Belajar dari Nabiyullah Ibrahim

اللهُ أكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ

QURBAN NU CARE

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللهُ اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَلَهُ نُصَلِّى وَنَسْجُدُ وَإِلَيْهِ نَسْعَى وَنَحْفِدُ، نَرْجُوْ رَحْمَتَهُ وَنَخْشَى عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَهُ الْجِدَّ بِالْكُفَّارِ مُلْحَقٌ. أَشْهَدُ ألاَّ إِلَهَ إِلاًّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهم صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى مَنْ سَنَّ بِقَوْلِهِ: «أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا أَلاًَ كُلُّ شَيْءٍ مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ تَحْتَ قَدَمَيَّ مَوْضُـوعٌ»، وَعَلىَ آلِهِ وَأصْحَابِهِ وَمَنْ وَالاَهُ..
أما بعد، أيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لاَ يَجْزِي وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ وَلاَ مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئًا إِنَّ وَعْدَ اللهِ حَقٌّ فَلاَ تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلاَ يَغُرَّنَّكُمْ بِاللهِ الْغَرُورُ،
الله أكبر الله أكبر الله أكبر لاَإلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وِللهِ الْحَمْدُ

Sidang Jamaah Rahimakumullah
Pagi ini, kita umat Islam merayakan Idul Adha di tengah ancaman pandemi Covid 19. Pandemi yang sudah berumur dari satu tahun lebih ini telah meluluhlantakan hampir semua sendi kehidupan kita. Bukan hanya aspek kesehatan yang terdampak, namun juga ekonomi, sosial, tradisi, dan bahkan ritual keagamaan. Barangkali di antara kita ada yang kehilangan orang orang tercinta kita, barangkali diantara kita ada yang harus kehilangan mata pencaharian atau kesempatan untuk mengembangkan karir dan juga usaha.

Toh meski demikian, kita masih patut bersyukur karena di tengah kepungan pandemi kita masih bisa merayakan Idul Adha, yang artinya kita masih dapat kesempatan untuk bermuhasabah dengan maha kisah keluarga Ibrahim AS yang tercatat dalam nash baik Al-Quran ataupun al-hadits. Allah menyampaikan kisah beliau tentu saja dikandung maksud agar kita semua dapat belajar dan meneladaninya. Itulah mengapa Al-Quran mengulang kalimat ‘afala ta’qilun’, ‘afala tatafakarun’, ‘afala ta’lamun’, ‘afala tatadabarun’ dan yang semacamnya sampai ratusan kali, agar kita mengambil pelajaran dari Al-Quran dan alam ciptaan Allah termasuk kisah Ibrahim AS.

Ada begitu banyak ibroh atau pelajaran yang bisa kita petik dari kisah Ibrahim AS, mari kita belajar tiga di antaranya:

Iklan – Lanjutkan Membaca Di Bawah Ini

Pelajaran pertama sekaligus paling utama adalah tentang kesabaran. Sabar adalah bekal utama menuju kemenangan. Sejarah perjalanan Ibrahim AS adalah sejarah tentang ujian kesabaran yang sangat luar biasa. Mulai dari ujian perjalanan spiritual mencari Tuhan, berdakwah kepada ayahnya bernama Azar yang berakibat pengusiran, melawan hegemoni kekuasaan Namrudz yang sangat tiran sampai ujian lama tidak dikasih keturunan dan akhirnya saat dikaruniai putra diuji dengan perintah penyembelihan.

Baca juga:  Temali Sang Mahayogi: Tentang Aliran Kepercayaan

Semua itu ujian kelas berat. Ibrahim muda sudah berjibaku dengan pergulatan spiritual mencari Tuhan, sementara banyak orang zaman sekarang tinggal ngaji saja banyak alasan. Saat berdakwah mengajak pada kebenaran, Ibrahim diuji dengan penolakan, pengusiran bahkan pembakaran. Kita ini berdakwah, melayani jamaah yang baik baik saja kadang masih ada yang suka baperan. Beda pendapat sedikit mutung, jamaah berkurang tersinggung.

Nabiyullah Ibrahim AS juga diuji lama tidak dikasih keturunan. Lebih dari 80 tahun beliau berdoa, merintih memohon kepada Allah dengan permohonan yang sangat masuk akal yaitu diberi keturunan agar ada yang dapat melanjutkan perjuangan dakwahnya. Kita, manusia zaman kekinian, diberi ujian setahun dua tahun banyak yang sudah hilang akal, saling hujat dan menyalahkan, bahkan Tuhan pun dijadikan sasaran.

Puncak ujiannya tentu saja pada episode perintah penyembelihan putranya Ismail AS. Putra yang lama digadang-gadang dan sedang tumbuh sebagai remaja awal yang menawan tiba tiba harus dikorbankan. Bagaimana jika kita dapat ujian sebegitu berat? Membayangkan saja rasanya sudah seperti kiamat.

Semua ujian tersebut dilewati Nabiyullah Ibrahim AS dengan baik berkat pertolongan Allah yang dijemput dengan shalat dan juga kesabaran. Allah berfirman dalam surat Al Baqoroh 153:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

Mari kita perhatikan struktur kalimatnya; Allah memerintahkan kita menjemput pertolongan dengan shalat dan sabar. Dan Allah berjanji akan bersama orang orang yang sabar. Jadi kuncinya shalat atau beribadah atau berdoa dan satu lagi, sabar. Inilah dua bekal Ibrahim AS melewati ujian demi ujian hidup. Dan karena itulah –sesuai janjiNya- Allah membersamai beliau; artinya menolong dan memberi jalan keluar dari semua masalah.

