PPME Al-Ikhlash: Mempraktikkan Dakwah Inklusif dan Toleran di Amsterdam

Memang menjadi Muslim di Belanda ini gampang-gampang susah. Masjidnya (secara jumlah) lumayan. Tapi, kalau kita tidak hati-hati ya bisa terseret ikut gaya hidup orang sini. Di sini mudah saja untuk dapat barang haram. Ganja dijual bebas, minuman beralkohol murah. Banyak yang dari Indonesia, rajin salat begitunya sampai sini buyar.”

Curhat pekerja diaspora Indonesia itu mengawali obrolan panjang kami di tempat salat masjid PPME Al Ikhlash. Kami di sana berjumpa untuk menghadiri acara istigoshah rutin. Sambil bercerita, ia sesekali menyapa warga Indonesia lain yang juga sedang asyik mengobrol. Bagi mereka, PPME Al Ikhlash bukan sekadar masjid, tapi juga berfungsi sebagai rumah kedua untuk berkumpul dengan sesama perantau di negeri orang.

Ppme 1
Istighosah (Foto: PPME Al Ikhlas)

Menjaga Tradisi Keislaman di Indonesia

PPME (Persatuan Pemuda Muslim Eropa) Al Ikhlash merupakan sebuah organisasi komunitas masyarakat Muslim yang dibentuk oleh diaspora Indonesia di Belanda, khususnya di wilayah Amsterdam. Meski begitu, jangkauan wilayah dakwah dan jamaah PPME sudah bisa dikatakan lintas negara di benua biru. Jamaah yang datang untuk menghadiri kegiatan mereka bukan hanya dari area terdekat, sejumlah diaspora Indonesia yang bekerja di Jerman bahkan kerap datang berkunjung untuk menimba ilmu. Mereka mengaku bahwa datang ke masjid PPME yang berlokasi di Jan van Gentsraat 140 ini sudah seperti pulang kampung karena pelaksanaan tradisi keislaman di tanah air, seperti tahlilan, pesantren kilat dan madrasah untuk anak-anak belajar mengaji, hingga tasyakuran 17 Agustus-an masih dibawa dan rutin diadakan di sini.

Ppme 2
Pesantren Kilat (Foto: PPME Al Ikhlash)

Dalam sejumlah hari spesial, seperti ketika puasa Ramadan hingga Maulid Nabi, PPME biasanya menyelenggarakan acara khusus. Pada perayaan Maulid tempo lalu misalnya, komunitas PPME menggelar bazar, majelis sholawat dan tausiyah bersama J. J. (Joram) van Klaveren.

Joram sendiri adalah mantan politisi yang sempat menggemparkan publik Belanda karena transformasi pandangannya. Bagaimana tidak, semasa aktif di politik, ia merupakan pembenci Islam dan anggota partai sayap kanan Belanda PVV (Partij Voor Vrijheid) yang didirikan oleh Geert Wilders. Namun, ketika Joram ingin menulis buku anti-Islam, ia malah jatuh cinta dan memutuskan untuk menjadi mualaf.

Sekarang, setelah memeluk Islam, Joram aktif mewartakan bagaimana indahnya Islam ke publik termasuk dengan bergabung bersama komunitas PPME. Dalam kunjungan pertamanya ke masjid PPME, ia mengaku terkesima akan keramahan para jamaah dan betapa hangatnya sambutan yang ia terima. Selama dua jam bercengkrama dengan jamaah, ia mengaku bahagia atas perlakuan yang ia dapat. Dari sisi lainnya, ia melihat bahwa PPME merupakan komunitas yang mampu mengorganisir dan menata ruangan serta acara dengan apik.

Dakwah PPME Al Ikhlash: Merangkul, Bukan Menghakimi

Tidak hanya mengadakan acara keagamaan, PPME Al Ikhlas juga berkomitmen untuk menjadi garda terdepan dalam internalisasi moderasi beragama secara sosial. Organisasi ini aktif dalam penggalangan dana untuk membantu mereka yang membutuhkan, baik di Belanda maupun di Indonesia. Salah satu kegiatan yang rutin dilakukan adalah pengumpulan donasi untuk korban bencana alam di Indonesia, yang disalurkan melalui lembaga amal terpercaya.

Di tingkat lokal, PPME secara reguler mengadakan open day dan buka bersama di bulan puasa yang dalam realisasinya anggota PPME membagikan makanan secara gratis bagi jamaah dan warga sekitar. Hal ini bertujuan tidak hanya untuk mempererat relasi antar anggota PPME tapi juga untuk menciptakan komunitas yang lebih peduli dan inklusif. Sebab, PPME menyadari bahwa mereka hidup di Amsterdam yang warganya sangat heterogen. Oleh karenanya mereka terus membuka diri dan berinovasi agar dakwah yang mereka jalankan terus memberikan kemanfaatan seluas-luasnya.

Sebagai tempat bernaung bagi komunitas Muslim Indonesia di Amsterdam yang ingin menghidupi nilai-nilai Islam sekaligus menjaga identitas budaya mereka, PPME Al Ikhlash membuka pintu selebar-lebarnya bagi siapapun dan apapun latar belakangnya untuk datang dan belajar.

Keterbukaan PPME ini diakui oleh salah satu warga Belanda yang baru saja masuk Islam, ia mengaku bahwa ia mendapat banyak manfaat dari PPME. Sejak awal ia datang, ia selalu disambut hangat dan tak pernah dikecewakan, “I had an amazing day with beautiful people. And from the beginning I visit PPME Al Ikhlas I feel very welcome.. “

Tak heran, jamaah PPME begitu beragam. Perwakilan dari pengurus mengatakan bahwa PPME ingin semua orang merasakan indahnya Islam. Dengan kata lain, PPME ingin menginternalisasi “Islam rahmatan lil ‘alamin”, atau mempresentasikan bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam semesta, yang hadirnya bukan hanya membawa kebaikan untuk kalangan Muslim saja, tapi juga untuk membawa kebaikan, kasih sayang, dan keadilan yang bersifat universal, menembus batas-batas agama, bangsa, atau suku.

Artikel ini terbit atas kerjasama alif.id dengan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Kemenag dan LTN PBNU.

Katalog Buku Alif.ID

https://alif.id/read/hasna-azmi-fadhilah/ppme-al-ikhlash-mempraktikkan-dakwah-inklusif-dan-toleran-di-amsterdam-b250118p/