Biografi KH. Ahamad Haris Shodaqoh, Pengasuh Pesantren Al-Itqon Semarang

Daftar Isi

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1  Mengembara Menuntut Ilmu
2.2  Guru-Guru Beliau
2.3  Mengasuh Pondok Pesantren

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Karier Beliau
3.2  Karya-karya Beliau

4.    Referensi

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga 

1.1 Lahir
KH. Ahmad Haris Shodaqoh, lahir  pada tanggal 01 Januari 1953, di tepatnya di desa Bugen Kelurahan Telogosari Wetan, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang. Beliau merupakan putra keempat dari pasangan KH. Shodaqoh Hasan dan Hikmah.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

Lebih lanjut, terkait nama Al-Itqon, KH. Ahmad Haris Shodaqoh menerangkan bahwa “sebelumnya namanaya Al-Irsyad”. Dirinya menjelaskan bahwa Al-Irsyad ialah nama pesantern Al-Itqon pada mulanya. Nama Al-Irsyad ialah pada masa ayah, yaitu Kiai Shodaqoh Hasan, sedangkan pada masa sebelumnya, yaitu kakeknya, Kiai Abdurrosyid, bahkan nama Al-Irsyad pun belum ada. Pada masa kepemimpinan KH. Ahmad Haris Shodaqoh, barulah pondok pesantren yang mulanya bernama Al-Irsyad, berganti nama menjadi Al-Itqon.

Latar belakang penggantian nama tersebut, sebab kala itu, nama Al-Irsyad telah banyak di temukan dan cenderung pada pemahaman garis keras yang tidak sesuai dengan paham-paham yang dianut pesantren. Maka KH. Ahmad Haris Shodaqoh tidak ingin nama pesantren manjadi membingungkan pada kalangan luas terkait nama Al-Irsyad dengan karakter yang seperti apa Al-Irsyad yang di maksud.

Oleh sebab itu, bergantilah nama menjadi Al-Itqon, diambil dari nama sebuah kitab karya imam Jalāluddīn al-Suyūṭī yang begitu di kagumi olehnya, serta menurutnya pula, bahwa segala hal bersumber inti pada Al-Qur’an. Adapun masa belajar KH. Ahmad Haris Shodaqoh belajar di daerah Bringin, Poncol, Salatiga, di mana dirinya sekaligus di bina dan diasuh oleh kakak dari ayahnya yaitu Kiai Ahmad Asy’ari. Seusai hal tersebut, KH. Ahmad Haris Shodaqoh melanjutkan belajarnya ke Pesantren Lirboyo Kediri asuhan Kiai Mahrus Ali dan Kiai Marzuqi. Seusai dari Lirboyo, dirinya kembali ke Salatiga Semarang dan melanjutkan ke perguruan tinggi IAIN Salatiga.

Proses pendidikan formalnya tidak ia selesaikan karena ia memilih fokus menjadi santri kalong dari para Kiai kharismatik seperti Kiai Maemoen Zubair, Kiai Ahmad Hasan Asy’ari dan para kiai-Kiai karismatik lainnya dan bahkan mengabdikan diri sebagai buruh hingga di pondok pesantren Banten.

2.2 Guru-Guru Beliau

  1. KH. Ahmad Asy’ari
  2. KH. Mahrus Ali
  3. KH. Marzuqi

2.3 Mengasuh Pondok Pesantren
Beliau kembali ke Desa kelahiran dan di bina langsung oleh ayahnya, Kyai Shodaqoh Hasan sebagai pengasuh Pondok Pesantren Al-Itqon atau masih bernama pondok pesantren Al-Irsyad. Sepeninggal Kyai Shodaqoh Hasan, beliau meneruskan meneruskan tongkat estafet perjuangan pondok pesantren yang kala itu dalam masa pengembangan pesantren dengan bentuk madrasah yang belum banyak di jumpai.

