Daftar Isi
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
1.2 Wafat
1.3 Riwayat Keluarga
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1 Mengembara Menuntut Ilmu
2.2 Guru-Guru Beliau
2.3 Mendirikan Pondok Pesantren
3. Penerus Beliau
3.1 Anak-anak Beliau
4. Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1 Karier Beliau
5. Referensi
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
KH. Abdul Fattah Jalalain dilahirkan di desa Kapurejo kec. Pagu kabupaten Kediri pada 9 April 1909 putra dari kyai Arif bin Kyai Hasan Alwi dengan nyai Sriatun binti kiai Hasan Muhyi. Leluhur kyai Fatah adalah seorang pejuang pemimpin perang melawan Belanda.
1.2 Wafat
KH. Abdul Fattah Jalalain wafat pada hari Ahad, 1 Juni 1969 kurang lebih pukul 06:30, karena sakit.
1.3 Riwayat Keluarga
KH. Abdul Fattah Jalalain menikah dengan putri Kiai Yasir yang merupakan menantu dari Kiai Hasan Muhyi. Kiai Yasir adalah salah seorang murid Syekh Kholil Bangkalan Madura dan juga teman KH. Hasyim As’ary, Kiai Abdul Karim Lirboyo, Kiai Ma’ruf Kedunglo, dan lain-lainnya. Ini berarti Kiai Abdul Fattah dengan Istrinya Masih ada hubungan tali saudara.
Putri Kiai Yasir bernama Nyai Nuraini. Selama tiga puluh tahun masa berumah tangga bersama Nyai Nuraini, Kiai Abdul Fattah di karunia Allah sembilan anak, tiga putra dan enam putri, mereka adalah :
- Muhsinatun
- Muhtaroran
- Abdul Qodir
- Mardliyah
- Mahmudah
- Mufarrijatun
- Moh. Atho’urrohman
- Moh. Muti’ullah
- Nusrotul Aziz
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan
Usai lulus dari Sekolah Rakyat (SR) Mrican, Kyai Fattah melanjutkan menimba ilmu di pesantren Gedongsari Prambon Nganjuk di pesantren ini Kyai Fattah belajar dengan mengikuti pamannya Kiai Ilyas. Setelah mondok di pesantren Gedongsari Prambon Nganjuk beliau melanjutkan pengembaraan ilmunya di Pondok Pesantren Kapurejo Pagu Kediri Pondok Pesantren Ini didirikan oleh Kiai Hasan Muhyi, Kiai Fattah Nyantri di pesantren ini selama empat tahun, yang pada dasarnya dia berguru kepada calon mertuanya sendiri yaitu Kiai Yasir.
Kyai Fattah memutuskan untuk belajar di Pondok Pesantren Tebu Ireng yang merupakan akhir pengembaraan Kiai Fattah dalam belajar ke pesantren-pesantren. Saat itu Kiai Fattah memulai belajar di pesantren ini berusia
Bisa di katakan, pesantren Tebu Ireng pada masa Kyai Hasyim Asy’ari merupakan pusatnya pesantren di tanah Jawa. Dan Kyai Hasyim Asy’ari merupakan Kyainya Kyai. Terbukti, ketika bulan Ramadhan tiba, para Kyai dari seluruh penjuru tanah Jawa dan Madura datang ke Tebu Ireng untuk berpuasa dan mengaji kitab Shahih Bukhari Muslim.
Di Tebu Ireng Kyai Fattah terkenal santri yang rajin dan cerdas yang pada akhirnya menarik hati Kyai Haysim Asy’ari . Beberapa amanat penting pun di bebankan ke pundaknya. Pada mulanya ia di beri jabatan sebagai bayan pondok, yang bertugas mengurus keuangan dan iuran para santri. Setelah terlihat betapa ia sangat baik dalam menjalankan tugas-tugasnya, maka amanat yang lebih besar pun akhirnya dipercayakan kepadanya.
Yaitu sebagai ketua pondok, sekitar empat tahun Kyai Fattah memangku jabatan ini. Kyai Fattah juga pernah di angkat menjadi kepala madrasah, yang berarti sebagai ketua dan orang nomor satu dalam dewan pengajar madrasah Tebu Ireng.
Kyai Fattah menjabat sebagai kepala madrasah selama empat tahun yakni tahun 1935-1939. Kyai Fattah belajar di Pesantren Tebu Ireng kurang lebih selama tujuh tahun dan memutuskan untuk menyudahi nyantrinya pada tahun 1939, dan kembali ke Kapurejo. selain pesantren-pesantren di atas
sebenarnya Kyai Fattah juga banyak belajar di pesantren lain, seperti pesantren Pandan arum di Kertosono.
