Menag Sebut Sowan ke PBNU Langkah Awal untuk Target 100 Hari Kerja
Jakarta, NU Online
Menteri Agama Kabinet Merah Putih Prof Nasaruddin Umar menyebut bahwa sowan ke Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menjadi langkah awalnya untuk mengejar target dalam 100 hari kerja.
Ia yang datang tepat selepas dilantik Presiden Prabowo pada pagi harinya, Nasaruddin datang bersama Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul dan datang pula setelahnya Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Abdul Kadir Karding dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifatul Choiri Fauzi di Gedung PBNU lantai 4, Senin (21/10/2024) sore.
“Maka sebelum kita melangkah lebih cepat maka lebih jauh maka kita awali langkah ini di PBNU,” katanya.
Rais Syuriyah PBNU itu mengatakan bahwa sejak pertama ia dilantik sampai 100 hari ke depan akan melakukan banyak penyesuaian dan melakukan pekerjaan-pekerjaan untuk mendorong Kementerian Agama lebih baik lagi.
“Saya kira secara psikologis kalau orang tidak berbuat dalam seratus hari itu akan tawar jadi spirit awal itu penting, kalau langkah awal dalam permainan catur itu salah langkah ke depan akan menjadi masalah,” jelasnya,
Nasaruddin Umar juga mendapatkan restu dan doa dari Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar dan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf saat pertemuan keempat itu berlangsung.
“Kan doa orang tua kitakan menuntun kitakan, kalau ada doa orang tua percaya diri inikan kuat ya,” ungkapnya.
Terkait kerjasama, Prof Nasar secara gamblang mengatakan tiap hal akan bisa dikerjasamakan antara Kemenag dengan PBNU karena Ia sangat merasa bahwa dirinya adalah bagian dari NU.
“Setiap turun nafas kitakan kerja sama dengan NU, kitakan NU, yang paling NU kan kata Kiai Ma’ruf Amin, Pak Nasaruddin Umar NU (Singkatan dari) Nasaruddin Umar,” kelakarnya.
Pada 15 menit pertama, NU Online berkesempatan mendengar perbincangan hangat antara Kiai Miftach dan Nasaruddin Umar. Nasaruddin bercerita semasa hidupnya menjadi Imam Besar Masjid Istiqlal bahwa saat ini banyak sekali mualaf yang datang dari negeri Korea Selatan.
Kemudian, Prof Nasar juga mengatakan bahwa atensi masyarakat Jakarta mengikuti kegiatan-kegiatan seperti muhasabah dan mengejar malam lailatul qadar di Masjid Istiqlal juga tengah digandrungi oleh Muslim perkotaan. “Sepertinya masyarakat Jakarta butuh tempat untuk menangis,” jelasnya.
Nasaruddin Umar juga menambahkan bahwa bagi masyarakat kota saat ini agama sudah memiliki arti sehingga orang-orang memiliki motivasi lebih untuk mengetahui fungsi agama.
Terlebih lagi, Prof Nasar juga menceritakan terkait ramainya kunjungan non-muslim ke Masjid Istiqlal selepas kunjungan apostolik Paus Fransiscus ke Indonesia, pada Kamis (5/9/2024) lalu. Hal itu rupanya juga menjadi faktor sorotan dunia terhadap inklusivitas kehidupan masyarakat Indonesia.