Tulungagung, NU Online Jatim
Ni’matul Khoiriyah, adalah salah satu kader Fatayat NU Tulungagung yang memiliki kepedulian tinggi kepada sesama manusia. Ia menginisiasi berdirinya Majelis Taklim Sinau Agomo bagi penyintas HIV dan AIDS. Hal tersebut sebagai wujud lebih memanusiakan manusia dan memberikan kesempatan yang sama bagi penderita HIV dan AIDS.
Ia mengatakan, upaya tersebut dilakukan berawal dari keprihatinan kepada penyintas HIV dan AIDS yang seringkali mendapat cibiran maupun pengucilan di lingkungan sekitar. “Ini merupakan inovasi yang salah satu fungsinya membantu proses percepatan penurunan angka HIV dan AIDS di Tulungagung,” ujar Ni’matul Khoiriyah, Rabu (05/06/2024).
Wakil Ketua 1 Pimpinan Cabang (PC) Fatayat NU Tulungagung menceritakan, awal mula mendirikan Majelis Taklim Sinau Agomo pada 2020 silam. Kala itu, anggotanya berjumlah sekitar 20 orang penyintas penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh itu, serta beberapa relawan.
“Sesuai namanya, isi kegiatannya salah satunya ialah belajar mengaji yang dilaksanakan setiap Selasa,” terangnya.
Penyuluh Agama Islam ini menjelaskan alasan mendirikan majelis taklim ini karena adanya stigma negatif di masyarakat. Sehingga ruang gerak penyintas terbatas, termasuk pula tidak punya sarana untuk mengaji dan menebar manfaat bagi orang lain.
Menurutnya, penyakit yang menjangkit meraka tidak hanya didominasi oleh masalah kesehatan. Tetapi juga ada permasalahan yang menyangkut sisi psikologis, penyintas dikucilkan hingga mengalami diskriminasi.
“Merangkul mereka dalam artian mereka dimanusiakan, dilibatkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga kehidupan mereka lebih bermakna,” papar Ni’mah.
Alumnus UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung itu menuturkan, ketika penyintas diajak untuk menebar spirit hidup agar lebih bermakna mereka akan memiliki semangat lebih. Dengan mental yang sudah terbangun baik maka lambat laun ia akan memiliki angan-angan baik dan motivasi ke depan.
Ia tidak memungkiri kebanyakan orang hanya bisa menjustifikasi perlakukan penyintas, namun tidak memberikan solusi. Sebab itu, ia bersama elemen lintas sektoral melakukan kolaborasi, baik Kemenag, Dinsos, Dinkes dan seluruh relawan, sehingga bisa menekan angka penurunan kasus HIV dan AIDS.
“Menyengkuyung (gotong royong) agar penyintas lebih berdaya, memberikan penguatan ekonominya. Akhirnya mereka menjadi orang-orang yang lebih bermanfaat dan tidak terjerumus yang tidak dibenarkan oleh agama,” ungkapnya.
Atas upayanya ini, Ni’mah pun memperoleh apresiasi dan dukungan dari banyak pihak. Bahkan, program ini menjadi sebuah percontohan di kabupaten-kabupaten lain untuk penanganan HIV dan AIDS.
“Majelis Taklim Sinau Agomo ini sesuai rapat di lintas KPA se-Indonesia bakal menjadi pilot project untuk mitigasi angka penerunan kasus HIV dan AIDS di Indonesia,” ucapnya.
Beberapa waktu lalu, inovasinya tersebut diikutkan dalam ajang Penyuluh Agama Islam Award 2024 se Jawa Timur. “Alhamdulillah, mendapat juara 1 dan akan mewakili Provinsi Jawa Timur di tingkat nasional,” tandasnya.