Laduni.ID, Jakarta – Orang-orang Quraisy itu sekarang dalam genggaman tangan Muhammad SAW dan berada di bawah telapak kakinya. Perintahnya akan segera dilaksanakan terhadap mereka itu. Nyawa mereka semua kini tergantung di ujung bibirnya dan pada wewenangnya atas ribuan pengikutnya yang akan dapat mengikis habis Makkah dengan seluruh penduduknya dalam sekejap mata.
Nabi SAW tampak begitu berwibawa. Kepada mereka, musuh lamanya itu, beliau dengan suaranya yang tenang dan sikap yang anggun penuh pesona, mengatakan; “Menurut kalian, apakah kira-kira yang akan aku lakukan terhadap kalian?”
Mereka saling menatap. Sebagian yang lain menundukkkan kepalanya dalam diam, tak berkutik. Pikiran mereka melayang-layang, kembali ke masa lalu, ketika Nabi SAW masih bersama mereka di Makkah beberapa tahun lalu. Terbayang di mata mereka, kata-kata kasar, sumpah serapah, provokasi, dan stigmatisasi, berhamburan dari mulut mereka sendiri. Terbayang pula rencana aksi jahat, isolasi, dan upaya pembunuhan terhadap orang yang kini di hadapan mereka. Sesekali mata mereka melihat Nabi SAW, sang “musuh”. Wajahnya masih bening, bercahaya dan tampan, senyumnya masih tetap selalu mengembang manis seperti dulu. Beliau begitu anggun, penuh kharisma.
Dalam keadaan ketakutan yang mendalam, mereka serentak menjawab; “Engkau orang yang mulia, saudara kami yang mulia, putera saudara kami yang mulia.”
Nabi lalu mengatakan sebagaimana dikatakan Nabi Yusuf (kepada sauara-saudaranya); “Hari ini tak ada balas dendam atas kalian. Kalian bebas! Siapa saja yang ingin masuk ke rumah Abu Sufyan, dijamin aman. Siapa saja yang ingin pulang ke rumah, dijamin aman dan siapa saja yang ingin ke masjid, dijamin aman.”
https://www.laduni.id/post/read/57636/prinsip-nabi-dalam-membebaskan-musuh-tanpa-dendam.html