Asal Usul Penamaan Ramadhan

Laduni.ID, Jakarta – Ramadhan berasal dari akar kata   ﺭ ﻡ ﺿ  (ra – ma – dha) , yang berarti panas yang menyengat. Bangsa Babylonia yang budayanya pernah sangat dominan di utara Jazirah Arab menggunakan luni-solar calendar (penghitungan tahun berdasarkan bulan dan matahari sekaligus).

Bulan kesembilan selalu jatuh pada musim panas yang sangat menyengat. Sejak pagi hingga petang batu-batu gunung dan pasir gurun terpanggang oleh sengatan matahari musim panas yang waktu siangnya lebih panjang daripada waktu malamnya. Di malam hari panas di bebatuan dan pasir sedikir reda, tapi sebelum dingin betul sudah berjumpa dengan pagi hari. Demikian terjadi berulang-ulang, sehingga setelah beberapa pekan terjadi akumulasi panas yang menghanguskan. Hari-hari itu disebut bulan Ramadhan, bulan dengan panas yang menghanguskan.

Setelah umat Islam mengembangkan kalender berbasis bulan, yang rata-rata 11 hari lebih pendek dari kalender berbasis matahari, bulan Ramadhan tak lagi selalu bertepatan dengan musim panas. Orang lebih memahami ‘panas’nya Ramadhan secara metaphoric (kiasan). Karena di hari-hari Ramadhan orang berpuasa, tenggorokan terasa panas karena kehausan. Atau, diharapkan dengan ibadah-ibadah Ramadhan maka dosa-dosa terdahulu menjadi hangus terbakar dan seusai Ramadhan orang yang berpuasa tak lagi berdosa. Wallahu `alam.

Dari akar kata tersebut kata Ramadhan digunakan untuk mengindikasikan adanya sensasi panas saat seseorang kehausan. Pendapat lain mengatakan bahwa kata Ramadhan digunakan karena pada bulan itu dosa-dosa dihapuskan oleh perbuatan baik, sebagaimana matahari membakar tanah.

Lebih lanjut lagi hal itu dikiaskan dengan dimanfaatkannya momen Ramadhan oleh para penganut Islam yang serius untuk mencairkan, menata ulang dan memperbaharui kekuatan fisik , spiritual dan tingkah lakunya, sebagaimana panas merepresentasikan sesuatu yang dapat mencairkan materi .

ﻭَﻫُﻮَ ﺷِﺪَّﺓُ ﺍﻟْﺤَﺮِّ ؛ ﻟِﺄَﻥَّ ﻭَﺿْﻊَ ﺍﺳْﻤِﻪِ ﻋَﻠَﻰ ﻣُﺴَﻤَّﺎﻩُ ﻭَﺍﻓَﻖَ ﺫَﻟِﻚَ ﻭَﻛَﺬَﺍ ﻓِﻲ ﺑَﻘِﻴَّﺔِ ﺍﻟﺸُّﻬُﻮﺭِ ﻛَﺬَﺍ ﻗَﺎﻟُﻮﻩُ ﻭَﻫُﻮَ ﺇﻧَّﻤَﺎ ﻳَﺄْﺗِﻲ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻀَّﻌِﻴﻒِ ﺃَﻥَّ ﺍﻟﻠُّﻐَﺎﺕِ ﺍﺻْﻄِﻠَﺎﺡِﻳَّﺔٌ . ﺃَﻣَّﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﻧَّﻬَﺎ ﺗَﻮْﻗِﻴﻔِﻲٌﺓَّ ﺃَﻱْ ﺃَﻥَّ ﺍﻟْﻮَﺍﺿِﻊَ ﻟَﻬَﺎ ﻫُﻮَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﻭَﻋَﻠَّﻤَﻪﺍَ ﺟَﻤِﻴﻌًﺎ ﻟِﺂﺩَﻡَ ﻋِﻨْﺪَ ﻗَﻮْﻝِ ﺍﻟْﻤَﻠَﺎﺉِﻛَﺔِ ﻟَﺎ ﻋِﻠْﻢَ ﻟَﻨَﺎ ﻓَﻠَﺎ ﻳَﺄْﺗِﻲ ﺫَﻟِﻚَ ﻭَﻫُﻮَ ﺃَﻓْﻀَﻞُ ﺍﻟْﺄَﺷْﻬُﺮِ ﺣَﺘَّﻰ ﻣِﻦْ ﻋَﺸْﺮِ ﺍﻟْﺤِﺠَّﺔِ ﻟِﻠْﺨَﺒَﺮِ ﺍﻟﺼَّﺤِﻴﺢِ

