Sebagai muslim, kita harus menghormati sekaligus mencintai keluarga dan keturunan Rasulullah yang disebut Ahlul Bait. Hal ini karena Rasulullah saw. sendiri memang mengimbau agar umatnya menghormati dan mencintai keluarga dan keturunannya.
Pepatah mengatakan, tak kenal, maka tak sayang. Artinya, Semakin lengkap pengetahuan seorang muslim tentang para Ahlu Bait, akan berpengaruh dengan semakin besar pula kecintaan mereka kepada beliau-beliau.
Upaya yang ditempuh untuk lebih mengenal para Ahlul Bait pun bermacam-macam. Salah satunya adalah dengan membaca cerita sejarah para Ahlul Bait Nabi saw, sehingga dapat mencontoh mereka dalam mengarungi gemerlapnya kehidupan dunia ini.
Salah satu kitab yang patut dibaca agar kecintaan kita terhadap para Ahlul Bait Nabi Muhammad saw. semakin membara adalah kitab karya Kiai Musa Musthafa at-Tamani yang berjudul “Syarafusy Syarif” (kemuliaan orang yang mulia).
Latar Belakang Kepenulisan
Dalam mukadimah kitabnya ini, Kiai Musa Musthafa mengatakan bahwa alasan beliau mengarang kitab ini adalah banyaknya makian dan hinaan yang akhir-akhir ini diarahkan kepada para Ahlu Baitnya Nabi Muhammad saw. hanya karena hal-hal sepele, misalnya seperti perbedaan pandangan politik atau berbagai perbedaan pendapat lainnya.
Melihat realitas tersebut, Kiai Musa Musthafa tergerak untuk mengumpulkan berbagai kisah para Ahlu Bait yang memuat berbagai macam faedah dari beberapa sumber kitab otoritatif, agar sebagai pengingat kepada khalayak umum bahwa para Ahlu Bait Nabi Muhammad saw. adalah termasuk makhluk Allah swt. yang paling afdhal.
Oleh karena itu, masih menurut Kiai Musa Musthafa, wajib bagi seseorang yang mengetahui manaqib beserta keutamaan Ahlu Bait Nabi Muhammad saw untuk mengagungkan derajat mereka sepertihalnya mengagungkan derajatnya Nabi Muhammad saw. Sebab, Nabi Muhammad saw. adalah termasuk dari bagian mereka, dan mereka sendiri berasal dari Nabi Muhammad saw.
Isi Kitab Syarafusy Syarif
Secara garis besar, kitab Syarafusy Syarif ini berisi kisah-kisah tentang mulianya para ahlul bait-nya Nabi Muhammad saw. Total ada sekitar delapan belas kisah para ahlul bait yang beliau kutip dari tujuh belas macam referensi kitab.
Sebelum masuk ke dalam delapan belas kisah tersebut, terdapat sebuah pendahuluan tentang keutamaan-keutamaan para Ahlul Bait dan definisi Ahlul Bait itu sendiri menurut pandangan para ulama.
Kedelapan belas kisah tersebut, secara berurutan adalah sebagai berikut:
- Kisah tentang penghormatan ahlul bait terhadap orang yang lebih tua
- Kisah tentang sikap solidaritas para ahlul bait
- Kisah tentang para ahlul bait yang mampu menjaga perasaan orang lain
- Kisah tentang para ahlul bait yang selalu membalas kebaikan orang lain
- Kisah tentang para ahlul bait yang selalu memaafkan kesalahan orang lain & menjauhi perselisihan
- Kisah tentang para ahlul bait yang selalu memuliakan tamu
- Kisah tentang para ahlul bait yang selalu menganjurkan untuk bersedekah
- Kisah tentang para ahlul bait yang selalu berprasangka baik (husnu dzan)
- Kisah tentang para ahlul bait yang tidak cinta dunia (hubbu dunya)
- Kisah tentang para ahlul bait yang selalu ikhlas
- Kisah tentang kasih sayang ahlul bait terhadap hewan
- Kisah tentang kebenaran ucapan ahlul bait
- Kisah tentang para ahlul bait yang selalu mengembalikan barang kepada pemiliknya
- Kisah tentang para ahlul bait yang selalu mau menerima nasehat meskipun dari orang awam
- Kisah tentang para ahlul bait yang takut akan su’ul khatimah
- Kisah tentang para ahlul bait yang selalu memberikan nasehat
- Kisah tentang sikap tawadhu’ para ahlul bait
- Kisah tentang para ahlul bait yang selalu mencari kebenaran suatu perkara
Kisah tentang Para Ahlul Bait Yang Selalu Mau Menerima Nasehat Meskipun dari Orang Awam
Untuk memperjelas isi dari kitab Syarafusy Syarif ini, berikut penulis paparkan salah satu kisah yang diceritakan oleh Kiai Musa Musthafa tentang para Ahlul Bait yang selalu mau menerima nasehat meskipun nasehat tersebut datang dari orang awam.
Mengutip kitab Manhajus Sawi, Kiai Musa Musthafa dalam kitabnya (hal. 30-31) mengisahkan para Ahlu Bait yang ketika itu sedang mengaji kitab Masyra’u Rawi (sebuah kitab yang berisi biografi para habaib ternama).
Di tengah majelis ngaji para Ahlul Bait itu, hadir juga seorang awam yang ikut menyimak pengajian kitab tersebut. Setelah ngaji selesai, sang awam bertanya kepada para Ahlul Bait yang hadir di majelis tersebut, “Apakah semua yang diceritakan dalam kitab itu adalah keluarga kalian?”. Mendengar pertanyaan itu, para Ahlul Bait pun menjawab, “Ya, benar. Beliau-beliau adalah keluarga kami.”
Sang awam pun menimpali, “Alhamdulillah, mereka (para habaib yang diceritakan dalam kitab) bukanlah termasuk keluargaku.” Perkataan sang awam ini sontak mengagetkan para Ahlul Bait yang mendengarnya, “Mengapa kau berkata demikian, padahal jika mereka (para Ahlul Bait yang diceritakan dalam kitab) adalah keluargamu kan malah akan menjadi suatu kebaikan?”
Sang awam pun membalasnya dengan suatu perkataan yang mengandung hikmah, “Jika mereka (para Ahlul Bait yang diceritakan dalam kitab) adalah keluargaku, niscaya aku akan menanggung rasa malu dan terasa tidak ada suatu tempat pun di bumi yang dapat ‘menyimpan’ rasa maluku ini. Sebab, amal perbuatanku tak sebaik dan sebagus beliau-beliau.”
Mendengar ungkapan orang awam yang mengandung nasehat dan hikmah tersebut, para Ahlul Bait yang mendengar di majelis tersebut menjadi terbangun dan tergugah hatinya. Mereka pun akhirnya lebih bersungguh-sungguh dan berjerih payah dalam mencari ilmu dan beramal salih seperti yang telah dilakukan oleh para pendahulu mereka.
Identitas Kitab
Judul: Syarafusy Syarif
Penulis: Kiai Musa Musthofa At-Tamani
Penerbit: Maktabah Ad-Dihan Lirboyo
Tebal: 40 halaman
Terbit: Cetakan Pertama, 1 Juli 2019
Baca Juga
https://alif.id/read/mrr/kitab-syarafusy-syarif-kisah-para-ahlu-baitnya-nabi-muhammad-b249460p/