Memaknai Kata Santri

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata ‘santri’ setidaknya mengandung dua makna. Arti pertama adalah orang yang mendalami agama Islam, dan pemaknaan kedua adalah orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh atau orang yang saleh. Santri selama ini digunakan untuk menyebut kaum atau orang-orang yang sedang atau pernah memperdalam ajaran agama Islam di pondok pesantren.
 

Kata ‘pesantren’ oleh sebagian kalangan diyakini sebagai asal-usul tercetusnya istilah ‘santri.’ Kendati begitu, ada cukup banyak pendapat yang memaparkan kemungkinan sejarah atau asal usul kata ‘santri’. Bahkan, tidak sedikit ahli yang meyakini bahwa tradisi nyantri sudah ada sejak sebelum ajaran Islam masuk ke Nusantara, atau dengan kata lain pada masa Hindu dan Buddha. 
 

Dikutip dari tirto.id salah satu versi mengenai asal usul istilah ‘santri’ berasal dari bahasa Sanskerta. Istilah ‘santri’ diambil dari salah satu kata dalam bahasa Sanskerta, yaitu sastri yang artinya ‘melek huruf’ atau ‘bisa membaca’. Versi ini terhubung dengan pendapat C.C. Berg yang menyebut istilah ‘santri’ berasal dari kata shastri yang dalam bahasa India berarti ‘orang yang mempelajari kitab-kitab suci agama Hindu’. 
 

Sanskerta merupakan bahasa liturgis dalam agama Hindu, Buddha, dan ajaran Jainisme, serta salah satu dari 23 bahasa resmi di India. Sanskerta pernah digunakan di Nusantara pada masa Hindu dan Buddha yang berlangsung sejak abad ke-2 Masehi hingga menjelang abad ke-16 seiring runtuhnya Kerajaan Majapahit. Ada pula yang mengaitkan asal usul istilah ‘santri’ dengan kata-kata dalam bahasa Inggris, yaitu sun (matahari) dan three (tiga), menjadi tiga matahari. Dinukil dari tulisan Aris Adi Leksono bertajuk ‘Revitalisasi Karakter Santri di Era Milenial’ dalam NU Online, maksud tiga matahari itu adalah tiga keharusan yang harus dimiliki oleh seorang santri, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan. 
 

Istilah ‘santri’ bisa pula dimaknai dengan arti ‘jagalah tiga hal’, sebagaimana yang tertulis di buku Sejarah Pergerakan Nasional (2015) karya Fajriudin Muttaqin dan kawan-kawan, yaitu menjaga ‘ketaatan kepada Allah, menjaga ketaatan kepada Rasul-Nya, dan menjaga hubungan dengan para pemimpin’. 
 

Dari bahasa Arab, asal usul istilah ‘santri’ juga bisa ditelaah. Kata ‘santri’ terdiri dari empat huruf Arab, yakni sin, nun, ta’, dan ro’ yang masing-masing mengandung makna tersendiri dan hendaknya tercermin dalam sikap seorang santri, demikian dikutip dari buku Kiai Juga Manusia: Mengurai Plus Minus Pesantren (2009). 
 

Menurut ulama dari Pandeglang, Banten, KH Abdullah Dimyathy, huruf sin merujuk pada satrul al ‘awroh atau ‘menutup aurat’; huruf nun berasal dari istilah na’ibul ulama yang berarti ‘wakil dari ulama’; huruf ta’ dari tarkul al-ma’ashi atau ‘meninggalkan kemaksiatan’; serta huruf ‘ro dari ra’isul ummah alias ‘pemimpin umat’. Sedangkan dalam pandangan KHMA Sahal Mahfudz, Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 1999-2014, kata ‘santri’ berasal dari bahasa Arab yakni santaro yang berarti ‘menutup’.


https://jatim.nu.or.id/opini/memaknai-kata-santri-8bBoD