Ramadhan berasal dari kata ar-romadh yaitu panas yang terik hal ini karena kebiasaan penamaan oleh orang-orang arab atas nama-nama bulan dalam setahun.

Sedang pendapat lain menyatakan penamaan ramadhan bersifat tauqify yang menamainya langsung Allah sendiri dan diajarkan pada Adam. Tuhfah alMuhtaaj XIII/178

( ﻷﻥ ﻭﺿﻊ ﺍﺳﻤﻪ ﺍﻟﺦ ‏) ﻋﺒﺎﺭﺓ ﺍﻟﻤﻐﻨﻲ ﻭﺍﻟﻨﻬﺎﻳﺔ ﻷﻥ ﺍﻟﻌﺮﺏ ﻟﻤﺎ ﺃﺭﺍﺩﺕ ﺃﻥ ﺗﻀﻊ ﺃﺳﻤﺎﺀ ﺍﻟﺸﻬﻮﺭ ﻭﺍﻓﻖ ﺃﻥ ﺍﻟﺸﻬﺮ ﺍﻟﻤﺬﻛﻮﺭ ﻛﺎﻥ ﻓﻲ ﺷﺪﺓ ﺍﻟﺤﺮ ﻓﺴﻤﻲ ﺑﺬﻟﻚ ﻛﻤﺎ ﺳﻤﻲ ﺍﻟﺮﺑﻴﻌﺎﻥ ﻟﻤﻮﺍﻓﻘﺘﻬﻤﺎ ﺯﻣﻦ ﺍﻟﺮﺑﻴﻊ ﺍﻩ ﻗﻮﻟﻪ ‏(ﻭﻛﺬﺍ ﻓﻲ ﺑﻘﻴﺔ ﺍﻟﺸﻬﻮﺭ ‏) ﻋﺒﺎﺭﺓ ﺍﻟﻤﺼﺒﺎﺡ ﻓﻲ ﻣﺎﺩﺓ ﺝ ﻡ ﺩ ﻭﻳﺤﻜﻰ ﺃﻥ ﺍﻟﻌﺮﺏ ﺣﻴﻦ ﻭﺿﻌﺖ ﺍﻟﺸﻬﻮﺭ ﻭﺍﻓﻖ ﺍﻟﻮﺿﻊ ﺍﻷﺯﻣﻨﺔ ﻓﺎﺷﺘﻖ ﻟﻠﺸﻬﻮﺭ ﻣﻌﺎﻥ ﻣﻦ ﺗﻠﻚ ﺍﻷﺯﻣﻨﺔ ﺛﻢ ﻛﺜﺮ ﺣﺘﻰ ﺍﺳﺘﻌﻤﻠﻮﻫﺎ ﻓﻲ ﺍﻷﻫﻠﺔ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﺗﻮﺍﻓﻖ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﺰﻣﺎﻥ ﻓﻘﺎﻟﻮﺍ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻟﻤﺎ ﺍﺭﻣﻀﺖ ﺍﻷﺭﺽ ﻣﻦ ﺷﺪﺓ ﺍﻟﺤﺮ ﻭﺷﻮﺍﻝ ﻟﻤﺎ ﺷﺎﻟﺖ ﺍﻹﺑﻞ ﺑﺄﺫﻧﺎﺑﻬﺎ ﻟﻠﻈﺮﻭﻑ ﻭﺫﻭ ﺍﻟﻘﻌﺪﺓ ﻟﻤﺎ ﺫﻟﻠﻮﺍ ﺍﻟﻘﻌﺪﺍﻥ ﻟﻠﺮﻛﻮﺏ ﻭﺫﻭ ﺍﻟﺤﺠﺔ ﻟﻤﺎ ﺣﺠﻮﺍ ﻭﺍﻟﻤﺤﺮﻡ ﻟﻤﺎ ﺣﺮﻣﻮﺍ ﺍﻟﻘﺘﺎﻝ ﺃﻭ ﺍﻟﺘﺠﺎﺭﺓ ﻭﺍﻟﺼﻔﺮ ﻟﻤﺎ ﻏﺰﻭﺍ ﻭﺗﺮﻛﻮﺍ ﺩﻳﺎﺭ ﺍﻟﻘﻮﻡ ﺻﻔﺮﺍ ﻭﺷﻬﺮ ﺭﺑﻴﻊ ﻟﻤﺎ ﺃﺭﺑﻌﺖ ﺍﻷﺭﺽ ﻭﺃﻣﺮﻋﺖ ﻭﺟﻤﺎﺩﻯ ﻟﻤﺎ ﺟﻤﺪ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻭﺭﺟﺐ ﻟﻤﺎ ﺭﺟﺒﻮﺍ ﺍﻟﺸﺠﺮ ﻭﺷﻌﺒﺎﻥ ﻟﻤﺎ ﺃﺷﻌﺒﻮﺍ ﻣﺜﻞ ﺍﻟﻌﻮﺩ ﺍﻧﺘﻬﺖ ﺍﻩ ﻉ ﺵ

