Mengulik Sejarah di Balik Berdirinya ISHARI (Ikatan Seni Hadrah Indonesia)

Laduni.ID, Jakarta – Pada awalnya, ISHARI dikenal dengan nama Jam’iyyah Hadrah, sebuah perkumpulan seni rebana yang diiringi pembacaan sejarah kelahiran dan perjuangan Nabi Muhammad SAW. Disebutkan bahwa kesenian ini merupakan gabungan antara kitab Maulid Syaroful Anam dan Diwan Al-Hadroh, yang dilengkapi dengan gerakan dan tepukan tangan yang harmonis, memadukan suara rebana, syair pujian, dan shalawat yang dilantunkan oleh para peserta. Gerakan yang ditampilkan melambangkan rasa syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Kiranya perlu disampaikan bahwa masih belum banyak data yang menulis tentang ISHARI. Namun demikian, data yang digunakan di dalam memperkaya tulisan ini bisa diambil dari beberapa penelitian, yakni tulisan Vienda Lestari, “Bentuk dan Makna Simbolis Roddat Sholawat Bisyahri Dalam Hadrah ISHARI Desa Soko Kecamatan Wringin Anom Kabupaten Gresik”, Jurnal Pemikiran seni Pertunjukan, Vol. 2 No. 1 (Juli, 2013), dan penelitian skripsi Danu Wibowo, “Berselawat dengan Musik (Analisis Sama’ Al-Ghazali dalam Majelis Hadrah ISHARI Surabaya)”, 2019.

Jam’iyyah Hadrah ini didirikan oleh KH. Abdurrokhim bin Abdul Hadi di Pasuruan sekitar tahun 1918. Beliau wafat pada bulan Dzulqo’dah tahun 1370 H atau sekitar tahun 1952 M dan dimakamkan di Pemakaman Masjid Jami’ Al-Anwar, Pasuruan.

Secara bahasa, kata “Hadrah” memiliki tiga makna. Pertama, hadir atau datang, yang menggambarkan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah menghadirkan Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari, baik secara dhohir maupun batin, melalui pengaruh bacaan shalawat dan pujian yang dibaca.

https://www.laduni.id/post/read/526228/mengulik-sejarah-di-balik-berdirinya-ishari-ikatan-seni-hadrah-indonesia.html