Biografi KH. Amirullah Ilyas Jakarta

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Nasab
1.3  Wafat

2.    Kiprah di Nahdlatul Ulama
3.    Teladan
4.    Referensi

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
KH. Amirullah Ilyas dilahirkan di DKI Jakarta.

1.2 Nasab

  1. Nabi Muhammad SAW,
  2. Sayyidah Fatimah Azzahra ,
  3. Sayyidina Husein,
  4. Sayyidina Ali Zaenal Abidin,
  5. ayyidina Muhammad Bagir,
  6. Sayyidina Ja’far Shodiq,
  7. Sayyid Uraidi,
  8. Sayyid Muhammad Naqib,
  9. Sayyid Isa Annaqib,
  10. Sayyid Ahmad Mujahir,
  11. Sayyid Ubaidillah,
  12. Sayyid Alawi Awwal,
  13. Sayyid Muhammad Sohibus Saumi’ah,
  14. Sayyid Alawi Ats-Tsani,
  15. Sayyid Ali Kholi’ Qosim,
  16. Muhammad Sohib Mirbath (Hadhramaut),
  17. Sayyid Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut),
  18. Sayyid Amir ‘Abdul Malik Al-Muhajir (Nasrabad, India),
  19. Sayyid Abdullah Al-’Azhomatul Khan,
  20. Sayyid Ahmad Shah Jalal (Ahmad Jalaludin Al-Khan),
  21. Sayyid Syekh Jumadil Qubro (Jamaluddin Akbar Al-Khan Al Husein),
  22. Sayyid ‘Ali Nuruddin Al-Khan (‘Ali Nurul ‘Alam),
  23. Sayyid ‘Umdatuddin Abdullah Al-Khan,
  24. Syarif Hidayahtullah (Sunan Gunung Jati),
  25. Sultan Hasanuddin Banten,
  26. Sultan Maulana Yusuf,
  27. Sultan Maulana Muhammad Nasruddin (Syekh Mansyur Cikaduan,
  28. Sultan Abul Mafachir Machmud (Pangeran Abdul Qodir),
  29. Sultan Ma’ali Achmad (Putra Mahkota),
  30. Sultan Ageng Tirtayasa,
  31. Sultan Haji Abdul Fattah Zainal Arifin,
  32. Raden Raksa Jiwa (Syalipa),
  33. Raden Muhammad Imron,
  34. Raden Abdul Adzim,
  35. Raden Haji Shaleh,
  36. Raden Haji Ilyas,
  37. Raden KH. Amirullah Ilyas,

1.2 Wafat
KH. Amirullah Ilyas wafat pada Senin, 20 Januari 2014, pukul 16.25 WIB. Di akhir hidupnya, KH. Amirullah memanggil istri dan semua putra-putrinya. beliau lalu meminta maaf kepada semuanya atas segala kekhilafan yang pernah beliau lakukan. KH. Amirullah lalu meminta dihadapkan ke arah kiblat. Terdengar lirih lisannya mengucapkan kalimah syahadat. Dan seutas senyum tersungging di bibirnya saat wafatnya

2. Kiprah di Nahdlatul Ulama
Dalam perjalanan hidupnya, KH. Amirullah Ilyas sangat gigih dan penuh semangat dalam memperjuangkan nilai-nilai Aswaja NU di tengah masyarakat. Bersama KH. Zaini Sulaiman, KH. Amirullah mendirikan Yayasan Pendidikan Islam Az Zainiyah dan Masjid Al-Husniyah.

Selain sosok yang gigih dan ulet dalam memperjuangkan Islam Aswaja, KH. Amirullah Ilyas juga seorang aktivis organisasi yang ulet. Berbagai organisasi sosial kemasyarakatan di bawah naungan NU pernah beliau ikuti. Bahkan seringkali beliau menjadi penentu dari putaran roda organisasi tersebut.

Kiprah KH. Amurillah di Nahdlatul Ulama diantaranya:

  1. Ketua IPNU Cabang Pulo Gadung (1962-1965),
  2. Ketua Ranting merangkap Ketua Bidang Pendidikan GP. Ansor Cab. Pulo Gadung (1965-1969),
  3. Ketua GP. Ansor Cab. Pulo Gadung sekaligus Sekretaris Partai NU Cab. Pulo Gadung (1975-1984),
  4. Ketua GP. Ansor Cab. Cakung (1977-1979),
  5. Sekretaris PCNU Cakung (1979-1984),
  6. Ketua PCNU Jakarta Timur sekaligus dilantik di Graha Purna Yudha dalam jajaran Ketua Tanfidziyah PWNU DKI Jakarta.

Hingga saat ini, semua SK Organisasi di bawah bendera NU yang pernah beliau masuki sejak tahun 1959 M masih tersimpan dengan rapi. Hal itu menjadi salah satu bukti betapa cintanya KH. Amirullah pada NU. Saking cintanya pada NU dan organisasi yang dia pimpin, KH. Amirullah Ilyas pernah mengundurkan diri dari jabatan PNS di lingkungan Pengadilan Agama Istimewa Jakarta Raya.

Hal itu beliau lakukan agar beliau bisa lebih konsentrasi mengurusi Organisasi dan NU. Nyata sekali bahwa KH. Amirullah lebih memprioritaskan perjuangan yang tidak jarang menuntut pengorbanan dibanding kenyamanan finansial yang seringkali melenakan.

3. Teladan
Di mata keluarga, KH. Amirullah Ilyas adalah sosok yang sangat penyayang namun tetap tegas dan disiplin. Terlebih dalam mendidik serta menanamkan nilai-nilai agama Islam kepada putra-putrinya. Mungkin ini adalah buah dari kedekatan beliau dengan para ulama dan Habaib. Putra-putrinya dimasukkan sekolah umum, namun wajib masuk Madrasah Diniyah.

“Sejak pertama kali ada televisi, kami diperbolehkan menonton. Tapi jika sudah mau masuk waktu maghrib, TV wajib dimatikan. Kami juga diharuskan shalat berjamaah. Setelah shalat kami harus mengaji Al-Qur’an. Baru setelah itu mempelajari pelajaran di sekolah atau madrasah. Aturan ini berlaku hingga akhir hayat beliau,” Kata salah satu putra KH. Amirullah Ilyas.

Amirul mukminin Umar ibn Al-Khattab pernah berkata,” bahwa seorang lelaki yang berani meremehkan shalatnya maka dalam urusan lainnya ia akan lebih berani meremehkannya. Mafhum mukhalafah atau pemahaman terbaliknya, seorang lelaki yang bisa menjaga shalatnya dengan baik maka dalam urusan lain ia akan lebih bisa menjaga dengan baik”. Dalam masalah ini kita bisa meneladani sikap KH. Amirullah.

Seperti dikatakan istrinya, KH. Amirullah Ilyas sangat menjaga urusan shalat, baik saat berada di rumah maupun saat berada di dalam perjalanan. Beliau juga secara istiqomah menjalankan sunnah Nabi SAW, bangun malam sebelum fajar untuk menjalankan shalat malam. Juga berdzikir serta meminta ampunan pada Allah. Salah satu amalan sunnah yang pelakunya akan dikaruniai Allah Swt. derajat mulia dan posisi terpuji.

4. Referensi
NU Online

Sebelumnya artikel ini telah dibuat pada tanggal 17 Februari 2021, dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa pada tanggal 20 Januari 2024 

https://www.laduni.id/post/read/71019/biografi-kh-amirullah-ilyas-jakarta.html