Keterangan dalam kitab al Mughni dan an-Nihaayah “karena kebiasaan orang arab saat menamai bulan disesuaikan dengan keadaan zamannya, mereka menamai ramadhan karena bulan ini bertepatan dengan masa terik panas seperti mereka menamai dua bulan robii’ (robiiul awal dan robii’us tsani) karena bertepatan dengan musim semi, begitu juga bulan-bulan lain meskipun kenyataannya pada musim-musim tertentu tidak sesuai dengan apa yang mereka namai.

1. Ramadhan = saat bumi terbakar karena panas yang terik
2. Syawwal = saat unta menaikkan ekornya pada wadah
3. Dzul Qa’dah = saat merendahkan kendaran untuk dinaiki
4. Dzul hijjah = saat menjalani haji
5. Muharram = saat diharamkan peperangan atau niaga
6. Shofar = saat orang arab meninggalkan rumah mereka dalam keadaan kosong
7. dan 8. Robii’ (awal dan tsani) = saat musim semi
9 dan 10. Jumada (ula dan tsani) = saat air membeku
11. Rojab = saat pepohonan berduri
12. Sya’ban = saat mereka meninggalkan untuk selama-lamanya seperti kembali

An-Nawawi dalam kitabnya Tahdzib al-Asma wa al-Lughat, menyebutkan beberapa pendapat ahli bahasa, terkait asal penamaan ramadhan,

Pertama, diambil dari kata ar-Ramd (arab: ﺍﻟﺮﻣﺾ) yang artinya panasnya batu karena terkena terik matahari. Sehingga bulan ini dinamakan ramadhan, karena kewajiban puasa di bulan ini bertepatan dengan musim panas yang sangat terik. Pendapat ini disampaikan oleh al-Ashma’i – ulama ahli bahasa dan syair arab – (w. 216 H), dari Abu Amr.

Kedua, diambil dari kata ar-Ramidh (arab: ﺍﻟﺮﻣﻴﺾ ), yang artinya awan atau hujan yang turun di akhir musim panas, memasuki musim gugur. Hujan ini disebut ar-Ramidh karena melunturkan pengaruh panasnya matahari. Sehingga bulan ini disebut Ramadhan, karena membersihakn badan dari berbagai dosa. Ini merupakan pendapat al-Kholil bin Ahmad al-Farahidi – ulama tabiin ahli bahasa, peletak ilmu arudh – (w. 170 H).

