Info Harian Laduni.ID: 22 April 2024

Laduni.ID, Jakarta – Hari ini Sabtu, 22 April 2024 bertepatan hari lahir KH. A. Rifa’i Romly, KH. R. Ahmad Masyhud dan hari wafat KH. R. Muhammad Hambali Sumardi.

KH. A. Rifa’i Romly
KH. A. Rifa’i Romly lahir pada tanggal 22 April 1942 M. di Rejoso, Suwaru, Mojoagung. Beliau merupakan putra pertama dari pasangan KH. Romly Tamim dan Ibu Nyai Chodijah.

KH. A. Rifa’i Romly menikah dengan Nyai. Hj. Ummu Aiman binti KH. Mahrus Aly Lirboyo kediri.

KH. A. Rifa’i Romly wafat pada 12 Desember 1995 M. di Rejoso Suwaru Mojoagung.

Pada masa kecil, Kyai Rifa’i dididik dan diasuh langsung oleh ayahnya, KH. Romly Tamim. Setelah beranjak dewasa, Kyai Rifai melanjutkan pendidikannya di Madrasah Ibtida’iyah dan Muallimin (setingkat SLTP) di Darul ‘Ulum, kemudian mondok di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri.

KH. A. Rifa’i Romly berkiparah di Darul ‘Ulum mulai tahun 1972 M. sebagai Kepala Sekolah SMP Darul ‘Ulum 1. Kemudian menjadi Ketua Umum Ikatan Pondok Pesantren Darul ‘Ulum (IKAPPDAR) pada tahun 1976 M. dan Menjadi Mursyid Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah menggantikan almarhum Dr. KH. Musta’in Romly pada tahun 1985 M.

Simak biografi lengkapnya di: KH. A. Rifa’i Romly
Simak chart silsilah sanad ilmu KH. A. Rifa’i Romly

KH. R. Ahmad Masyhud
KH. R. Ahmad Masyhud lahir di Subang, pada tanggal 22 April 1916 M. Beliau merupakan anak pertama dari dua bersaudara, ayahnya bernama KH. Aceng Muhammad Qolyubi dan Ibunya bernama Nyai Hj. Siti Maemunah, beliau mempunyai seorang adik yang bernama KH. Ahmad Syahid.

Karena dari kecerdasan dan ketekunan yang dimiliki olehnya, KH. Ahmad Syafi’i berfikir untuk menjodohkan KH. R. Ahmad Masyhud dengan putrinya, itu sebabnya beliau dinikahkan dengan putrinya yaitu Nyai Siti Maemunah.

KH. R. Ahmad Masyhud meninggal pada tahun 1985 yang kemudian di makamkan di Kampung Mahmud berdekatan dengan makam Eyang Dalem Abdul Manaf (Mahmud).

KH. R. Ahmad Masyhud pertama kali menempuh pendidikan di Vervolgschool yang lebih dikenal dengan “Sekolah Ongko Loro”, pada tahun 1923 dan lulus mempunyai ijazah pada tahun 1928, beliau menempuh pendidikan di Vervolghschool selama 5 tahun. Kemudian KH. R. Ahmad Masyhud mulai mendaftar sekolah agama di Madrasah Jami’atul Khoer Soreang dari tahun 1929-1931.

Melihat realitas kultur sosial dan keagamaan masyarakat Cijerah yang dianggap menyimpang dari ajaran Al-Qur’an. KH. Ahmad Masyhud tergerak hatinya untuk melakukan pembaharuan dan pemurnian kembali terhadap ajaran dan pemahaman serta praktik-praktik keagamaan masyarakat. Tentu saja, misi itu diiringi dengan wawasan keilmuan beliau yang luas tentang Islam, karena beliau sudah banyak menimba ilmu di beberapa pondok pesantren.

