Daftar Isi
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
1.2 Wafat
1.3 Riwayat Keluarga
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1 Mengembara Menuntut Ilmu
2.2 Guru-Guru Beliau
2.3 Mengasuh Pondok Pesantren
3. Penerus Beliau
3.1 Anak-anak Beliau
4. Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1 Karier Beliau
5. Referensi
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
KH. Hisyam Ismail lahir pada tahun 1908 M. di Kampung Kauman (kampung sekitar makam Sunan Bonang) kelurahan Kutorejo Tuban. Beliau adalah putra ke-10 dari 12 bersaudara pasangan dari H. Ismail dan Masyfi’ah.
1.2 Wafat
Beliau wafat pada 1992 karena sakit.
1.3 Riwayat Keluarga
Beliau diambil menantu oleh KH. Fathurrahman Abu Said dan dinikahkan dengan putrinya yang bernama Hamnah. Sejak saat itu beliau membantu mertua untuk mengajar di pondok dan madrasah. Bahkan tidak lama kemudian diberi amanat untuk memimpin madrasah.
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan
Namun sekolahnya harus berhenti di kelas lima, karena Ayahnya meninggal dunia. Saudara-saudaranya tidak mampu untuk membiayai sekolahnya di HIS tersebut. Akhirnya, beliau hanya mengikuti sekolah diniyah di Madrasah Ulum yang berada di sebelah utara Masjid Agung Tuban dan dekat dengan rumahnya.
Baru satu tahun di Madrasah Ulum, beliau tidak kerasan, karena paling tua sendiri. Kemudian beliau diajak tinggal bersama kakak sulungnya, H. Syamsul Hadi di Babat Lamongan. Di Babat ini, beliau mengaji pada Kiai Hamid dan Kiai Syu’aib.
Tiga tahun di Babat beliau pindah ke Jenu Tuban ikut kakaknya, H. Masyhudi, yang menjadi naib di Jenu. Di sini beliau mengaji pada KH. Fathurrahman Abu Said di “Pondok Beji Lor” (sekarang Pon. Pes. Manbail Futuh).
Setelah tiga tahun mengaji di “Pondok Beji Lor”, oleh KH. Fathurrahman beliau disarankan menimba ilmu di Sarang Rembang pada Kiai Syu’aib dan Kyai Dahlan (kakek KH. Maimoen Zubair). Baru satu tahun di Sarang, beliau diajak oleh Kyai Zubair Dahlan untuk mendirikan madrasah sekaligus membantu mengajar di madrasah yang sekarang bernama Madrasah Ghazaliyah Syafiiyyah (MGS).
Karena masih merasa kurang ilmunya, beliau pamit untuk melanjutkan pengembaraannya ke Pesantren Tebuireng Jombang di bawah asuhan Hadlaratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari.
2.2 Guru-Guru Beliau
- KH. Murtadlo
- Kyai Hamid
- Kyai Syu’aib
- KH. Fathurrahman Abu Said
- Kyai Dahlan
- Kyai Zubair Dahlan
- Hadlaratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari
2.3 Mendirikan Pondok Pesantren
Setelah KH. Fathurrahman Abu Said wafat pada tahun 1944, kepengasuhan Pondok dipegang oleh beliau. Selang beberapa tahun kemudian, beliau mengembangkan madrasah dengan mendirikan Madrasah Tsanawiyah pada sekitar tahun 1960-an untuk melanjutkan jenjang Madrasah Ibtidaiyah yang sudah ada. Pada sekitar tahun 1980-an beliau juga mendirikan asrama untuk santri putri Pondok pesantren Manbaul Futuh.
Di tangan beliau, pondok dan madrasah semakin maju baik secara kualitas maupun kuantitas. Di masyarakatpun beliau termasuk ulama sepuh yang disegani dan dihormati, karena pergaulan dan akhlaknya yang patut dijadikan contoh.
3. Penerus Beliau
3.1 Anak-anak beliau menjadi penerus perjuangan di antaranya:
- KH.M.Hafash Hisyam (menikah dengan Hj. Fatimah)
- Hj. Amimah (menikah dengan KH. Rowi Masyhuri)
- Hani’ah (menikah dengan KH. M.Masram Shofwan)
- KH. Abd.Hanan (menikah dengan Hj. Nur Fauziyah)
- Nadhiroh (menikah dengan KH. Luluk Farozi)
- Mun’imah (menikah dengan Ali Ihsan)
4. Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1 Karier Beliau
Selain sebagai pengasuh pesantren Manbaul Futuh beliau juga aktif di Nahdlatul Ulama sebagai pengurus cabang pertama bersama dengan KH. Husein Hasan (Pengasuh Pondok Huffadh Jenu) pada tahun 1928. Bahkan di Kabupaten Tuban ini Pengurus Cabang NU yang pertama adalah di Jenu. Maka, kemudian muncullah anekdot JeNU, Jelas NU.
5. Referensi
https://123dok.com/