Daftar Isi
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
1.2 Wafat
1.3 Riwayat Keluarga
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1 Mengembara Menuntut Ilmu
2.2 Guru-Guru Beliau
2.3 Mendirikan Pondok Pesantren
3. Penerus Beliau
3.1 Anak-anak Beliau
4. Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1 Karier Beliau
4.2 Karya-karya Beliau
5. Referensi
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
KH. Muhammad Zen Syukri lahir pada hari Senin subuh, 10 Oktober 1919, bertepatan dengan 12 Rabiul Awwal. Putra bungsu dari pasangan K.H. Hasan Syakur dengan Nyimas Hj. Sholha Azhari. Berasal di kampung 26 Ilir, Jeramba Karang Palembang.
1.2 Wafat
KH. Muhammad Zen Syukri, wafat pada hari Kamis pukul 16.10, 22 Maret 2012. Beliau dimakamkan di samping Masjid Nurul Hidayah Cinde, Palembang.
1.3 Riwayat Keluarga
KH. Muhammad Zen Syukri menikah pada tahun 1941 dengan seorang perempuan berketurunan Arab dan juga merupakan jiran di kampung 26 Ilir. Setelah pulang dari nyantrinya di Tebuireng dan beberapa Kiai di Jawa Timur. Dari pernikahan pertama dengan Solha ini beliau dikaruniai anak; Hj. Fatimah (almh); M. Husni Ateh; Amin Fauzi; Ahmad Riduan (alm); dan Helwiyah.
KH. Muhammad menikah kembali setelah wafatnya istri pertama (Nyai Sholha Azhari). Pernikahan kedua beliau dengan Hj. Onah Siddik pada tanggal 13 Rajab 1834 bertepatan dengan tanggal 27 Oktober 1966. Dari pernikahan kedua ini beliau dikaruniai anak; Zainnunah (almh); Izzah; Luthfiah; Aisyah; Ramzul Ikhlas; Su’ada’; Zumroh; si kembar Ibnu dan Syukron; serta Tamam Asyro. Dari kedua pernikahan ini beliau dikaruniai lebih dari 68 cucu.
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan
Disinilah KH. Muhammad nyantri memperdalam ilmu agama. Beliau mengabdikan diri sebagai khadam dari KH. Hasyim Asy’ari, mengurus keperluan sehari-hari sang guru; membersihkan rumah, melipat pakaian, hingga membawa kitab sang guru ketika mengajar.
2.2 Guru-Guru Beliau
- KH. Hasan Syakur ayahanda beliau
- Ibunda tercinta, Nyimas Hj. Sholha Azhari
- KH. Muhammad Akib Muara Siring.
- KH. Zainal
- KH. Kemas Abdul Roni Azhar
- KH. Masagus Nanang Masri
- KH. Abdul Qohhar
- KH. Muhammad Idrus bin H. Abdul Manan
- Kiai Mattjik
- KH. Masagus Abdurrohman
- Kiai Sayyid Salim Jidan
- K.H. Abdul Wahab Chasbullah
- KH. Bisri Syansuri
- KH. M. Hasyim Asy’ari.
2.3 Mendirikan Pondok Pesantren
Pondok pesantren Muqimus Sunnah Palembang salah satu lembaga formal yang berbasis pesantren di dirikan pada tahun 2008 oleh salah satu tokoh ulama Palembang yakni KH. Muhammad Zen Sukri. Dan sekarang yang mengambil alih pimpinan ialah putri kandungnya yakni Dr. Hj. Izzah Zen Syukri dan sebagai mudirnya yaitu Ust H. Husni Thamrin Yunus.
3. Penerus Beliau
3.1 Anak Beliau
Dr. Hj. Izzah Zen Syukri
4. Perjalanan Hidup dan Dakwah
KH. Muhammad Zen Syukri juga dikenal sebagai khalifah tarekat Sammaniyah di Palembang. KH. Muhammad Zen Syukri mendapatkan ijazah tarekat Sammaniyah dari ayahnya sendiri yaitu Hasan Ibn ‘Abd al-Shukur dan masih sempat menimba ilmu dengan kakeknya yaitu Syaikh Muhammad Azhari Ibn ‘Abd Allah al-Jawi al-Palimbani.
Melalui KH. Muhammad Zen Syukri inilah, komunitas tarekat Sammaniyah di Palembang mengalami kemajuan yang cukup pesat, beliau memiliki kelompok pengajian yang bernama Majelis Ta’lim Ahlus Sunnah Wal Ja-ma’ah yang tersebar di sejumlah masjid di Palembang.
