Daftar Isi
1 Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
1.2 Riwayat Keluarga
2 Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1 Mengembara Menuntut Ilmu
2.2 Guru-Guru Beliau
3 Penerus Beliau
3.1 Anak-anak Beliau
4 Organisasi, Karier, dan Karya
4.1 Riwayat Organisasi
4.2 Karier Beliau
4.3 Karya Beliau
1.1 Lahir
Aisyah Dahlan (lahir 27 April 1920) adalah seorang pejuang kemerdekaan, ulama, pengajar dan politisi Indonesia. Ia pernah aktif sebagai anggota Konstituante, anggota MPRS, dan juga dipercaya sebagai Ketua Muslimat Nahdlatul Ulama (NU).
1.2 Riwayat Keluarga
Aisyah Dahlan menempuh pendidikan perdana-nya di Sekolah Desa di Nagari Sikapak selama 3 tahun. Ia menamatkan pendidikan di sekolah desa ini pada umur 10 tahun. Kemudian pada tahun 1930, ia melanjutkan pendidikan “mengaji” di Taman Pendidikan Surau Taluak (Sekarang Masjid Raya Al Furqan), Dusun Sikapak Usang, Nagari Tungka, Pariaman Utara, Kota Pariaman. Di Surau Taluak, ia diasuh dan dibimbing langsung oleh ayahandanya: H. Tuanku Mudo Amin, dan Tuanku Sidi Muhammad Husin. Tuanku Sidi Muhammad Husin ini merupakan pimpinan Thawalib School Padusunan pada tahun 1934.
2.1 Masa Menuntut Ilmu
Kemudian pada tahun 1933, Aisyah Dahlan pindah ke Sekolah Agama Thawalib School di Padusunan, dan menempati kelas V, satu kelas dengan Kamarisah A.N dan Jamilah Majid. Adapun yang menjadi gurunya ketika itu adalah Gutuo Mendek. Pada saat itu, Thawalib School Padusunan sedang berada pada puncak kejayaannya. Pada tahun 1935 – sebagai salah seorang dari 5 orang pelajar kelas VII (3 perempuan, dan 2 lelaki) – Aisyah Dahlan menempuh ujian akhir (eind examen), yang terdiri dari materi Syafahy dan Kitabi. Aisyah Dahlan berhasil menempuh ujian itu dengan baik, dan menjadi salah seorang dari lulusan pertama Thawalib School Padusunan.
Dalam ujian akhir tersebut, Aisyah Dahlan diuji oleh Tim Penguji yang dipimpin oleh “Guru Besar” : H. Sutan Ahmad Nazarudin Darab (H. Sutan Darab). Beliau merupakan salah seorang ulama pelopor gerakan “kaum muda” dan pembaharu sistim pendidikan keagamaan di Pariaman, Pendiri Diniyah School dan “Mudir” Perguruan Islam Darul Ma’arif Pariaman (Surau Tepi Air). Sebagaimana penjelasan Bagindo Said Zakaria dalam: “Riwayat Kota Pariaman” (1933) H. Sutan Darab merupakan salah seorang cucu kandung Syekh Muhammad Jamil El Khalidi, seorang ulama terbilang dan berpengaruh di Nagari Pasar Pariaman. (1830 M – 1928 M).
Setelah menamatkan pendidikannya di Sekolah Agama Thawalib School Padusunanan, Aisyah Dahlan kemudian melanjutkan pendidikannya ke Bovenbouw Darul Ma’arif Pariaman (Surau Tepi Air), yang dipimpinan oleh H. Sutan Darab. Kemudian Ia melanjutkan pendidikannya ke Islamic College di Padang, dan tamat pada tahun 1940. Selain menempuh berbagai jenjang pendidikan formal, Aisyah Dahlan juga pernah mengikuti berbagai kursus politik, pelatihan organisasi dan kepemimpinan, serta Academic Training Course. Modal pendidikan yang dimilikinya ini sangat menunjang berbagai aktifitasnya di kemudian hari.
2.2 Guru-Guru Beliau
- Gutuo Mendek
- H. Sutan Ahmad Nazarudin Darab (H. Sutan Darab)
4.1 Jasa Beliau
Sebagai seorang pejuang, Aisyah ikut serta berjuang pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Koto Tinggi Sumatra Barat. Ia aktif dalam bidang penerangan dan pendirian dapur umum. Karena posisinya sebagai ketua GPII Putri Sumbar, serta perannya sebagai sekretaris Badan Pembantu Kecelakaan Korban Perang (BPKKP) selama masa pengungsian pada masa PDRI itu, ia dianugerahi piagam penghargaan sebagai eksponen Pejuang 45 oleh Pemerintah Republik Indonesia.
4.1 Riwayat Organisasi
Aisyah yang juga seorang aktivis organisasi mengkoordinir berdirinya Ikatan Muallimah dan Muballighah (penceramah dan guru agama wanita) pada tahun 1969-1971, dan memprakarsai berdirinya Himpunan Dakwah Muslimat Indonesia (Nadwah) pada tahun 1980, sesuai dengan amanah Kongres X Muslimat NU di Semarang yang telah menunjuknya sebagai Ketua Muslimat NU.
Selama aktif di Muslimat NU, ia banyak merintis berdirinya sekolah-sekolah di bawah naungan Muslimat NU. Beberapa lembaga pendidikan yang didirikan dan dipimpinnya adalah lembaga pendidikan di lingkungan Masjid Istiqlal, seperti TK, SD, dan Tsanawiyah Istiqlal, Taman Remaja Istiqlal, Perguruan Tinggi/Pesantren dan Akademi Dakwah Istiqlal, dan Pengajian Ibu-ibu Istiqlal. Selain itu, ia juga menjadi dosen di pesantren Luhur dan Akademi Dakwah Istiqlal Jakarta dan Akademi Dakwah dan Publisitas di Jakarta.
Aisyah merupakan seorang muballighah terkemuka yang aktif berdakwah, baik melalui mimbar dakwah maupun melalui tulisan dalam bentuk buku. Sebagai seorang ulama dari sebuah organisasi Islam terbesar, Nahdlatul Ulama (NU), Aisyah Dahlan dipercaya sebagai Ketua Muslimat NU yang membidangi dakwah, setelah ditunjuk dalam Kongres Muslimat NU pada tahun 1979 di Semarang, Jawa Tengah. Sedangkan sebagai politisi, Aisyah pernah menjadi anggota Konstituante, dan MPRS pada tahun 1966-1971
4.2 Karier Beliau
Aisyah juga seorang pengajar. Ia aktif mengajar sejak masih berada di Sumatra Barat, seperti menjadi guru di sekolah Thawalib di Padusunan, sekolah Thawalib Putri di Padang, lalu menjadi kepala sekolah Taman Pendidikan Islam di Air Bangis, Pasaman.
4.3 Karya Beliau
- Sejarah Lahirnya Muslimat NU di Indonesia (1955)
- Membina Rumah Tangga Bahagia (1969)
- Fatahillah dan Jayakarta (1970)
- Nabi Muhammad SAW. Rasul dan Pemimpin Ummat (1971)
- Membina Kehidupan Beragama dalam Keluarga (1973)
- Menuju Keluarga Sejahtera Bahagia (1974)
- Wanita antara Monarche dan Monopouse (1978)[1]
- Seratus Tahun Ibu Kartini (bersama tokoh Muslimat NU lainnya) (1979)
Piagam Penghargaan sebagai Eksponen Pejuang 45
https://www.laduni.id/post/read/74319/biografi-aisyah-dahlan.html