Khutbah Jumat: Santri sebagai Penerus Perjuangan Agama dan Bangsa

Santri memiliki tanggung jawab yang besar, yaitu menjadi penerus peran kiai di tengah masyarakat. Hal ini merupakan nilai filosofi dari salah satu bait kitab Alfiyah Ibn Malik yang disusun oleh Imam Ibnu Malik bab idlafah, bait nomor 414: wa mâ yalil mudlâfa ya’ti khalafa, ‘anhu fil i‘rabi idza mâ ḫudzifa (Dan apa [kata] yang mengiringi Mudhaf dapat mengganti – kedudukannya dalam I’rab apabila Mudhaf dibuang).

Naskah khutbah Jumat berikut ini berjudul “Khutbah Jumat: Santri sebagai Penerus Perjuangan Agama dan Bangsa“. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!

 

Khutbah I

 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ، اَلقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ: وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَائِفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّيْنِ وَلِيُنذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ (التوبة: ١٢٢)، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ، أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُصَلُّونَ، اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

 

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah,

Pada setiap tanggal 22 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Santri Nasional sebagai bentuk penghargaan terhadap peran santri dalam memperjuangkan kemerdekaan negara dan bangsa Indonesia dari penjajah melalui beberapa kontribusi, termasuk Resolusi Jihad yang digagas oleh KH Hasyim Asy’ari. Tema peringatan Hari Santri Nasional 2024 adalah Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan. Tema ini sejalan dengan salah satu filosofi santri, yaitu melanjutkan perjuangan para kiai dalam memperjuangkan agama dan bangsa.

 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), santri adalah seseorang yang menimba ilmu agama, akan tetapi santri juga bisa dimaknai sebagai seseorang yang beribadah dengan baik. Oleh karena itu, santri memiliki tanggung jawab yang besar, yaitu menjadi penerus peran kiai di tengah masyarakat. Hal ini merupakan nilai filosofi dari salah satu bait kitab Alfiyah Ibnu Malik yang disusun oleh Imam Muhammad ibn ‘Abdillah ibn Malik al-Andalusi atau yang dikenal dengan Ibnu Malik, bab Idlafah, bait nomor 414:

 

وَمَا يَلِـــىْ الْـمُضَافَ يَــأْتِى خَلَفَا – عَنْهُ فِى اْلإِعْرَابِ إِذَا مَا حُذِفَا

 

Artinya: “Dan apa (kata) yang mengiringi Mudhaf dapat mengganti – kedudukannya dalam I’rab apabila Mudhaf dibuang,”

 

Bait ini selain menjelaskan ketentuan hukum ilmu nahwu, juga mengandung makna filosofi bahwa santri yang diibaratkan sebagai Mudlaf Ilaih harus menggantikan posisi dan peran kiai yang diibaratkan sebagai Mudlaf ketika Mudlaf dihapus atau kiai sudah wafat.

 

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah,

Prof Nasaruddin Umar, Menteri Agama RI menegaskan bahwa perjuangan kiai yang harus dilanjutkan oleh santri adalah perjuangan untuk membela agama dan bangsa. Ketika zaman dahulu kiai berjuang dengan mengangkat senjata melawan penjajah melalui Resolusi Jihad, maka santri saat ini harus berjuang dengan mengangkat pena dan segala fasilitas penyebaran ilmu untuk melawan kebodohan dan kemunduran agama dan bangsa. Hal ini sejalan dengan firman Allah swt dalam surat At-Taubah, ayat 122:

 

وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَائِفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ 

 

Artinya: “Tidak sepatutnya orang-orang mukmin pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi (tinggal bersama Rasulullah) untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya?

 

Perjuangan tidak identik dengan berperang secara fisik, tetapi perjuangan juga bisa dilakukan secara keilmuan, sehingga kebebasan yang didapatkan masyarakat sekitar bukan sekadar kebebasan dari penjajah dalam bentuk manusia, tapi juga kebebasan dari segala kebodohan yang justru akan mengakibatkan sebuah bangsa semakin mundur dan hancur. 