Sebagai guru Tarekat Sammaniyah, KH. Muhammad Zen Syukri memiliki banyak murid di Palembang yang meliputi buruh, pedagang, pegawai, dan mahasiswa. Perkembangan yang pesat ini erat kaitannya dengan kemasyhuran KH. Muhammad Zen Syukri di Palembang. Beliau adalah seorang ulama sufi kharismatik yang diakui masyarakat Palembang.
KH. Muhammad Zen Syukri adalah alumni Pesantren Tebuireng yang menjadi murid Syaikh Hasyim Asy’ari yang menguasai seluruh bidang ilmu agama Islam dengan spesialisasi pada tauhid dan tasawuf. Peranan yang dilakukan oleh KH. Muhammad Zen Syukri dalam memelihara dan mempertahankan tarekat Sammaniyah ini adalah dengan mengadakan pengajian-pengajian di masjid dan langgar bahkan di rumahnya sendiri.
Pengajaran dan bimbingan diberikan menurut tiga tingkatan murid tersebut sehingga masing-masing tingkatan mendapat materi yang sesuai dengan kapasitas masing-masing. Pada tingkatan mubtadi materi utama yang diberikan adalah dasar-dasar keimanan dan ketauhidan dengan menggunakan kitab-kitab al-‘Ashariyah.
Pada tingkatan mutawwasit materi yang disampaikan berupa tasawuf akhlaqi dengan menggunakan kitab-kitab karya Imam al-Ghazali dan tingkatan muntahi materi yang diberikan berupa tasawuf falsafi (teosofi) dengan menggunakan kitab-kitab karya Ibn al-‘Arabi.
4.1 Karier Beliau
Karier Profesional
Karier Organisasi
Sebagai salah seorang santri Tebuireng dan murid Kyai Hasyim Asy’ari, beliau mendapat posisi terhormat di pengurusan NU Palembang. Kemampuan yang beliau bawa dari pesantren Tebuireng bukan hanya penguasaan dan kemahiran dalam menyampaikan ilmu agama, tetapi juga kecakapan berorganisasi, sehingga NU di Palembang terus mencapai kemajuan.
Pada tahun 1943 beliau dipilih sebagai Ketua Tanfidziyah NU Cabang Palembang. KH. Muhammad Zen Syukri juga rajin mengadakan pengajian ke berbagai pelosok daerah. Dengan kedalaman ilmunya, pada tahun 1950 beliaumendapat kehormatan untuk mengajar di Masjid Agung Palembang. Tidak mudah untuk dapat diterima sebagai pengajar di Masjid Agung kalau keilmuannya tidak benar-benar mumpuni.
Di sana, beliau bertugas mengajarkan fiqih, tauhid, dan terutama tasawuf. Akhirnya, KH. Muhammad Zen Syukri menjadi pemimpin tertinggi serta imam di Masjid Agung. Kesibukan mengelola Masjid Agung tidak menghambat aktivitas KH. Muhammad Zen Sukri di NU, bahkan beliau diangkat menjadi pengurus NU Wilayah Sumatera Selatan dan terpilih menjadi Rais Am Syuriah (Ketua Umum Dewan Syuro) NU Wilayah Sumatera Selatan selama tiga periode, mulai 1984 hingga 1999.
KH. Muhammad Zen Sukri juga sempat terpilih sebagai salah seorang mustasyar (penasihat) Pengurus Besar NU (PBNU). Kemudian atas ketokohannya di NU beliau dipilih sebagai anggota MPR sebagai wakil daerah.
4.2 Karya-karya Beliau
- Adapun karya beliau sebagai berikut;
- Risalah Tauhid, Ini adalah buku pertama yang beliau tulis pada tahun 1962. Ditulis dalam dua aksara; Arab Melayu.
- Rahasia Sembahyang.
- Qutul Qalbi; Santapan Jiwa. Buku ini berbicara dimensi ketuhanan menguraikan tentang hubungan hamba dengan Allah, cara mengesakan-Nya, bermunajat kepada-Nya.
- Al-Qurbah (Pendekatan diri kepada Allah)
- Melepaskan diri dari bahaya Syirik
- Iman dan Menghadapi Maut
- Menuju Haji Mabrur
- Kumpulan Do’a Manasik Haji
- Menyegarkan Iman dengan Tauhid, Jilid 1 dan 2
- Cahaya di atas Cahaya.
5. Referensi
https://www.laduni.id/post/read/517827/biogafi-kh-muhammad-zen-sukri-pendiri-nu-di-palembang.html