Berita dan Media selalu Menjadi Nafasnya

Almarhum Cak Ipul atau Syaifullah Ibnu Nawawi, pembawaanya kalem, karakternya tegas tapi tak meluap-luap. Gaya bicaranya pelan namun substansial. Ia adalah sosok penting yang telah menebar bibit, menyemai benih serta membidani lahirnya ratusan penulis di sekujur Jawa Timur, terutama di kalangan pelajar, mahasiswa dan santri. Kadang pergi ke kota ini, tak berselang lama mampir ke kota yang lain. Ya, ia memang jago soal silaturahmi.

 

“Kang, lagi di rumah ta? Saya posisi di Lamongan, mau mampir singgah”

 

Begitulah kebiasannya, jika sedang menziarahi sebuah tempat, tak segan mampir ke handai taulannya. Terhitung dua kali beliau mampir dan menginap di rumah kami: Lamongan.

 

Selama berinteraksi dengannya, seakan tak ada nafas yang dikeluarkan kecuali bicara soal berita, tak ada ucapan yang terlontar melainkan untuk mengisi rubrik dan media yang beliau pandegani: Majalah Aula dan NU Online.

 

Soal komitmen dalam menulis dan memproduksi berita, ia adalah figur yang konsisten dan paling berdedikasi.

 

Saya sering memanggilnya Kang Ipul (Cak Ipul), Syaifullah Ibnu Nawawi. Pukul 09.30 tadi pagi, mendapatkan kabar yang dishare via whatsapp group yang menginformasikan kepergiannya setelah berjuang sekuat tenaga, semaksimal ikhtiar melawan rasa sakitnya selama setahun terakhir.

 

Ia dipanggil oleh Allah tepat di bulan Haji, Dzulhijjah: yang seharusnya di tahun ini pula beliau berangkat ke tanah Suci.

 

Selepas anak mbarepnya lulus kuliah dan melangsungkan pernikahan, seakan menjadi tinanda ia harus purna tugas. Sayangnya bukan tugas pekerjaan sebagai wartawan yang selesai, namun juga berakhirnya ia berperan sebagai kepala rumah tangga bagi anak dan istrinya.

 

Ia berpulang, dimakamkan di sebuah desa asri di Sumobito, Jombang. Ia kembali bersimpuh, menunduk dan seakan ikut sowan menziarahi para kiai yang pernah ia tulis dalam berita selama masih hidup. Cak Ipul, dia adalah pahlawan dibalik banyaknya pemberitaan kegiatan-kegiatan ke-NU-an.

 

Ia adalah penggerak literasi, lelakunya dituntun oleh kerja-kerja jurnalistik. Hidupnya diwakafkan untuk memberitakan kebaikan-kebaikan yang dilakukan oleh para santri dan kiai di negeri ini.

 

Selamat jalan, Kang. Insyaallah kebaikanmu mengabadi.

 

*) Wakil Rektor III Universitas Islam Lamongan (UNISLA)


https://jatim.nu.or.id/rehat/berita-dan-media-selalu-menjadi-nafasnya-cCGpi