 

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah,

Tugas perjuangan santri di masa depan adalah “berperang” menyampaikan ilmu yang didapatkannya kepada masyarakat luas untuk menghilangkan kebodohan masyarakat dan penyesatan ideologi keagamaan. Jika tentara membekali dirinya dengan kemampuan berperang dan menggunakan senjata perang, maka santri harus membekali diri dengan ilmu agama yang kompeten dari kiai. Hal ini ditegaskan Syekh Wahbah al-Zuhaili dalam kitab Tafsir Al-Munir, juz 11, halaman 79:

 

يَجِبُ أَنْ يَكُوْنَ المَقْصُوْدُ مِنْ التَّفَقُّهِ وَالتَّعَلُّمِ دَعْوَةَ الخَلْقِ إِلَى الحَقِّ، وَإِرْشَادَهُمْ إِلَى الدِّيْنِ القَوِيْمِ وَالصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ

 

Artinya: “Maksud dari memahami dan mempelajari ilmu agama harusnya adalah mengajak masyarakat kepada kebenaran dan membimbing mereka kepada agama yang lurus dan ajaran yang benar.”

 

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah,

Tanggung jawab santri saat ini adalah untuk memanfaatkan waktu dalam mengenyam sebanyak-banyaknya ilmu dari kiai, sehingga akan siap untuk menjadi pelanjut kiai di masa depan. Hal ini ditegaskan Nabi dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ad-Darimi dalam kitab Musnad Ad-Darimi atau yang dikenal dengan nama Sunan Ad-Darimi, juz 1, halaman 308:

 

عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: خُذُوا الْعِلْمَ قَبْلَ أَنْ يَذْهَبَ. قَالُوا: وَكَيْفَ يَذْهَبُ الْعِلْمُ يَا نَبِيَّ اللَّهِ، وَفِينَا كِتَابُ اللَّهِ؟ قَالَ: فَغَضِبَ، ثُمَّ قَالَ: ثَكِلَتْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ أَوَلَمْ تَكُنِ التَّوْرَاةُ وَالْإِنْجِيلُ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ، فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمْ شَيْئًا؟ إِنَّ ذَهَابَ الْعِلْمِ أَنْ يَذْهَبَ حَمَلَتُهُ، إِنَّ ذَهَابَ الْعِلْمِ أَنْ يَذْهَبَ حَمَلَتُهُ

 

Artinya: “Dari Rasulullah saw, bahwasanya beliau besabda: Ambillah ilmu sebelum pergi/hilang. Para sahabat bertanya Bagaimana ilmu bisa pergi wahai Nabi, sedangkan Al-Qur’an masih bersama kami? Nabi bersabda: Tsakilatkum Ummahatukum (Celakalah kalian, ibu kalian kehilangan kalian), bukankah Taurat dan Injil masih ada bersama Bani Israil, tetapi tidak bermanfaat untuk mereka? Sesungguhnya perginya ilmu itu dengan cara meninggalnya para ulama. Sesungguhnya perginya ilmu itu dengan cara meninggalnya para ulama.”

 

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah,

Dalam memperingati Hari Santri Nasional, tidak cukup dengan melakukan seremoni untuk mengenang perjuangan dan pengorbanan para kiai dan santri di masa lalu, tetapi harus dengan melanjutkan perjuangan dan pengorbanan mereka demi menegakkan dan membangkitkan agama dan bangsa Indonesia. Semoga Allah selalu memberikan keberkahan dan kejayaan untuk seluruh bangsa Indonesia dengan berkah perjuangan dan pengorbanan santri dan kiai. Amin ya rabbal-‘alamin.

 

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

Khutbah II

 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدِنِ ابْنِ عَبدِ الله وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَة، أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُسلِمُونَ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَاعلَمُوا إِنَّ اللّٰهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوا وَّالَّذِينَ هُمْ مُّحْسِنُونَ، قَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

 

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اللهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا فِي فَلِسْطِيْن وَلُبْنَان وَسَائِرَ العَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ بَلْدَتَنَا اِنْدُونِيْسِيَّا بَلْدَةً طَيِّبَةً وَمُبَارَكَةً وَمُزْدَهِرَةً. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ

 

عِبَادَاللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُم بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر

 

Ustadz Fatihunnada, Dosen Fakultas Dirasat Islamiyyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-santri-sebagai-penerus-perjuangan-agama-dan-bangsa-2LGjr