Laduni.ID, Jakarta – Alkisah, di suatu tempat terjadilah interaksi dua ulama berpengaruh yang membicarkan tentang sosok Imam Abu Hanifah.
“Wahai orang Khurrasan, apakah kamu tahu siapa ahli bid’ah yang berada di Kufah ini yang dikenal dengan nama Abu Hanifah?,” ucap Imam Al-Auza’i pada Imam Abdullah bin Mubarak ketika keduanya berjumpa.
Mendengar ucapan dari Imam Al-Auza’i tersebut, Abdullah bin Mubarak memilih diam dan pulang ke rumah. Setelah sampai di rumah, Abdullah bin Mubarak mengambil beberapa kitab Imam Abu Hanifah dan menyalin beberapa kutipan kitab tersebut selama tiga hari dan mengumpulkannya dalam satu kitab khusus.
Pada hari keempat, Abdullah bin Mubarak berjumpa kembali dengan Iman Al-Auza’i di masjid, di mana Imam Al-Auza’i menjadi muadzin dan imam di dalamnya. Ketika berjumpa, Imam Al-Auza’i penasaran melihat kitab yang dibawa oleh Abdullah bin Mubarak dan memintanya untuk dilihat.
Setelah membuka kitab tersebut, beliau melihat ada satu pembahasan yang oleh Abdullah bin Mubarak diberikan penjelasan bahwa itu adalah pendapat An-Nu’man. Beliau begitu asyik membaca kitab itu dan berhenti ketika adzan dikumandangkan dan shalat berjamaah dilaksanakan.
Setelah shalat, Imam Al-Auza’i bertanya penasaran, “Wahai orang Khurrasan, siapa sebenarnya An-Nu’man bin Tsabit ini?”
“Beliau adalah seorang syaikh yang aku jumpai di Iraq,” jawab Abdullah bin Mubarak.
https://www.laduni.id/post/read/74692/memilih-menjadi-juru-damai.html