Lebih dahsyat lagi, sabar juga akan diganjar Allah dengan pahala berlipat jauh melebihi apa yang telah dikerjakan. Allah berfirman:

مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ ۖ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ ۗ وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Baca juga:  Urang Kalimantan, Urang Hutan?

“Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An Nahl 93)

Maka sebuah keniscayaan jika kemudian Ibrahim AS bukan saja keluar dari masalah namun juga menuai kesuksesan demi kesuksesan.

Kesabaran sudah menjadi bagian dari DNA Sang Khalilullah. Sudah mendarah daging dan berurat akar. Sampai akhirnya DNA kesabaran itupun menurun pada putranya. Maka Al Quran merekam, ketika Ibrahim AS bertanya:

يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى

“Wahai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi aku menyembelihmu, bagaimana pendapatmu?”

Dengan mantap Ismail remaja menjawab

قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

“Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. al-Shaffat [37]: 102).

الله أكبر الله أكبر الله أكبر لاَإلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وِللهِ الْحَمْدُ

Episode siapnya Ismail AS untuk disembelih juga menjadi pengantar untuk pelajaran kedua: Yakin pertolongan Allah akan datang, optimis masalah akan selesai.

Mari kita belajar dari sejarah ketika Nabiyullah Ibrahim akan dibakar Namrudz, atau Ismail AS saat akan disembelih. Tak ada secuil keraguanpun, beliau berdua yakin betul Allah akan menolong dan menganugerahkan yang terbaik.

Mari kita belajar dari ibunda Nabi Musa saat akan melepaskan bayi laki-lakinya tercinta terapung di atas Nil.

Lihatlah bagaimana Nabi Musa AS ketika di tepi laut merah dikejar Fir’aun dan pasukannya; have you ever been in the red sea shore in your live? Tidak ada jalan maju karena laut merah terbentang, tak ada jalan mundur karena Fir’aun mengejar. Tapi ada Allah, itu yang Nabi Musa yakin benar.

Allah berfirman dalam hadist qudsi, ’ana ’inda dzonny ’abdi bi’ Aku ada dalam persangkaan hambaku. Semakin yakin pada pertolongan Allah, maka semakin dekat dan cepat pertolongan akan datang.

Iklan – Lanjutkan Membaca Di Bawah Ini

Dalam ancaman pandemi seperti sekarang, kita tidak boleh kehilangan optimisme. Bukankah Allah berfirman:

فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْر

“Sesungguhnya bersama kesulitan selalu ada kemudahan.”

Maka sesulit apapun situasi kita, insyaallah Allah sudah mempersiapkan solusinya

الله أكبر الله أكبر الله أكبر لاَإلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وِللهِ الْحَمْدُ

Pelajaran ketiga dari maha kisah Ibrahim AS adalah bahwa Iman mutlak membutuhkan pengorbanan. Begitulah saudara-saudaraku yang dimulyakan Allah, pengorbanan menjadi harga mati bagi iman; dimana geliat iman anda hanya akan terlihat pada sebanyak apa yang anda berkorban, pada sebanyak apa anda memberi, pada sebanyak Anda lelah, pada sebanyak apa anda menangis; dan puncak dari segalanya adalah saat dimana anda menyerahkan harta dan jiwa sebagai persembahan total kepada Allah Swt.

Baca juga:  Mengenang Clifford Geertz Setelah Separuh Abad Modjokuto

Ibrahim AS rela mengorbankan putra tercintanya dan putra beliau, Ismail AS juga ikhlas siap mengorbankan nyawanya. Maka mari kita bermuhasabah, bertanya kepada diri kita; apa yang sudah kita korbankan untuk Allah Swt? Apa yang sudah kita berikan untuk agama dan saudara saudara kita ? Sudah berapa lelah kita berdakwah?

Qurban secara syariat harus diniatkan untuk Allah semata. Benefit atau manfaatnya bisa dirasakan oleh saudara saudara kita. Persis seperti simbol qurban Ibrahim AS, beliau menyembelih putranya yang kemudian saat detik terakhir diganti dengan hewan sembelihan semata mata niat karena Allah. Kemudian daging hewan sembelihan dibagi kepada yang membutuhkan. Inilah tuntunan pentingnya berbagi dan peduli pada saudara saudara kita.

Saat ini, ketika situasi serba sulit, mari kita tebarkan spirit berkurban dengan membantu saudara saudara kita, apapun yang kita bisa.

KHUTBAH KE DUA

الله أكبر الله أكبر الله أكبر
اللهُ اَكْبَرُ كَبِيْراً وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْراً وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّأَصِيْلاً، لاَإلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ، اللهُ اَكْبَرُ وِللهِ الْحَمْدُ
إِنَّ اْلحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شرَيِْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ)
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً)
(يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً)
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِي فِيهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَناَ آخِرَتناَ الَّتِي فِيهَا مَعَادُنا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَناَ فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَناَ مِنْ كُلِّ شَرٍّ
اَللَّهُمَّ مَلِكَ الْمُلْكِ تُعْطِيْ الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ، وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ، وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ، بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.

https://alif.id/read/una/belajar-dari-nabiyullah-ibrahim-b238969p/