Laduni.ID Jakarta – Al-Imam Syamsuddin adz-Dzhabi—seorang ‘alim al-hâfizh muhaddits mu`arrikh ternama yang berasal dari negeri Damaskus dan pernah belajar ke Mesir (w 748 H)—berkata:
وَالدُّعَاءُ مُسْتَجَاب عِنْد قُبُوْر الأَنْبِيَاء وَالأَوْلِيَاء
“Berdoa di samping kuburan para nabi dan para waliyullah adalah mustajab”.
(Diambil dari Kitab: Siyâr A’lâm an-Nubalâ`, karya al-Imam Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Utsman bin Qaimâz adz-Dzahaby (w 748 H), (17/77)).
Masih dalam kitab yang sama, Imam adz-Dzahaby ketika menjelaskan di antara gurunya al-Imam asy-Syafi’i di Mesir, yaitu as-Sayyidah Nafisah Binti Hasan Anwar bin Zaid al-Ablaj bin Imam Hasan bin Imam Ali, yang kuburannya berada di Mesir, berkata:
كَانَتْ مِنَ الصَّالِحَاتِ العَوَابِدِ، وَالدُّعَاءُ مُسْتَجَابٌ عِنْدَ قَبْرِهَا، بَلْ وَعِنْدَ قُبُوْرِ الأَنْبِيَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ
Artinya: “Sayyidah Nafisah adalah seorang wanita shalehah ahli ibadah. Berdoa di samping kuburan beliau adalah mustajab, demikian juga dengan berdoa di samping kuburan para nabi dan orang-orang shaleh (semuanya tempat-tempat mustajab)”.
(Diambil dari Kitab: Siyâr A’lâm an-Nubalâ`, karya al-Imam Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Utsman bin Qaimâz adz-Dzahaby (w 748 H), (10/107)).
Demikian betapa berziarah kubur kepada para nabi, para wali dan orang-orang shaleh, merupakan di antara amalan ibadah sunnat yang sangat penting. Hal ini bukan semata untuk mengingatkan akhirat, mengenang jasa dan kebaikan juga mencontoh budi mulia beliau-beliau, akan tetapi juga yang tidak kalah pentingnya adalah untuk berdoa memohon kepada Allah di samping kuburan orang-orang mulia tersebut. Hal ini karena menurut para ulama mu’tabar—sebagaimana di antaranya di sampaikan oleh Imam adz-Dzahaby di atas– bahwa berdoa di samping kuburan para nabi, para wali dan orang-orang shaleh termasuk di antara tempat-tempat mustajab untuk berdoa.
Bahkan ini juga merupakan amalan para sahabat dan para ulama shaleh ternama.
Imam Malik misalnya dalam kitabnya al-Muwaththa dengan riwayat dari Imam Muhammad bin al-Hasan asy-Syaibany (hal. 334, hadits nomor 948) menyampaikan sebuah riwayat di mana Abdullah bin Dinar berkata, bahwasannya Ibnu Umar—salah seorang sahabat utama Rasulullah Saw—apabila beliau hendak bepergian atau baru pulang dari bepergian yang beliau lakukan terlebih dahulu adalah mendatangi (berziarah) ke kuburan Rasulullah Saw, kemudian beliau shalat di sampingnya, lalu berdoa, kemudian baru beliau pergi.
Setelah menyampaikan hadits di atas, Imam Muhammad bin al-Hasan asy-Syaibany kemudian berkata: “Demikian sepatutunya yang dilakukan seseorang ketika baru tiba di Madinah, yaitu terlebih dahulu mendatangi (berziarah) ke kuburan Rasulullah Saw”.
Demikian juga dengan Imam asy-Syafi’i, beliau pun melakukan yang sama.
Ali bin Maimun berkata: “Aku mendengar Imam Syafi’i radhiyallôhu ta’âla ‘anhu wa ardhôh bertutur: “Sesungguhnya aku bertabarruk (mencari berkah) dengan Imam Abu Hanifah, dan aku setiap hari datang menziarahi kuburnya. Apabila aku ada hajat keinginan, aku shalat dua rakaat, kemudian aku mendatangi kubur beliau (Imam Abu Hanifah), dan aku berdoa kepada Allah untuk hajat ku itu di samping kuburan beliau. Tidak lama kemudian hajatku pun (Alhamdulillah) dikabulkan-Nya”.
