Anak Anda Kecanduan Gagdet? Begini Saran Psikolog

Jakarta, NU Online

Indonesia menjadi negara terlama dalam menggunakan gadget yaitu 6.05 jam per harinya di 2023. Sedangkan menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) penggunaan gadget melebihi 3 jam dalam sehari dapat mengakibatkan kecanduan gadget.

Di era globalisasi dengan cepatnya perkembangan teknologi dan informasi membuat siapapun bisa mendapatkan informasi dengan cepat termasuk anak-anak. Dilansir dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), anak yang kecanduan gadget akan mengalami terganggunya kontrol emosi, kontrol diri, tanggung jawab dan nilai moral lainnya.

Menurut Kementerian Kesehatan, anak yang mengalami kecanduan pada gadget otaknya akan memproduksi hormon dopamine secara berlebihan. Hormon dopamine yang diproduksi secara berlebihan tersebut dapat mengakibatkan fungsi Pe Frontal Cortex (PFC) terganggu. Pe Frontal Cortex (PFC) adalah bagian otak untuk mengontrol emosi, kontrol diri, tanggung jawab dan nilai moral lainnya. 

Selain itu, gadget kerap menampilkan hal yang semestinya belum waktunya dilihat oleh anak-anak yang membahayakan anak karena banyaknya fitur atau aplikasi yang tidak sesuai dengan usia anak. Adapun bagi anak-anak yang sudah kecanduan pada gadget kehilangan gadget akan membuat mereka gelisah. Bagaimana mengatasinya?

Dosen Psikologi Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Devie Yudianto menyampaikan aturan orang tua terkait penggunaan gadget mulai dari batas waktu dan tontonan apa saja yang boleh dilihat anak. 

“Ketika misal anak udah kelebihan waktu yang bisa dilakukan adalah tidak langsung merampas, tapi kayak kasih aba-aba dihitung berapa detik baru diambil hapenya. Terus gunakan juga aturan waktu dan konten apa aja yg boleh dilihat,” ungkap Devie kepada NU Online pekan lalu.

Devie juga menyarankan agar orang tua mendukung aktivitas fisik dan membuat mainan yang melatih sensorik dan motorik anak.

“Dukung untuk orang tua agar melakukan aktivitas riil atau fisik, kayak bikin alat mainan yang bisa juga melatih sensori motorik anak ditambah bonding juga kan orang tua sama anak,” ungkapnya.

Dia menegaskan, orang tua harus mencontohkan terlebih dahulu role model yang baik agar anak dapat melihat contoh yang baik dari orang tuanya.

“Orang tua juga jangan menyontohkan, melarang anak tidak boleh main handphone, tapi dia sendiri marahin anak pas lagi pegang handphone pula. Jadinya role modelnya salah. Kecanduan bisa jadi karena orang tuanya sendiri,” tambahnya

Dia juga menyampaikan untuk tidak menjadikan gadget sebagai suatu reward. Aktivitas bermain di luar, sering mengajak mengobrol dan bermain bersama teman bisa mengatasi juga menghindari kecanduan gadget.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) melansir secara total, ada 33,44% anak usia dini di Indonesia yang menggunakan handphone atau gawai nirkabel. Sementara anak usia dini yang bisa mengakses internet mencapai 24,96%. Di sisi lain Kemenkes mengimbau anak (usia 3-6) tahun seharusnya belum layak menggunakan gadget.

BPS juga memberikan pesan dalam laporan dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2022 mengenai penggunaan gadget untuk balita.

Dalam penggunaan gawai untuk balita, yang sebaiknya tidak diberikan akses gawai sama sekali atau jika benar-benar diperlukan dibatasi hanya kurang dari 1 jam per hari.

 

Kecanduan gadget dapat membuat seorang anak asik dalam dunia teknologi menjadi enggan untuk keluar rumah dan sulit bersosialisasi. Hal itu dapat menyebabkan krisis kepercayaan diri bagi anak-anak yang seharusnya sedang mengeksplorasi lewat bermain dan berinteraksi tapi akhirnya lebih asik untuk menyendiri. 

Tips menghindari Gadget untuk anak usia dini menurut Kemenkes.

 

  1. Batasi dan awasi penggunaan gadget pada anak.
  2. Buat aktivitas menyenangkan bersama anak.
  3. Tetapkan wilayah bebas gadget di rumah.
  4. Beri tahu anak bahaya menggunakan gadget terlalu lama.
  5. Berikan mainan yang sesuai usia anak.

https://www.nu.or.id/kesehatan/anak-anda-kecanduan-gagdet-begini-saran-psikolog-Sevez