Bahtsul Masail Quraniyyah Jadi Forum Baru di Kongres VI JQHNU
Jakarta, NU Online
Bahtsul Masail Quraniyyah (BMQ) menjadi agenda baru yang dilaksanakan dalam rangkaian Kongres VI Jam’iyyah Qurra wal Huffazh (JQHNU) yang akan diselenggarakan di SMA Trensains Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur pada Rabu-Jumat (26-28/6/2024).
Hal tersebut dikemukakan Ketua Umum PP JQHNU, KH Saifullah Ma’shum pada konferensi pers jelang kongres di Kantor Pimpinan Pusat JQHNU, Cirendeu, Tangerang Selatan pada Selasa (11/6/2024).
“Yang menarik pada kongres ini, untuk pertama kali diadakan Bahtsul Masail Quraniyyah, isu-isu yang berkenaan dengan tata cara baca dan pendidikan Al-Qur’an itu akan kita angkat,” kata Kiai Saifullah.
Dalam BMQ akan ada dua isu utama yang dibahas, yang pertama isu tentang hukum metode pembelajaran Al-Qur’an secara digital dan yang kedua hukum melantunkan tilawah dengan langgam selain Arab (nagham ajamiy).
Isu pertama, yakni hukum metode pembelajaran Al-Qur’an secara digital berkaitan dengan tema yang diusung dalam kongres keenam ini yaitu Transformasi Pendidikan dan Dakwah Al-Qur’an di Era Digital Menyongsong Indonesia Emas.
Menurut Kiai Saifullah, pesatnya perkembangan teknologi menjadi hal yang tidak dapat terhindarkan dari segala macam aspek kehidupan saat ini, termasuk pembelajaran Al-Qur’an.
Maraknya video tutorial atau Al-Qur’an digital dengan rekaman suara, memungkinkan seseorang untuk mengambil langkah praktis dalam mempelajari bacaan Al-Qur’an.
Namun, hal itu menimbulkan permasalahan terkait keabsahan sanad pembelajaran Al-Qur’an.
“Yang dikaji dari permasalahan pembelajaran Al-Qur’an digital ini adalah bagaimana keabsahan sanadnya, apakah seseorang diperbolehkan dan merasa cukup secara otodidak dipandu oleh sebuah video tutorial tersebut,” jelas Kiai Saifullah.
Selain itu, dalam forum BMQ akan mengkaji lebih dalam tentang metode pembelajaran ini sudah cukup memenuhi kriteria pembelajaran Al-Qur’an seperti musyafahat (tatap muka langsung guru dan murid) dan talaqqi.
“Sah atau tidak kah sanadnya ketika seseorang fasih dan mahir membaca Al Quran dengan metode digital atau tetap harus disambungkan dengan musyafahat, perjumpaan murid dan guru secara langsung. Nah, ini nanti akan kita kaji lebih dalam di forum BMQ,” sambungnya.
Permasalahan kedua yang akan dibahas dalam BMQ terkait dengan tilawah atau pembacaan Al-Qur’an dengan langgam non-Arab.
Kiai Saifullah menjelaskan beberapa waktu yang lalu terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama ahli Al-Qur’an terkait penggunaan langgam Nusantara (Jawa dan Sunda) untuk tilawah.
Kiai Saifullah menjelaskan, ada sebagian golongan yang memperbolehkan, tetapi ada yang mengharamkan. Ini kami ingin menjadikan kongres sebagai forum yang otoritatif untuk memberikan justifikasi hukum dan perspektif JQH terhadap perkembangan kreasi dan inovasi sehingga memunculkan langgam-langgam non-Arab dalam tilawah.
Setelah diteliti lebih lanjut, dari langgam yang sering dilantunkan untuk Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ternyata hanya satu yang berasal dari Arab, yaitu lagu Hijaz. Hal ini menarik untuk didiskusikan di kalangan ulama Al Quran terkait langgam nusantara karena banyaknya langgam non-Arab yang sudah sering dipergunakan dalam MTQ.
Seminar Tantangan dan Strategi Dakwah di Era Digital
Dalam rangkaian Kongres VI JQHNU akan diadakan seminar dengan tema Tantangan dan Strategi Dakwah di Era Digital pada Rabu (26/06/2024).
Seminar ini akan menghadirkan beberapa narasumber, antara lain Nadirshah Hosen (Guru Besar Monash University), Ainun Najib (pakar IT Universitas Teknologi Nanyang Singapura), KH Mustain Syafii (pakar Al-Qur’an dan mudir Madrasatul Quran Tebuireng)
Seminar ini akan dihadiri oleh peserta kongres, pengurus JQHNU, praktisi dakwah, para undangan yang terdiri dari pemerhati masalah sosial dan komunikasi media sosial, serta masyarakat umum.
Terkait dengan teknis penyelenggaraan kongres, panitia sudah berupaya maksimal dalam mempersiapkan fasilitas bagi para peserta kongres maupun tamu undangan.
Ketua Pelaksana Kongres VI JQHNU, KH Jazim Hamidi mengatakan euforia yang besar tentu akan terjadi dalam kongres. Selain karena semangat para ahli Al-Qur’an, hal ini juga didorong dengan semangat berziarah ke para muassis dan tokoh NU seperti Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, KH Wahid Hasyim (pendiri JQHNU), dan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Untuk mempersiapkan hal ini, panitia sudah menyediakan akomodasi yang memadai berupa kamar bagi para peserta terdaftar di lingkungan pondok SMA Trensains Tebuireng, Jombang tersebut.
Selain itu hall yang dipergunakan untuk menyelenggarakan seminar juga cukup besar dengan kapasitas 1.000 orang.
“Gedung SMA Trensains itu terbilang baru dan fasilitasnya sangat bagus, insyaallah cukup memadai untuk pelaksanaan kongres.” kata Kiai Jazim.
Selain itu, panitia juga mempersiapkan penjemputan pada tiga titik di Jombang untuk menuju ke lokasi pelaksanaan kongres.
“Ada tiga titik penjemputan bagi para peserta kongres dan undangan, yaitu di Terminal Jombang, Stasiun Jombang, dan Bandara Juanda Surabaya. Nantinya, setelah selesai rangkaian kongres para tamu akan diantarkan kembali tiga titik tersebut,” jelas Kiai Jazim.
Para pengurus JQH berharap Kongres VI ini akan berjalan lancar, tertib, dan aman. Selain itu bisa menjadi forum untuk saling silaturahmi para ahli Al-Qur’an demi kepentingan bangsa Indonesia dan bersama.
https://www.nu.or.id/nasional/bahtsul-masail-quraniyyah-jadi-forum-baru-di-kongres-vi-jqhnu-zB8Rc