KH. Ahmad Haris Shodaqoh, dalam kiprahnya selain keseharian waktunya dihabiskan untuk mengasuh santri, masyarakat sekitar ]Pengajian Ahad Pagi kepada masyarakat luas, beliau juga menulis beberapa karya seperti terjemah Tafsir Al-Fatihah, Tausiyatul Asyfiya’, Islahun Nufuus, Miftaahul Irfan, Tafkiirul Itqon

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah

Kedekatan KH. Ahmad Haris Shodaqoh tidak saja terjadi di internal keluarganya namun juga dekat dengan para santri dan masyarakat luas. Sebagaimana diketahui bahwa keseharian Kiai di habiskan di lingkungan pondok. Rumah kediaman beliau kurang lebih 50 meter dari lingkungan pondok, namun kegiatan KH. Ahmad Haris Shodaqoh banyak di fokuskan hadir bersama di antara santri.

Di tengah-tengah lingkungan pondok terdapat ruang sekertariat yang juga menjadi tempat mengajar para santri sekaligus tempat beberapa tamu atau masyarakat luar ingin sowan atau bertamu di luar jam mengajar sang kiai. Di ruangan tersebut, KH. Ahmad Haris Shodaqoh selalu hadir. Dengan kedekatan sosok seorang guru kepada para muridnya seperti halnya tersebut maka sang Kiai benar-benar mengetahui aktifitas santrinya, dekat dengan santrinya dan menjadi role model langsung untuk para santrinya.

Sementara kedekatannya dengan masyarakat luas dibuktikan dengan keistikamahannya mengasuh majelis Pengajian Ahad Pagi yang telah berjalan kurang lebih 15 tahun. Melalui pembacaan kitab tafsir Al-Ibrīz karya KH. Bisri Mustofa diikuti pembacaan kitab Al-Ḥikam karya Ibn ‘Aṭāillāh al-Sakandarī, Pengajian Ahad Pagi ini di hadiri ribuan masyarakat dari beragam kalangan dan dari daerah di luar Semarang seperti Demak dan Purwodadi.

Selanjutnya, dalam menjalankan dan mengorganisir sistem pendidikan di pondok pesantren, KH. Ahmad Haris Shodaqoh memandang perlunya kaderisasi dari orang tua dan pemikiran dari para guru atau ulama sebelumnya. KH. Ahmad Haris Shodaqoh mencohtohkan bahwa inspirasi dalam membangun sistem jenjang pendidikan di pondok pesantren yang beliau asuh diperoleh dari sang ayah, Kiai Shodaqoh Hasan.

Salah satu inspirasinya adalah pentingnya hirarki pendidikan bahwa urutan pendidikan dari TK sampai kepada Ma’had Aly atau jenjang menengah atas yang didasarkan pada kapasitas perkembangan intelektual santri. Dan tradisi demikian memiliki pertalian dengan tradisi para ulama sebelumnya di samping menjadi sistem yang masih relevan untuk saat ini.

3.1 Karier Beliau

Karier Profesional

  1. Pemimpin Jama’ah Majlis Taklim Pengajian Ahad Pagi
  2. Penasehat Yayasan Al- Wathoniyyah
  3. Anggota DPRD fraksi PPP Kota Semarang tahun 1992-2000-
  4. Pembimbing KBIH NU Kota Semarang (sekarang)

Karier Organisasi

  1. Ketua Majelis Pertimbangan Wilayah PPP tahun 2010
  2. Pengurus Mutasyar NU Jawa Tengah
  3. Ketua I (membidangi Fatwa) di MUI Jawa Tengah tahun 2012
  4. Wakil ketua Majelis Pakar Wilayah PPP tahun 2011
  5. Ketua Majelis Syari’ah Wilayah PPP Jawa tengah
  6. Anggota Majelis Syariah Pusat DPP
  7. Wakil Ketua Majelis Syariah Pusat DPP (sekarang)
  8. Pengurus Mutasyar NU Jawa Tengah
  9. Ketua I (membidangi Fatwa) di MUI Jawa Tengah tahun 2012

3.2 Karya-karya Beliau

  1. Tasfiyah Al-Itqan
  2. Al-Hadis Al-Syarifah
  3. Tafsir Surah Al-Fatihah Al-Itqon
  4. Tadkirah Al-Itqan
  5. Islah Al-Nufus
  6. Matan Al-Hikam

4. Referensi

https://jateng.nu.or.id

https://www.laduni.id/post/read/517824/biografi-kh-ahamad-haris-shodaqoh-pengasuh-pesantren-al-itqon-semarang.html