Daftar Isi:
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
1.2 Wafat
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1 Pendidikan
2.2 Guru-Guru
3. Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1 Penemu Metode Qira’ati
4. Karomah
4.1 Mendapatkan Ilham
4.2 Dawuh KH. Sholeh Darat
5. Karya-Karya
6. Pesan-Pesan
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
KH. Dahlan Salim Zarkasyi lahir pada tanggal 28 Agustus 1928 M di Semarang. Beliau merupakan putra dari pasangan Bapak Salim Zarkasyi dan Ibu Siti Rehana. Terlahir dari keluarga yang sederhana dari keluarga yang kesehariannya sebagai tukang cukur dan sebagai jasa cuci pakaian membentuk karakter Kyai Dahlan sebagai pekerja keras, sabar dan ulet.
1.2 Wafat
KH. Dahlan Salim Zarkasyi wafat pada tanggal 20 Januari 2001 dan dimakamkan di Semarang.
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1 Pendidikan
Ketika berumur tujuh tahun Kyai Dahlan dan keluargnya pindah ke Yogyakarta untuk mengadu nasib. Di sinilah perjalanan Kyai Dahlan di mulai. beliau memulai sekolah di SR (Sekolah Rakyat) di Suryodinatan. Masa remaja Kyai Dahlan diisi dengan berkerja bersama saudaranya. Berbagai macam pekerjaan beliau lakukan mulai dari pedangan asongan sampai membuat kembang dari kertas di Surabaya.
Seiring berjalannya waktu Kyai Dahlan mulai merasa jenuh dengan kehidupan yang selama ini dijalani dari kecil hingga dewasa digunakan untuk mencari uang. Kyai Dachlan memulai memikirkan tentang kehidupan yang lebih berarti.
Akhirnya Kyai Dachlan memutuskan untuk mondok. Kaliwungu kota kecil, kota yang penuh dengan kedamaian, kota santri. Mulailah dengan mondok di pondok Pesantren Kauman di bawah asuhan KH. Ruhyat dan KH. Khumaid. Di pondok Kyai Dachlan belajar kitab tafsir Jalalain, Al-Irsyad Al-Ibaad, Fathul Mu’in dan lainnya. Kadang juga belajar tasawuf dengan KH. Khumaid.
Ba’da shalat subuh Kyai Dachlan mencoba belajar ngaji dengan KH. Asrar. Perkenalan dengan Kyai Asrar membuat Kyai Dachlan berpaling dari niat semula yang ingin belajar kitab, Kyai Dachlan pindah pondok ke Majelis Taklim Kauman, atau sering disebut ngaji di lor masjid. Tidur hanya beralaskan tikar, kalau belajar duduk di atas ubin, dan menulis di atas bangku. Waktu siang digunakan untuk istirahat. Di pondok KH. Asrar. Dachlan tidur di kamar No 9, yaitu kamar kecil untuk 2 orang Kyai Dachlan dan Pak Ihsan.
Bila disuruh menghafal, ternyata Kyai Dachlan tidak mampu. maka dapat hukuman mengisi kolah sebanyak 50 ember. Bila santri dibangunkan untuk menunaikan shalat subuh agak sulit, maka algojo pondok akan turun tangan. Samlawi dari Tegal tidak segan-segan untuk menyiramkan air ke atas tubuh santri. Kyai Dachlan belajar membaca Al-Fatihah bin nadhor selama tiga bulan, baru dinyatakan lulus oleh KH. Asrar bin KH. Ridwan.
KH. Asrar mengajar santrinya satu-persatu. Didengar dengan sungguh-sungguh bacaan santri. Suatu hari Kyai Asrar mengajar dengan membawa lampu teplok (lampu santri/lampu tempel) semua santrinya yang hanya 9 orang duduk berjajar dengan bersila.
KH. Asrar mendekatkan lampu teplok yang sedang menyala tanpa semprong (tutup lampu) ke depan wajah tiap santrinya (kira-kira satu jengkal), kemudian dengan sabar KH. Asrar menyuruh satu persatu santrinya untuk melafadzkan makhraj Al-huruf Dhod bila apinya goyang, maka santri tersebut belum lulus karena makhroj dhod tidak boleh ada udara keluar dari mulut.
Begitu hati-hatinya KH. Asrar mengajarkan Al-Qur’an salah satu kehati-hatiannya tanpak bahwa KH. Asrar tidak ingin mempunyai banyak santri. Karena KH. Asrar punya falsafah yang selalu di pegang dan praktikkan, yaitu “sitik‟ tapi mentes.
2.2 Guru-Guru
- KH. Ahmad Ruhyat,
- KH. Khumaidullah,
- KH. Asrar.
3. Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1 Penemu Metode Qira’ati
Kyai Dahlan Salim Zarkasyi mulai menyusun metode Qira’ati pada tahun 1963 M. Latar belakang penyusunan metode ini dikarenakan saat beliau mengajar ngaji masih banyak anak-anak yang kesulitan dalam mencapai hasil yang baik.
