Daftar isi Biografi Ibnu Qudamah Al-Maqdisi
1. Riwayat Hidup
1.1 Lahir
1.2 Wafat
2. Pendidikan
2.1 Masa Menuntut Ilmu
2.2 Guru
5. Karya
6. Chart Silsilah
6.1 Chart Silsilah Sanad
7. Referensi
1. Riwayat Hidup
1.1 Lahir
Ibnu Qudamah Al-Maqdisi lahir pada bulan Sya’ban 541 hijriyah di Desa Jamama’il, salah satu daerah bawahan Nabulsi, dekat Baitil Maqdis.
1.2 Wafat
Ibnu Qudamah Al-Maqdisi wafat pada hari Sabtu, tepat di hari Idul Fithri tahun 629 H. Beliau dimakamkan di kaki gunung Qasiun di Shalihiya, di sebuah lereng di atas Jami’ Al-Hanabilah (masjid besar para pengikut madzab Imam Ahmad Bin Hanbal).
2. Pendidikan
2.1 Masa Menuntut Ilmu
Saat usianya masih kecil, ketika itu tentara salib menguasai Baitil Maqdis dan daerah sekitarnya. Karenanya, ayahnya, Abul Abbas Ahmad Bin Muhammad Ibnu Qudamah, tulang punggung keluarga dari pohon nasab yang baik ini mengajak seluruh keluarganya hijrah bersama ke Damaskus dengan kedua anaknya, Abu Umar dam Muwaffaquddin, juga saudara sepupu mereka, Abdul Ghani al-Maqdisi, sekitar tahun 551 H (Al-Hafidz Dhiya’uddin mempunyai sebuah kitab tentang sebab hijrahnya pendududk Baitul Maqdis ke Damaskus.
Di Damaskus mereka singgah di Masjid Abu Salih, di luar gerbang timur. Setelah dua tahun di sana, mereka pindahke kaki gunung Qaisun di Shalihia, Damaskus. Di masa-masa itu Muwaffaquddin menghafal Al Quran dan menimba ilmu-ilmu dasar kepada ayahnya, Abul’Abbas, seorang ulama yang memiliki kedudukan mulia serta seorang yang zuhud.Kemudian ia berguru kepada para ulama Damskus lainnya. Ia hafal Mukhtasar Al Khiraqi (fiqih madzab Imam Ahmad Bin Hambal) dan kitab-kitab lainnnya.
Ia memiliki kemajuan pesat dalam mengaji ilmu. Menginjak umur 20 tahun, ia pergi ke Bghdad ditemani saudara sepupunya, Abdul Ghani al-Maqdisi (anak saudara laki-laki ibunya) dan keduanya umurnya sama.
Muwaffaquddin semula menetap sebentar di kediaman Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, di Baghdad. Saat itu Syekh berumur 90 tahun. Ia mengaji kepada beliau Mukhtasar Al-Khiraqi dengan penuh ketelitian dan pemahaman yang dalam, karena ia talah hafal kitab itu sejak di Damaskus. Kemudian wafatlah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani rahimahullah.
Selanjutnya ia tidak pisah dengan Syekh Nashih al-Islam Abul Fath Ibn Manni untuk mengaji kepada belia madzab Ahmad dan perbandingan madzab. Ia menetap di Baghdad selama 4 tahun. Di kota itu juga ia mengaji hadis dengan sanadnya secara langsung mendengar dari Imam Hibatullah Ibn Ad-Daqqaq dan lainnya. Setelah itu ia pulang ke Damaskus dan menetap sebentar di keluarganya. Lalu kembali ke Baghdad tahun 576 H.
Di Baghdad dalam kunjungannya yang kedua, ia lanjutkan mengajihadis selama satu tahun, mendengar langsung dengan sanadnya dari Abdul Fath Ibn Al-Manni. Setelah itu ia kembali ke Damaskus.
2.2 Guru
- Abul Abbas Ahmad (Ayah),
- Syekh Abdul Qair Jailani
3. Penerus
3.1 Murid
Banyak para santri yang menimba ilmu hadis kepada beliau, fiqih, dan ilmu-ilmu lainnya. Dan banyak pula yang menjadi ulama fiqih setelah mengaji kepada beliau. Di antaranya, kpeonakannya sendiri, seorang qadhi terkemuka, Syekh Syamsuddin Abdur Rahman Bin Abu Umar dan ulama-ulama lainnya seangkatannya.
4. Mengikuti Perang Salib
Kemasyhuran Imam Ibnu Qudamah tidak terbatas pada masalah keilmuan dan ketaqwaan, akan tetapi beliau juga seorang mujahid yang terjun di medan jihad fisabilillah bersama pahlawan besar Shalahuddin al-Ayyubi yang berhasil menyatukan kekuatan militer umat Islam pada tahun 583 H untuk menumpas tentara salib dan membersihkan tanah suci Quds dari najis mereka. Para penulis biografi Imam Ibnu Qudamah menyebutkan bahwa beliu dan saudara kandungnya, Abu Umar, beserta murid-murid beliau dan beberapa orang keluarganya turut berjihad di bawah panji-panij para mujahidin yang dimenangkan oleh Allah ini. Beliau berdua dan murid-muridnya mempunyai satu kemah yang senantiasa berpindah-pindah kemanapun para mujahidin berpindah dan mengambil posisi.
5. Karya
Pada tahun 574 H ia menunaikan ibadah haji,seusai ia pulang ke Damaskus. Di sana ia mulai menyusun kitabnya Al-Mughni Syarh Mukhtasar Al-Khiraqi (fiqih madzab Imam Ahmad Bin Hambal). Kitab ini tergolong kitab kajian terbesar dalam masalah fiqih secarar umum, dan khususnya di madzab Imam Ahmad Bin Hanbal. Sampai-sampai Imam ‘Izzudin Ibn Abdus Salam As-Syafi’i, yang digelari Sulthanul ulama mengatakan tentang kitab ini: “Saya merasa kurang puas dalam berfatwa sebelum saya menyanding kitab al-Mughni”.
6. Chart Silsilah
6.1 Chart Silsilah Sanad
Ibnu Qudamah Al-Maqdisi meemulai pendidikannya dengan belajar kepada ayahya sendiri kemudian ia belajar kepada Syekh Abdul Qadir Jailani. Berikut silsilah sanad Ibnu Qudamah Al-Maqdisi dapat dilihat DI SINI.
7. Referensi
Disadur dari berbagai sumber
https://www.laduni.id/post/read/80886/biografi-ibnu-qudamah-al-maqdisi.html