2.2 Guru-Guru Beliau
- KH. Arif bin Kiai Hasan Alwi
- KH. Ilyas
- KH. Yasir
- KH. Hasyim Asy’ari
2.3 Mendirikan Pondok Pesantren
Bermodal 6 orang santri yang dibawakan KH. Hasyim Asy’ari dari Tebuireng, pesantren Nglawak berkembang pesat di bawah asuhan Kyai Fattah hingga ratusan bahkan ribuan. Mereka tersebar di wilayah Nganjuk. Karena lokalnya tidak mencukupi, mereka tinggal di rumah penduduk yang punya hubungan baik dengan Kyai Fatah.
Di sela pengajian kitab, Kyai Fatah juga mengenalkan pelajaran bahasa Inggris kepada para santri. Pengajarnya adalah Abdul Matin, seorang anggota pasukan Sekutu dari etnis India (Gurkha) yang desersi setelah mengetahui ternyata yang dihadapi adalah sesama pemeluk Islam. Pengajar asing itu dibayar dengan beberapa kilo beras saja, karena kondisi saat itu tidak memungkinkah secara finansial. Apalagi Kyai Fattah bukan orang yang berkecukupan. Hidupnya sepenuhnya untuk ngrumat umat.
3. Penerus Beliau
3.1 Anak Beliau
Drs. KH. Abd. Qodir, AF
4. Perjalanan Hidup dan Dakwah
Kyai Fattah memang terkenal sebagai Kyai yang ampuh, bahkan berita tersebut di dengar tidak hanya di sekitar Jawa Timur, tetapi sampai ke Jawa Tengah. Orang yang datang tidak melulu dari lingkungan perorangan dan rakyat, tetapi juga dari kesatuan-kesatuan tentara dan laskar. Beliau juga tercatat pada awal Oktober 1945 di undangan oleh KH. Hasyim Asy’ari untuk mewakili daerah Nganjuk dalam sidang pleno di Surabaya, bersama- sama utusan seluruh Jawa dan Madura.
Sidang yang dilaksanakan atas prakarsa KH. Abdul Wahab Chasbullah itu menghasilkan rumusan yang terkenal dengan nama “Resolusi Jihad”.
Kyai Abdul Fattah merupakan sosok Kyai pejuang tiga zaman yakni : penjajahan masa Jepang, Agresi militer Belanda II, dan masa pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia). Dalam berbagai perjuangannya yang tercatat salah satunya adalah pada masa-masa revolusi fisik, ketika Jepang kalah dengan sekutu dalam perang Pasifik.
Indonesia yang kala itu dikuasai Jepang dan akhirnya Jepang mengalami kekalahan, mendorong sekutu yang dipimpin oleh Inggris menyerbu beberapa daerah yang ada di Indonesia seperti: Bandung, Jakarta, dan Surabaya. Namun penyerbuan tersebut gagal lewat perlawanan sengit dari para kaum santri dan Kyai yang kala itu ikut berperang. Salah satu dari Kyai itu adalah Kyai Abdul Fattah Jalalain, kala itu Kyai Abdul Fattah menjadi wakil daerah Nganjuk untuk mengikuti Sidang Pleno yang diundang langsung oleh KH. Hasyim Asy’ari bertempat di Surabaya.
Beliau tercatat pada awal Oktober 1945 di undang oleh KH. Hasyim Asy’ari untuk mewakili daerah Nganjuk dalam sidang pleno di Surabaya, bersama-sama utusan seluruh Jawa dan Madura. Sidang yang dilaksanakan atas prakarsa KH. Abdul Wahab Chasbullah itu menghasilkan rumusan yang terkenal dengan nama “Resolusi Jihad”.
Kyai Fattah juga seorang pembaca yang berpikiran terbuka. Membaca majalah Panjebar Semangat adalah salah satu rutinitas beliau. Terhadap putra putrinya beliau perlakukan sama. Putri-putrinya bahkan bersekolah di SMP di samping mengaji kitab salaf yang diampunya sendiri. Sesuatu yang sangat tidak umum pada masa itu. Tapi Kyai Fattah bersiteguh bahwa pendidikan itu hal yang utama.
4.1 Karier Beliau
Karier Profesional
- Pengasuh Pesantren Miftahul ‘Ula Nglawak, Nganjuk
- Anggota DPRGR kabupaten Nganjuk.
5. Referensi
https://jatim.nu.or.id/tokoh/potret-perjuangan-kh-fattah-djalalain-nglawak-dirikan-mts-negeri-di-pesantren-tXRJd
https://www.tambakberas.com/artikel/khfattah-jalalain-sosok-kiai-pejuang