Laduni.ID, Jakarta – Umat Islam mempunyai semangat dalam menyebar kedamaian dan kebaikan. Arti dari Islam itu sendiri mengandung pengertian kedamaian dan keselamatan. Tentu bertolak belakang jika Islam dianggap sebagai penebar kebencian dan permusuhan.
Meskipun demikian, umat Islam ditegaskan di dalam Al-Qur’an bahwa yang paling baik di antara mereka adalah mereka yang paling bertakwa. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Al-Hujurat ayat 13,
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.”
Dari sini ada penegasan bahwa yang paling utama di sisi Allah SWT, tidak lain adalah yang paling bertakwa bukan tentang yang lainnya, apalagi tentang keturunan.
Demikianlah penegasan Allah terkait dengan umat Islam. Sementara Allah SWT membantah pengakuan orang-orang Yahudi dan Nasrani yang menyatakan sebagai kekasih-Nya.
Allah SWT berfirman:
وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ وَالنَّصٰرٰى نَحْنُ اَبْنٰۤؤُ اللّٰهِ وَاَحِبَّاۤؤُهٗ ۗ قُلْ فَلِمَ يُعَذِّبُكُمْ بِذُنُوْبِكُمْ ۗ بَلْ اَنْتُمْ بَشَرٌ مِّمَّنْ خَلَقَۗ يَغْفِرُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَلِلّٰهِ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا ۖوَاِلَيْهِ الْمَصِيْرُ
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya. Katakanlah: Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu? (Kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia(biasa) diantara orang-orang yang diciptakan-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Kepunyaan Allah-lah kerajaan antara keduanya. Dan kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu).” (QS. Al-Maidah: 18)
Pengakuan bohong orang Yahudi dan Nasrani itu telah ada sejak dulu. Mereka menganggap dirinya sebagai kaum pilihan dan kekasih Allah SWT, padahal semua itu hanyalah omong kosong belaka dan tidak bisa terbukti kebenarannya.
Dalam Surat Al-Jum’ah ayat 6, Allah SWT menantang dengan tegas pengakuan bohong orang Yahudi. Dan ayat ini adalah penegasan dari Allah SWT dalam membantah pengakuan mereka.
Allah SWT berfirman:
قُلْ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ هَادُوْٓا اِنْ زَعَمْتُمْ اَنَّكُمْ اَوْلِيَاۤءُ لِلّٰهِ مِنْ دُوْنِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
“Katakanlah, ‘Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi, jika kamu mendakwakan bahwa sesungguhnya kamu sajalah kekasih Allah bukan manusia-manusia yang lain, maka harapkanlah kematianmu, jika kamu adalah orang-orang yang benar.’”
Karena itu, perlu dipahami seutuhnya bahwa klaim sebagai manusia unggul kekasih Allah dari orang Yahudi dan Nasrani itu tidak benar. Bahkan, umat Islam juga tidak bisa terlepas dari penegasan bahwa yang paling mulia di antara mereka di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa kepada-Nya. []
Penulis: Hakim
Editor: Kholaf
https://www.laduni.id/post/read/517725/al-quran-menggugat-pengakuan-yahudi-dan-nasrani.html