Ketiga, nama ini diambil dari pernyataan orang arab, ( ﺭﻣﻀﺖ ﺍﻟﻨﺼﻞ ) yang artinya mengasah tombak dengan dua batu sehingga menjadi tajam. Bulan ini dinamakan ramadhan, karena masyarakat arab di masa silam mengasah senjata mereka di bulan ini, sebagai persiapan perang di bulan syawal, sebelum masuknya bulan haram. Pendapat ini diriwayatkan dari al-Azhari – ulama ahli bahasa, penulis Tahdzib al-Lughah – (w. 370 H).

Kemudian an-Nawawi menyebutkan keterangan al-Wahidi,

ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻮﺍﺣﺪﻱ : ﻓﻌﻠﻰ ﻗﻮﻝ ﺍﻷﺯﻫﺮﻱ : ﺍﻻﺳﻢ ﺟﺎﻫﻠﻲ، ﻭﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﻮﻟﻴﻦ ﺍﻷﻭﻟﻴﻦ ﻳﻜﻮﻥ ﺍﻻﺳﻢ ﺇﺳﻼﻣﻴًﺎ

Al-Wahidi mengatakan, berdasarkan keterangan al-Azhari, berarti ramadhan adalah nama yang sudah ada sejak zaman Jahiliyah.Sementara berdasarkan dua pertama, berarti nama ramadhan adalah nama islami. (Tahdzib al-Asma wa al-Lughat, 3/126).

Ramadhan yang setiap tahun kita jalani sangatlah penting dimaknai dari perspektif nama-nama lain yang dinisbatkan kepadanya. Para ulama melabelkan sejumlah nama pada Ramadhan.

Pertama, Syahr al-Qur’an (bulan Alquran), karena pada bulan inilah Alquran pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Selain itu, kitab-kitab suci yang lain: Zabur, Taurat, dan Injil, juga diturunkan pada bulan yang sama.

Kedua, Syahr al-Shiyam (bulan puasa wajib), karena hanya Ramadhan me ru pakan bulan di mana Muslim diwajibkan berpuasa selama sebulan penuh. Dan hanya Ramadhan, satu-satunya, nama bulan yang disebut dalam Alquran. (QS al-Baqarah: 185).

Ketiga, Syahr al-Tilawah (bulan membaca Alquran), karena pada bulan ini Jibril AS menemui Nabi SAW untuk melakukan tadarus Alquran bersama Nabi dari awal hingga akhir.

Keempat, Syahr al-Rahmah (bulan penuh limpah an rahmat dari Allah SWT), karena Allah menurunkan aneka rahmat yang tidak dijumpai di luar Ramadhan. Pintu-pintu kebaikan yang mengantarkan kepada surga dibuka lebar-lebar.

Kelima, Syahr al-Najat (bulan pembebasan dari siksa neraka). Allah menjanjikan pengampunan dosa-dosa dan pembebesan diri dari siksa api neraka bagi yang berpuasa karena iman dan semata-mata mengharap ridha-Nya.

Ke enam, Syahr al-’Id(bulan yang berujung/ berakhir dengan hari raya). Ramadhan disambut dengan kegembiraan dan diakhiri dengan perayaan Idul Fitri yang penuh kebahagiaan juga, termasuk para fakir miskin

Ketujuh, Syahr al-Judd (bulan kedermawanan), karena bulan ini umat Islam dianjurkan banyak bersedekah, terutama untuk meringankan beban fakir dan miskin. Nabi SAW memberi keteladanan terbaik sebagai orang yang paling dermawan pada bulan suci.

Kedelapan, Syahr al-Shabr (bulan kesabaran), karena puasa melatih seseorang untuk bersikap dan berperilaku sabar, berjiwa besar, dan tahan ujian.

Kesembilan, Syahr Allah (bulan Al lah), karena di dalamnya Allah melipatgandakan pahala bagi orang berpuasa.

Jadi, Ramadhan adalah bulan yang sangat sarat makna yang kesemuanya bermuara kepada kemenangan, yaitu: kemenangan Muslim yang berpuasa dalam melawan hawa nafsu, egositas, keserakahan, dan ketidakjujuran. Sebagai bulan jihad, Ramadhan harus dimaknai dengan menunjukkan prestasi kinerja dan kesalehan individual serta sosial.

https://www.laduni.id/post/read/74753/asal-usul-penamaan-ramadhan.html