat semua orang yang berada di depannya betah mengaji berlama-lama. Selain aktif di Pondok Pesantren MUS, beliau juga memberikan kontribusi besar dengan mengajar di Madrasah Ghozaliyah Sya’fi’iyyah (MGS).

Peranannya dalam dinamika MGS sangat signifikan. Di tengah tekanan untuk memasukkan MGS ke dalam kurikulum formal, beliau menentangnya dengan keras. Penentangan ini bukanlah karena beliau tidak mengakui pentingnya pendidikan formal, tetapi lebih karena khawatir akan hilangnya identitas MGS yang telah dirintis sejak lama oleh para pendiri dan masyayekh madrasah ini.

Dalam beberapa tahun terakhir, di Madrasah Ghozaliyah Sya’fi’iyyah (MGS), KH. Ma’ruf Zubair telah fokus pada pengajaran tafsir di tingkat II dan III Aliyah. Meskipun kesehatannya mulai terganggu, semangatnya untuk mengajar dan menyapa murid-muridnya tetap berkobar. Bahkan, beliau tidak hanya peduli pada aspek akademis, tetapi juga secara aktif mengawasi kondisi fisik madrasah setiap pagi.

Bahkan ketika sakit pun, beliau tetap meluangkan waktu untuk melakukan hal tersebut. Di MGS, beliau memegang jabatan sebagai wakil dari kakaknya, Syaikhina Maimoen Zubair, sebagai mudir ‘Am II. Amanah tersebut diemban dengan penuh tanggung jawab hingga akhirnya Allah SWT memanggilnya pada bulan dan hari yang penuh berkah.

4. Referensi
Diolah dan dikembangkan dari data-data yang dimuat di situs: www.ppalanwar.com

https://www.laduni.id/post/read/525776/biografi-kh-maruf-zubair-pengajar-di-pesantren-mahadu-ulum-asy-syariyyah-mus-rembang.html