Sebelum menyusun metode Qira’ati sebagaimana umumnya guru ngaji di Indonesia. Kyai Dahlan menggunakan metode Baghdadiyah dalam mengajar namun Kyai Dahlan merasa metode Baghdadiyah belum maksimal jika dipraktikkan kepada anak-anak.
Oleh sebab itu Kyai Dahlan melakukan penelitian dan pengamatan di musholla, dan majlis tadarus Al-Qur’an. Selain melakukan pengamatan, aktivitas Kyai Dahlan adalah berjualan di pasar.
Aktivitas mengajar bacaan Al-Qur’an kepada anak-anak dilakukan Kyai Dahlan sepulang dari berjualan di pasar. Dari pengalaman mengajar Kyai Dahlan melihat ternyata para santrinya hafal huruf hijaiyyah namun tidak mengenal huruf hijaiyah. Bahkan dalam waktu 2-3 hari anak belum hafal alif sampai ya’.
Berangkat dari kegelisahan yang dialami Kyai Dahlan ketika melihat anak-anak kesulitan dalam belajar mengaji maka saat itu Kyai Dahlan mencoba memulai menyusun metode Qira’ati. Diawali dengan huruf alif dan ba yang langsung diberi harokat fathah tanpa mengeja alif fathah a, dan seterusnya. Setelah mahir pada harokat fathah dilanjutkan dengan harokat kasroh dan dhommah dan anak tidak diperbolehkan untuk mengeja.
Buku metode Qira’ati karya KH. Dahlan Salim Zarkasyi disusun sebanyak sepuluh jilid dan selesai pada tahun 1968 M, telah dicetak dengan sistem sablon dan dipergunakan dalam pengajaran membaca Al-Qur’an. Namun, buku tersebut belum mempunyai nama permanen.
Pemberian nama “Qiraati” merupakan saran dari Kyai Achmad Djunaidi dan Kyai Syukri Taufiq. Dalam buku “Materi Penunjang Qira’ati” disebutkan bahwa Qira’ati berarti “bacaanku” yang bermakna “inilah bacaanku” maksudnya adalah bacaan Al-Qur’an yang sesuai dengan ilmu Tajwid.
Dalam buku ini juga terdapat kisah ketika metode Qira’ati ini di tashih sekaligus mendapat restu dari KH. Arwani Al Hafidz dengan disaksikan oleh H. Dja’far dan KH. Sya’roni beserta dua putra KH. Arwani Al Hafidz agar dapat digunakan oleh para guru ngaji dalam mengajarkan membaca Al-Qur’an.
“Buku sampean niki sae sanget, kondo karo guru-guru ngaji, nek arep ngajar ngaji nganggo bukumu (Qira’ati), iki perintahe mbah Arwani”. (buku kamu ini sangat baik, sampaikan kepada guru-guru Al-Qur’an jika mengajar pakailah bukumu, ini perintah mbah Arwani).
Dengan adanya restu yang disampaikan oleh Mbah Arwani kepada KH. Dahlan Salim Zarkasyi membuatnya merasa lega dan bersyukur. Restu dari Mbah Arwani ini beliau sampaikan juga kepada gurunya yaitu KH. Turmudzi Taslim.
Pada tahap awalnya Qira’ati dicetak dalam 10 jilid, selanjutnya demi kebutuhan maka sekarang tersedia dalam beberapa paket antara lain:
- Paket PRA TK : 1 jilid dan mainan huruf (usia 3 s/d 4 th),
- Paket TKQ : 6 jilid, buku Ghorib dan Tajwid (4 s/d 6 th),
- Paket TPQ : 6 jilid, buku Ghorib dan Tajwid (5 s/d 12 th),
- Paket SD : 4 jilid, buku Ghorib dan Tajwid (7 s/d 12 th),
- Paket SMP/A : 3 jilid, buku Ghorib dan Tajwid (Remaja),
- Mahasiswa : 2 jilid, buku Ghorib dan Tajwid (Remaja).
4. Karomah
4.1 Mendapatkan Ilham
KH. Dahlan Salim Zarkasyi pada awal mendirikan pengajian anak-anak di Kebonarum tahun 1963 M, beliau mengajar ngaji Al-Qur’an dengan menggunakan metode Baghdadiyah.
Tanpa sedikitpun beliau menganggap bahwa metode Baghdadiyah itu tidak berhasil, namun ketika dalam sekejab saja anak-anak sudah banyak yang hafal abjadnya, maka dengan perasaan “syok” beliau mencoba bertanya kepada beberapa murid, eh! hasilnya ternyata mereka tidak bisa membacanya kecuali harus diurut dahulu dari muka. Maka kesimpulan beliau bahwa metode Baghdadiyah ini terlalu gampang dihafal.
Mulai saat itu beliau mencoba beralih, beberapa buku penuntun membaca Al-Qur’an di toko dibelinya lalu disimak satu demi satu, malu-mula yang ada gambarnya disisihkan kemudian sisanya juga diteliti, karena kebanyakan buku yang ada mengarah ke belajar bahasa Indonesia dengan tulisan Arab, contoh (بِ سْ كُ دُ سْ) semua buku ditinggal.