Pondok Pesantren Al-Istiqomah Wanasarididirikan oleh KH. R. Ahmad Masyhud adalah Pondok Pesantren Al-Istiqomah Wanasari. Awal mula didirikannya pondok pesantren ini berawal dari latar belakang datangnya KH. R. Ahmad Masyhud ke Cijerah atas utusan dari mertuanya yakni KH. Ahmad Syafi’i, namun beliau mempunyai tujuan yang paling utama yakni ingin mengajak masyrakat pada kebaikan yang pada mulanya berupa silaturrahmi dengan masyarakat muslim sekitar. Pondok Pesantren Al-Istiqomah didirikan pada tahun 1943 yang menggunakan sistem salafiyah dan berpedoman “thoriqoh at-ta’lim wa at-tallum”.

Simak biografi lengkapnya di: KH. R. Ahmad Masyhud
Simak chart silsilah sanad ilmu KH. R. Ahmad Masyhud

KH. R. Muhammad Hambali Sumardi
KH. R. Muhammad Hambali Sumardi lahir pada tahun 1917 di Dukuh Kerjasan, Kelurahan Kajeksan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus. Beliau merupakan putra ke empat dari lima bersaudara, dari pasangan R. Sumardi dengan Ibu Munifah.

Setelah sekian lama belajar di beberapa pesantren, Kyai Raden Hambali remaja pun kembali ke kampung halamannya, yaitu Desa Bejen. Kira-kira umur 23/24 tahun Kyai Raden Hambali menikah dengan Nyai Hasanah. Nyai Hasanah adalah putri dari bapak Fadlan dan ibu Asmirah.

KH. R. Muhammad Hambali Sumardi wafat pada Selasa Wage, 22 April 1986 M atau bertepatan pada 13 Sya’ban 1406 H. (dalam sumber lain; Rabu Kliwon tanggal 23 April 1986 M/14 Sya’ban 1406 H).

Sebelum ajal menjemputnya, KH. R. Muhammad Hambali sempat memberikan beberapa petuah kepada santrinya, di antaranya: “Ora usah coba-coba seng penting slamet!” (Tidak perlu coba-coba, yang penting selamat), “Moco kitab ojo nganggo kitab seng ono maknane” (Membaca kitab jangan memakai kitab yang ada yang ada maknanya), “selagine iseh urip, kethoknoho ngajimu” (Selama masih hidup, tampakkanlah (ilmumu) ketika ngaji).

KH. R. Muhammad Hambali kecil memulai pendidikannya dengan belajar di Madrasah Ma’ahid Krapyak Kudus yang didirikan oleh KH. Abdul Muhith. Setamat dari sana, kira-kira umur 14/15 tahun Kyai Hambali remaja melanjutkan rihlahnya dengan mondok di Desa Bareng, Jekulo, Kudus. Kebetulan beliau satu gothaan dengan Muhammadun (kelak menjadi pendiri pondok di Pondowan). Saat itu Pondok Bareng masih diasuh oleh KH. Yasin yang terkenal sebagai “Mujiz Dalailul Khairat”.

Dengan berbekal keilmuan agama yang KH. R. Muhammad Hambali miliki sewaktu belajar di berbagai pesantren, beliau memutuskan untuk mendirikan pondok pesantren, dengan nama Pondok Pesantren Najahut Tholabah.

Kala itu santri beliau masih sedikit, yaitu sekitar 48 santri yaitu yang terdiri dari 8 perempuan dan 40 laki-laki. Itu pun beliau sendirilah yang membiayai konsumsi para santri, padahal beliau tidak mempunyai pekerjaan.

Simak biografi lengkapnya di: KH. R. Muhammad Hambali Sumardi
Simak chart silsilah sanad ilmu KH. R. Muhammad Hambali Sumardi

Mari kita sejenak mendoakan beliau, semoga apa yang beliau kerjakan menjadi amal baik yang tak akan pernah terputus dan Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada beliau.

Semoga kita sebagai murid, santri, dan muhibbin beliau mendapat keberkahan dari semua yang beliau tinggalkan.

https://www.laduni.id/post/read/525774/info-harian-laduniid-22-april-2024.html