Biografi KH. Abdurrahman, Muasis Pesantren Futuhiyyah Mranggen

Daftar Isi

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Wafat
1.3  Riwayat Keluarga

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1  Mengembara Menuntut Ilmu
2.2  Guru-Guru Beliau
2.3  Mendirikan Pondok Pesantren

3.    Penerus Beliau
3.1  Anak-anak Beliau

4.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1  Karier Beliau
4.2  Karya-karya Beliau

5.    Referensi

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga 

1.1 Lahir
KH. Abdurrahman lahir di kampung Suburan Mranggen Demak tahun 1872 M. Ayahnya Kiai Kasidin yang dikenal juga dengan KH. Qosidil Haq merupakan seorang guru ngaji. Selain itu setiap harinya Kiai Qosidil Haq juga berkebun dan berdagang, serta menyewakan rumahnya untuk penginapan para pedagang yang datang dari luar kota.

1.2 Wafat
KH. Abdurrohman berpulang ke Rahmatullahi pada tanggal 12 Dzulhijjah 1360 H bertepatan pada tahun 1941 M dalam usia 70 tahun.

1.3 Riwayat Keluarga
KH. Abdurrahman beristri dua, tapi tidak poligami. Istri pertama Ibu Nyai Suripah ipar KH. Ibrohim Brumbung Mranggen dan dikaruniai empat orang putra namun semuanya dipanggil oleh Allah Swt, sewaktu masih kecil yakni setelah ibunya Suripah menghadap kehadirat Allah Swt.

Kemudian beliau berkenan menikah lagi dengan Hj. Shofiyyah (nama kecil Fatimah) binti KH. Abu Mi’roj bin Kiai Syamsudin Penggaron Genuk Semarang dan dikaruniai 11 Putra-putri antara lain:

  1. Hafsoh (lahir di kapal dalam perjalan menuju tanah suci, meninggal di Jakarta dalam perjalanan ke tanah air)
  2. KH Usman (wafat 1967)
  3. Bashiroh (meninggal sewaktu kecil)
  4. KH Muslih (Wafat tahun 1981)
  5. KH Murodi (Wafat tahun 1980)
  6. Rohmah (meninggal sewaktu kecil)
  7. KH Fathan (Wafat tahun 1945)
  8. KH Ahmad Muthohar (meninggal tahun 2005)
  9. Hj Rohmah Muniri (meninggal tahun 1988)
  10. Faqih (meninggal sewaktu kecil)
  11. Tasbihah Mukri (meninggal sewaktu kecil)

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

KH. Abdurrahman juga pernahmondok di sebuah pesantren yang berada di seberang sungai Brantas Kediri Jawa Timur. Setelah pulang dari Jawa Timur, beliau berguru pada KH. Abu Mi’raj di Kampung Sapen, Penggaron, Genuk, Kota Semarang, hingga akhirnya beliau dijodohkan dengan putrinya yaitu Nyai Hajjah Shofiyah Abu Mi’raj.

KH. Abdurrahman sempat berguru pula pada  KH. Sholeh Darat, seorang ulama besar kenamaan dari Semarang. Juga berguru pada KH. Ibrohim Brumbung Mranggen.

2.2 Guru-Guru Beliau saat menuntut ilmu

  1. Kyai Kasidin (Ayah Beliau )
  2. KH. Abu Mi’raj
  3. KH. Sholeh Darat
  4. KH. Ibrohim Brumbung

2.3 Mendirikan Pondok Pesantren
Pondok Pesantren Futuhiyyah, terletak di kampung Suburan Barat, Desa Mranggen, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak Jawa Tengah, 200 meter dari jalan raya Semarang-Purwodadi, KM 13,5 Menempati areal seluas 1.85 Ha. berada ditengah-tengah perkampungan. Pesantren Futuhiyyah didirikan oleh KH. Abdurrahman ibn Qosidi Haq pada tahun 1901.

Belum bisa dipastikan kapan pondok pesantren futuhiyyah berdiri, karena tidak ditemukan data yang konkrit. dahulunya hanya sebuah mushola kecil sebagian digunakan untuk mengaji, tempat ibadah, dan musyawarah, sebagian lagi digunakan tempat tinggal santri. mereka belajar dengan cara sederhana dan tradisional, seperti membaca Al-Qur’an , kitab gundul, berzanji,belajar kitab-kitab Tafsir maupun Fiqh dan Hadist.

Pesantren Futuhiyyah pada awalnya lebih masyhur dengan sebutan Pondok Suburan Mranggen. Nama Futuhiyyah sendiri baru muncul sekitar tahun 1927 atas usul KH. Muslih Abdurrahman saat kakaknya yakni KH. Ustman Abdurrahman mendirikan madrasah atas perintah dan persetujuan dari KH. Abdurrahman selaku ayahnya yang sekaligus sebagai pengasuh utama.

Dalam perkembangannya, berkat keteguhan, kesabaran dan tirakat yang dilakukan oleh para pendiri dan penerus pengasuh, Pesantren Futuhiyyah berkembang pesat dan telah mampu menjadi pesantren besar yang mempunyai nama harum dalam sejarah perjuangan bangsa. Oleh karena itu para penerus yang merupakan anak-anak pendiri berusaha untuk mempertahankan dan memajukan keberadaan Pesantren Futuhiyyah. Sarana dan prasarana yang dimiliki Pesantren Futuhiyyah pada umumnya adalah waqaf yang berwujud tanah yang berasal dari pendiri.

3. Penerus Beliau

3.1 Anak-anak penerus beliau di antaranya:

  1. KH. Muslih Abdurrohman
  2. KH. Murodi
  3. KH. Ahmad Muthohar

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah

KH. Abdurrahman Mranggen merupakan salah satu tokoh penyebar Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN) yang sangat berpengaruh di Jawa Tengah. Berkat kegigihan KH. Abdurrahman dan dzuriyahnya, Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah berhasil membumi di masyarakat, khususnya masyarakat Jawa Tengah.

Sosok KH. Abdurrahman juga dikenal sebagai pribadi yang luwes dalam setiap pergaulan. Bergaul dengan kyai tampak kekiyaiannya, bergaul dengan bangsawan tampak kebangsawanannya, bergaul dengan pedagang kelihatan sifat kesaudagarannya.

Di samping sebagai pedagang, ketokohan Kyai Abdurrohman juga sudah terkenal pada saat itu, dirinya juga sangat perhatian terhadap dunia pendidikan. Terbukti beliau merintis pendirian Pesantren Suburan (kelak berubah nama menjadi Pondok Pesantren Furuhiyyah Mranggen) yang kemudian menjadi pusat pendidikan Islam di Demak dan banyak tokoh-tokoh besar terlahir dari pesantren yang beliau dirikan itu.

Sebagai sorang alim yang berdedikasi tinggi terhadap tugas dan tanggung jawabnya, Kyai Abdurrohman senantiasa mengamalkan ilmu-ilmu yang dikuasai demi pengabdian kepada Allah dan Rasul-Nya, Agama juga kepada Nusa dan Bangsa.

4.1 Karier Beliau

  1. Pengasuh pesantren Futuhiyyah
  2. Mursid penyebar Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN)

5. Referensi

https://jateng.nu.or.id

https://www.laduni.id/post/read/518028/biografi-kh-abdurrahman-muasis-pesantren-futuhiyyah-mranggen.html