Akhirnya, tiada jalan lain kecuali beliau harus menulis sendiri, maka dimulailah pada tahun 1963 itu. Apabila tulisan mudah diterima murid, tulisan disimpan, dan apabila sulit langsung disobek, begitu seterusnya simpan-sobek, simpan-sobek sampai terkumpul jadi buku.
Beliau ingin sekali agar bukunya nanti bisa bermanfaat dan beliau juga mengajak para guru Al-Qur’an agar tidak ikut mewariskan kepada para santrinya. Segala upaya dilaksanakan, dengan mujahadah lahir-batin dan hasilnya alhamdulillah, Allah SWT. Berkenan memberikan inayahnya, suatu keistimewaan telah terjadi dalam sejarah penulisan Qiro’ati ini.
Pada suatu malam (tidak dalam tidur) beliau mendapatkan Ilham, melihat tuntunan mengajar Al-Qur’an yang langsung tartil, isinya bisa dilihat pada jilid 4,5,6 (TK). Itulah sebabnya beliau sering berkata: “hebatnya Qiro’ati adalah bukan hasil karangan manusia tetapi hidayah langsung dari Allah”. Saya tidak ikut mengarangnya, jadi tidak bisa menjawab jika ditanya tentang susunan didalamnya, mengapa terkesan tidak lazim. Namun nyatanya dengan buku Qiro’ati ini:
- Anak-anak merasa mudah belajar Al-Qur’an,
- Bisa membaca Al-Qur’an dengan tartil walau belum diajar ilmu tajwid,
- Guru dan Santri nampak bersemangat,
- TK Al-Qur’an cepat tersebar kemana-mana dalam tempo amat singkat,
- Buku-buku yang jiplak Qiro’ati pun merasakan yang sama meski tak sempurna.
4.2 Dawuh Mbah Sholeh Darat
Mbah Sholeh Darat, seorang guru dari para ulama Nusantara yang berasal dari Semarang suatu ketika berkata: “Nanti di Semarang akan ada orang yang bukan ahli Qur’an tapi bisa menyelamatkan pendidikan Al-Qur’an“.
Dawuh beliau ini secara mutawatir disampaikan hingga cicit keturunan Mbah Sholeh Darat ke lima yang bernama Mbah Abdurrohman. Salah satu santri yang mendengar hal tersebut bermaksud ingin membuktikan siapa yang dimaksud orang yang bisa menyelamatkan pendidikan Al-Qur’an yang bukan dari kalangan ahli Al-Qur’an.
Orang tersebut mengarah kepada KH. Dachlan Salim Zarkasyi. Pada tahun 80-an beliau terkenal sebagai guru ngaji di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ), dengan menggunakan metode belajar membaca Al-Qur’an yakni Qira’ati.
5. Karya-Karya
Karya-karya KH. Dahlan Salim Zarkasyi sebagai berikut:
- Buku Qiro’ati: buku penuntun membaca Al-Qur’an. Istimewanya buku ini mengajarkan Al-Qur’an langsung dengan petunjuk tartilnya, sehingga setelah anak tamat buku Qiro’ati akan otomatis bisa membaca Al-Qur’an tartil, meski belum diajari membaca Al-Qur’an sama sekali,
- Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an: suatu lembaga pendidikan model baru tentang pengajaran Al-Qur’an untuk usia kanak-kanak (4/5 th). Lembaga ini awalnya dirintis oleh beliau pada tahun 1986 M, dan sekarang telah menjamur sampai ke manca negara, sehingga lembaga ini merupakan yang pertama di dunia, sebab belum pernah terdengar sebelum tahun 1986 M. Dan hasilnya “luar biasa” kini banyak anak usia 6/7 telah khatam Al-Qur’an,
- Ahli baca Al-Qur’an huruf BRAILE: hanya dengan mempelajari abjadnya, beliau dapat mengoreksi Al-Qur’an BRAILE yang sudah beredar di SLB. Sehingga pembuatnya terpaksa membakar Al-Qur’an braile yang ada, dan membuatkan yang baru sebagai gantinya,
- Mengajar Al-Qur’an bagi TUNA RUNGU: beliau pernah membuat percobaan dalam bentuk privat dan berhasil sampai pada jilid 3 buku Qiro’ati, artinya si tuli telah bisa membaca huruf arab gandeng, bacaan yang panjang dan pendek. Sayang percobaan ini belum sempat tuntas murid yang bersangkutan pindah ke kota. Dari sini lalu beliau bercita-cita ingin mendirikan pesantren Al-Qur’an khusus bagi tuna rungu,
6. Pesan-Pesan
Terdapat tiga pesan KH. Dahlan Salim kepada para guru ngaji.
Pertama, Guru ngaji harus sering tahajud.
Kedua, Guru ngaji harus sering tadarus Al-Qur’an.
Ketiga, Guru ngaji harus ikhlas.
Dengan adanya metode Qira’ati cukup banyak membantu anak-anak dalam belajar membaca Al-Qur’an serta metode ini juga turut meramaikan khazanah pembelajaran Al-Qur’an di Indonesia.
Sebelumnya artikel ini dibuat pada tanggal 20 Januari 2023, dan diedit dengan penyelarasan bahasa pada tanggal 20 Januari 2024