Biografi Fatimah binti Maimun

1.1  Lahir
1.2  Wafat

2.1  Guru Fatimah binti Maimun

1   Riwayat Hidup dan Keluarga

     1.1 Lahir
Siti Fatimah yang juga dikenal dengan nama Putri Dewi Retno Swari atau Dewi Swara, adalah puteri dari seorang pria yang bernama Maimun asal negeri Iran. Ibunya bernama Dewi Aminah yang berasal dari Aceh dan melahirkannya pada 1064 Masehi. Sumber lain menyebut bahwa Siti Fatimah binti Maimun bin Hibatullah berasal dari negeri Negeri Kedah yang ada di Malaka..

    1.2 Wafat

Fatimah binti Maimun bin Hibatullah wafat pada tahun 1082 M. Batu nisannya ditulis dalam bahasa Arab dengan huruf kaligrafi bergaya Kufi, nisannya merupakan nisan Islam tertua yang ditemukan di Asia Tenggara. Makam Fatimah berlokasi di  Desa  Leran,  Kecamatan  Manyar,  Kota  Gresik,  Jawa  Timur.

2   Sanad Ilmu dan Pendidikan Fatimah binti Maimun

Beliau dididik dan dibesarkan oleh ayahanda yang bernama Maimun bin Hibatullah berasal dari negeri Iran.

    2.1 Guru Fatimah binti Maimun

Maimun bin Hibatullah

3. Perjalanan Dakwah Fatimah binti Maimun

Selain sebagai penyebar  agama,  beliau juga  dikenal  sebagai  saudagar  perdagangan  yang  andal  dan  melalui  kegiatan berdagang itulah ketiganya juga menyebarkan agama Islam. Maka, tak salah rupanya jika wanita ini disebut-sebut wanita paling kaya kala itu.

Ketika menginjak usia remaja, ia telah memiliki kepandaian berdagang mengikuti jejak perjalanan ayah dan ibunya ke tanah Jawa. Mereka bertiga medaratkan perahu mereka di wilayah desa Leran kecamatan Manyar, sekitar 10 kilometer arah barat kota Gresik dengan melewati jalur pantura.

Dikisahkan, ketika itu Fatimah yang memiliki kepandaian sebagai saudagar mulailah melakukan perdagangan barang-barang hingga sampai ke wilayah pusat kerajaan Majapahit yang waktu itu konon di perintah oleh Prabu Brawijaya. Sambil berdagang, beliau juga menyebarkan Agama Islam.Kurang lebih setahun Fatimah berdagang di pusat kerajaan Majapahit dan akhirnya kembali ke Leran.

Namun malang, sekembalinya Siti Fatimah dari berdagang tersebut berbarengan dengan musibah penyakit pagebluk di desa Leran. Banyak yang meninggal akibat pagebluk tersebut, termasuk yang akhirnya menjadi korban meninggal adalah Fatimah beserta dua belas pengikut setianya.

Prabu Brawijaya yang konon mendengar berita tentang kematian saudagar wanita dan pengikutnya itu,  kemudian  membangunkan  bangunan  cungkup  berbentuk  candi.  Meski  telah  mengalami perbaikan dan renovasi, situs berbentuk candi itu tetap terawat baik hingga sekarang. Dalam cungkup yang di dalamnya terdapat makam Fatimah beserta pengikutnya yang berjumlah empat orang yaitu putri Kamboja, Kuching, Keling dan Seruni. Kerabat dan pengikut lainnya yang berjumlah tujuh orang pria, makamnya terdapat di luar cungkup.

Ditemukannya nisan Fatimah di Gresik, pesisir utara tanah Jawa membuktikan bahwa adanya rute perdagangan saudagar Muslim yang melalui Selat Malaka dan Semenanjung Malaya hingga ke Tiongkok yang berdampak adanya kontak langsung dengan pantai utara Jawa. Adanya kontak dan kedatangan  Islam  di  wilayah  pantai  utara  Jawa  dibuktikan  dengan  temuan  batu  nisan  ini. Keseluruhan karakter huruf di batu nisan tersebut adalah huruf kufi dan mencantumkan nama Fatimah binti Maimun bin Abdullah yang meninggal pada 495 H (1102 M) (J. P. Moquette, 1921: 391-399). Ini merupakan sebuah bukti bahwa pada abad ke-11 M telah ada masyarakat Muslim di pantai utara Jawa.

4  Keteladanan Fatimah binti Maimun

Fatimah binti Maimun adalah tokoh yang jarang disebutkan dalam berbagai babad dan cerita rakyat sebagai salah satu pelopor penyebaran Islam di Jawa. Fatimah binti Maimun merupakan salah satu tokoh kunci proses Islamisasi di tanah jawa yang hidup sebelum Walisongo yang mampu menembus dinding kebesaran kerajaan Majapahit. Beliau juga berdakwah bersama ayah dan ibunya ke tanah Jawa untuk menyebarkan agama Islam di Nusantara..

Fatimah binti Maimun memiliki semangat tinggi dalam memperjuangkan agama Islam. Awal dimulai dakwah dengan cara berdagang. Tidak ada kesulitan bagi beliau untuk mencari barang dagangan lantaran di daerah Tandhes banyak dijumpai para pedagang muslim dari mancanegara yang siap membantu mereka. Kegiatan dakwah pun berjalan lancar, selancar usaha dagangnya. Komunitas muslim pun kian tertata meskipun jumlahnya tidak seberapa.

Penampilan yang sejuk tutur bicara yang santun ketika beliau menyampaikan dakwah hingga beliau perlahan tapi pasti, masyarakat kelas bawah mulai tertarik memeluk agama Islam, mengikuti ajaran Fatimah binti Maimun yang dengan bijak dan santun menyampaikan misi dalam dakwahnya.

5  Referensi

  1. Buku Atlas Wali Songo, Agus Sunyoto,
  2. Buku Wali Songo: Rekonstruksi Sejarah yang Disingkirkan, Agus Sunyoto, Jakarta: Transpustaka, 2011
  3. Guillot, C. & Kalus, L. (2008). Inskripsi Islam tertua di Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
  4. Mustopo, M.H. (2001). Kebudayaan Islam di Jawa Timur: kajian beberapa unsur budaya masa peralihan. Surabaya: Jendela.
  5. Tjandrasasmita, U. (2010). Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
  6. Yamin, M. (1962). Tatanegara Majapahit. Jakarta: Yayasan Prapanca.

https://www.laduni.id/post/read/81006/biografi-fatimah-binti-maimun.html