(Diambil dari Kitab: Târikh Baghdâd, karya Imam Abu Bakr Ahmad bin Ali bin Tsabit al-Khathîb al-Baghdâdi (w 463 H), 1/445; Lihat juga dalam Kitab: Akhbâr Abî Hanîfah Wa Ashhâbih, karya al-Imam al-Husain bin Ali bin Muhammad Abu Abdillah ash-Shaimary al-Hanafy (w 436 H), hal. 94, 95).
Demikian juga hal di atas dilakukan oleh seorang Syaikh Syuyûkh al-Qurrâ`, al-Imam al-Hafizh Syamsuddin Abul Khair Ibnul Jazary—seorang ulama gurunya para qurrâ` yang berasal dari negeri Damaskus dan pernah belajar lama di Mesir (w 833 H).
Ketika menjelaskan kuburan al-Imam asy-Syatibi—seorang ulama Imamnya ilmu qira`at yang kuburannya ada di Mesir-Imam Ibnul Jazary berkata:
“Kuburan (Imam asy-Syathibi) ini sangat terkenal dan merupakan di antara tempat tujuan untuk berziarah. Dan aku sudah berziarah ke kuburannya berkali-kali, dan sebagian teman-temanku membacakan kitab Matan asy-Syâthibiyyah kepada ku di samping kuburannya. Dan sunggguh aku melihat keberkahan berdoa di samping kuburan beliau. Berdoa di samping kuburan beliau sungguh mustajab”.
(Diambil dari Kitab: Ghāyatun Nihāyah Fī Thabaqāt al-Qurā’, karya Imam Syamsuddin Abul Khair Ibnul Jazary (w 833 H), 2/23).
Demikian, semoga kita semua termasuk orang-orang yang selalu dan terus mencintai para ulama dan orang-orang shaleh baik ketika mereka masih ada ataupun telah tiada. Bahkan, semoga kita juga termasuk orang-orang yang gemar berziarah kepada mereka, termasuk ke kuburan mereka (bagi yang telah wafat) karena menziarahi mereka selain merupakan ibadah yang luar biasa, juga merupakan tuntunan dan amalan dari para sahabat dan para ulama shaleh. Bahkan, berdoa di samping kuburan mereka merupakan tempat mustajab untuk berdoa, sebagaimana disampaikan oleh para ulama mu’tabarin. Semoga.
Sebagai penutup, penulis hendak menyampaikan bahwa Mesir merupakan di antara negara yang sangat banyak sekali dikuburkan di dalamnya para ulama, ahlul bait, para auliya dan orang-orang shaleh. Bahkan dua kisah yang disebutkan di atas, yaitu Sayyidah Nafisah dan Imam asy-Syathibi keduanya merupakan orang-orang mulia yang dikuburkan di Mesir, dan kuburannya sangat masyhur.
Maka bagi Ikhwan dan akhwat yang berada di Mesir jangan sampai menyia-nyiakan nikmat luar biasa ini. Selain menimba ilmu di al-Azhar, juga jangan lupa untuk sering berziarah ke kuburan ratusan bahkan ribuan para ulama dan orang-orang shaleh yang tempat-tempatnya umumnya berada di Cairo, dan tidak jauh dari tempat tinggal kita. Karena ini merupakan nikmat yang yang sangat luar biasa, yang boleh jadi tidak akan datang untuk yang kedua kali.
Bagi yang belum pernah ke Mesir atau pernah di Mesir, semoga Allah memberikan kesempatan dan kelapangan untuk dapat mengunjunginya (kembali) sehingga dapat berziarah ke kuburan hamba-hamba Allah terpilih dimaksud, âmîn ya rabbal ‘âlamîn.
Washallallahu ‘ala sayyidina Muhammadin, wa ‘ala alihi wa shohbihi wa baraka wa sallam.
———
Oleh: Aep Saepulloh Darusmanwiati
Editor: Nasirudin Latif
https://www.laduni.id/post/read/72209/al-fawaid-wal-hikam-03.html