Biografi KH. Abdul Hadi, Muasis Pesantren Nahdlatul Ulum Jember

Daftar Isi

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Wafat
1.3  Riwayat Keluarga

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1  Mengembara Menuntut Ilmu
2.2  Guru-Guru Beliau
2.3  Mendirikan Pondok Pesantren

3.    Penerus Beliau
3.1  Anak-anak Beliau

4.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1  Karier Beliau

5.    Referensi

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga 

1.1 Lahir
KH. Abdul Hadi, beliau adalah putra pertama dari pasangan Kiai Masdar dan Nyai Siti Kholifah, lahir tahun 1953 di Desa Sukojember, Kecamatan Jelbuk. 

1.2 Wafat
Beliau wafat pada tahun 2002.

1.3 Riwayat Keluarga
KH. Abdul Hadi menikahi seorang putri dari Kiai Misbah, Pengasuh Pondok Pesantren Misbahul Ulum, bernama Nyai Farid Akan tetapi pernikahan dengan Nyai Farid hanya berlangsung 16 bulan tanpa dikaruniai keturunan.

Dan setelah firaq , pada tahun 1977 menikah kembali dengan Nyai Siti Kholifah dan memutuskan tinggal di Kecamatan Mayang, Jember. Dari pasangan ini memiliki dua keturunan, yaitu Muhammad Tsabit dan Siti Zulfa Unziah. 

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

Setelah beberapa lama, berkeinginan melanjutkan pengembaraan ilmu ke Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, namun gagal karena tidak direstui sang guru. Akhirnya terus melanjutkan belajar di pesantren tersebut hingga 9 tahun.

2.2 Guru-Guru Beliau

  1. Kiai Masdar
  2. KH Ahmad Iqrom
  3. KH Ibrohim
  4. Kiai Umar Sumberwringin

2.3 Mendirikan Pondok Pesantren
Setelah beberapa tahun tinggal di Mayang, KH. Abdul Hadi sering ditanyakan paman sekaligus gurunya terkait kapan akan kembali ke Suko, Jember membantu keluarga. Karena waktu itu membutuhkan penerus pesanrtren.

Akhirnya pada 1983, bersama keluarga pulang kembali ke Suko untuk membantu keluarga dalam mengurus pesantren. Bersamaan dengan itu mulai merintis berjuang untuk menghidupkan kembali Nahdlatul Ulama yang sempat vakum.

Selain berjuang di NU, KH. Abdul Hadi juga merintis pesantren baru karena dirasa sudah tidak mampu menampung santri. Dari sangat cintanya kepada jamiyah, nama pesantren rintisannya diberi nama Nahdlatul Ulum, yang mirip dengan NU. Dalam perkembangannya, pesantren ini mengundang banyak santri. Saat itu sebagian santri dikader menjadi pejuang dan mengabdi bersama dalam menghidupkan NU.

Sejumlah santri sering diutus mengikuti kegiatan NU, mengisi pengkaderan dan menghidupkan banom seperti Fatayat NU, Muslimat NU, IPNU-IPPNU serta Pagar Nusa.

Sampai beberapa tahun kemudian, yaitu sekitar tahun 1995-an  NU di Jelbuk mencapai masa keemasan. Terbukti seluruh banom mulai dari IPNU-IPPNU, Fatayat NU, Ansor, Banser, dan Pagar Nusa semu aktif bersinergi dalam menghidupkan jamiyah. Yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan rutin dan acara besar lain.

3. Penerus Beliau

3.1 Anak Beliau
KH. Muhammad Tsabit

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah

Tahun 1983 bertepatan dengan dilaksanakannya Munas NU di Situbondo, KH. Abdul Hadi mulai berjuang di jamiyah di kawasan Kecamatan Jelbuk sekaligus meneruskan Pesantren Suko.

Sebelum itu, di kawasan setempat memang sudah ada kepengurusan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU), namun vakum dan tidak berjalan maksimal. Sehingga KH. Abdul Hadi bersama sejumlah tokoh kembali merintis NU.    

KH. Abdul Hadi diamanahi sebagai Wakil Rais MWCNU Jelbuk, sedangkan rais yakni KH. Khudori. Namun karena faktor usia, KH. Khudori jarang hadir ketika ada rapat dan kegiatan, sehingga KH. Abdul Hadi lah yang selalu menggantikan.

Kala itu NU di Jelbuk masih minim dikenal masyarakat, sehingga KH. Abdul Hadi bersama sebagian pengurus melakukan beragam gerakan untuk memasyarakatkan NU. Salah satu yang dilakukan yakni menggelar anjangsana rutin dan pengkaderan yang dilakukan di beberapa titik, termasuk kawasan pegunungan.

Yang dirasa berat, kala itu banyak aliran atau organisasi di luar NU seperti Partai Serikat Islam Indonesia (PSII) serta warga Partai Komunis Indonesia (PKI). Tentu saja hal ini menjadi tantangan tersendiri. Pada saat yang sama, NU masih minoritas dan masyarakat memandang sebelah mata sekaligus meremehkan. Selain itu masyarakat juga banyak yang trauma dan takut masuk NU karena klaim Orde Baru. Bahwa mereka yang masuk di NU identik dengan urusan politik, serta sering dibawa ke Koramil dan Polsek.

Suasana demikian tidak menyurutkan semangat KH. Abdul Hadi bersama kader NU lain untuk meneruskan perjuangan. Yang dilakukan dengan mengajak dan menjelaskan secara perlahan bahwa NU bukan mengurusi partai politik, namun sosial keagamaan.

Dalam hal pengkaderan, KH. Abdul Hadi bersama NU Jelbuk pernah melaksanakan latihan dasar yang bertujuan mencari kader dalam mengisi kepengurusan MWCNU serta mengaktifkan sejumlah badan otonom yang belum terbentuk.

Dalam perjuangan di NU, KH. Abdul Hadi merupakan salah seorang figur sangat gigih dalam mengabdi. Dikenal sering menanggung biaya saat NU melaksanakan berbagai kegiatan.

Juga sering mengisi kegiatan sampai ke pegunungan. Dijelaskan sejumlah sumber yang dapat dipercaya, KH. Abdul Hadi pernah jatuh dalam perjalanan saat naik sepeda untuk mengisi kegiatan yang berlokasi di atas gunung, tepatnya desa Sumbercandik. Pada awal Februari 1990, KH. Abdul Hadi terpilih menjadi Rais MWCNU Jelbuk menggantikan KH. Khudori dikarenakan periode kepengurusan habis.

4.1 Karier Beliau

Karier Profesional
Pengasuh pesantren Nahdlatul Ulum Jember
Karier Organisasi

  1. Wakil Rais MWCNU Jelbuk
  2. Rais MWCNU Jelbuk

5. Referensi

https://jatim.nu.or.id/tokoh/mengenal-kiai-abdul-hadi-penggerak-nu-di-ujung-utara-jember-5LtVF

 

https://www.laduni.id/post/read/517968/biografi-kh-abdul-hadi-muasis-pesantren-nahdlatul-ulum-jember.html