Selain berguru soal kepenulisan, ada satu keteladanan lainnya dari pria kelahiran Probolinggo ini. Tentang ilmu menjalani hidup. “Kalau nanti sampeyan haji atau umrah,” katanya suatu waktu, “sebaiknya bersama istri.”
“Kenapa cak?”
“Sebuah ibadah bertambah istimewa tatkala kita bisa menjalaninya bersama belahan jiwa. Saya tidak bisa menjelaskannya secara detail, tapi nanti sampeyan akan merasakannya ketika menjalaninya.”
Akhirnya, memang benar, petuah beliau ini dijalankan oleh para juniornya, seperti saya, Mas A Afif Amrullah, dan Kak Toan Tirmidzi Munahwan, yang alhamdulillah semuanya bisa umrah bersama istri. Dapat menjalankan pesan dari Cak Ipul.
Termasuk pula salah satu pesannya, kalau hendaknya sebagai orangtua kita berusaha membangunkan rumah bagi buah hati. Tujuannya, kata Cak Ipul, agar anak-anak kita tidak repot-repot mengawali membeli/membangun rumah. Pesan yang ia laksanakan sendiri dan menjadi teladan bagi kami para juniornya.
Nasehat lain, agar khidmah di NU dilakukan secara total, tidak mikir untung rugi. Sebab, “laba khidmah” bakal diunduh kelak di akherat. Kalaupun bisa merasakan fadhilah dan faidah khidmah di dunia, maka bisa dirasakan melalui keberkahan dalam keluarga, rezeki dan anak.
Akhirnya, matursuwun Cak Ipul atas kebaikan panjenengan selama ini. Baik dalam mengajari saya menulis, maupun cara belajar yang baik dari siapapun, dalam ilmu apapun. Teknik menyisihkan gengsi untuk belajar Ngelmu Urip. Agar hidup lebih woles, lebih bahagia, dan bijaksana.
Maturnuwun Cacakku. Guruku. Semoga Allah senantiasa menaburkan rahmat dan maghfirah-Nya kepada panjenengan, melapangkan kubur, mengampuni dosa dan menerima amal ibadah panjenengan. Alfatihah
*) Mantan Redaktur Majalah AULA yang saat ini menjabat Rektor Universitas Al-Falah As-Sunniyah (UAS) Kencong, Jember
https://jatim.nu.or.id/rehat/cak-ipul-guru-dan-sumber-ilmu-kehidupan-6yeib