Biografi KH. Luthfi Ahmad Pengasuh Pesantren Madinatul Ulum, Jember

Daftar Isi

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.3  Riwayat Keluarga

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Mengembara Menuntut Ilmu
2.2  Guru-Guru

3.    Penerus
3.1  Anak-anak
3.2  Murid-murid

4.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1  Mengasuh Pesantren
4.2  Karier Beliau

5.   Referensi

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
KH. Muhammad Luthfi Ahmad, lahir di Jember 2 Januari 1965, bersuku Madura, berkulit matang agak gelap, tinggnya sekitar 165 cm, badannya tegap, penampilan dan tutur katanya kelam tetapi tegas, sehingga memancarkan sinar kewibawaan seorang kyai yang kharismatik.

Kakek KH. Muhammad Luthfi Ahmad bernama KH. Ali Wafa atau KH. Abdul Aziz (almarhum) ayahanda dari KH. Abdul Aziz adalah KH. Abdul Hamid, Banyuanyar, dan KH. Abdul Hamid adalah masih keluarga dari KH. Ahmad Kholil, Bangkalan Madura, dan KH. Ahmad Kholil masih keturunan dari keluarga besar Sunan Ampel.

Sehingga KH. Muhammad Lutfi Ahmad berhak menyandang gelar “Raden” namanya seharusnya tertulis KHR. Muhammad Luthfi Ahmad. Namun KH. Muhammad Lutfi Ahmad tidak berkenan menggunakan gelar tersebut dan merasa malu menyandang gelar tersebut, yang terpenting menurutnya adalah perbuatan bukan gelarnya

1.2 Riwayat Keluarga
KH. Muhammad Luthfi Ahmad menikah seorang wanita sholehah yang bernama Nyai Hajjah Mukarromah dan dikaruniai empat anak, di antaranya Saidatus Sholihah, bernama Fatimatus Zahro, Muhammad Abdul Hamid, Muhammad Syamil Basayif.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1 Mengembara Menuntut Ilmu

Semasa mudanya KH. Muhammad Luthfi Ahmad tidak sempat menikmati pendidikan formal, tetapi beliau memegang ijazah SD dan Madrasah Aliyah “Al-Khozini”, Buduran Sidoarjo juga ikut ujian persamaan Madrasah Aliyah. Pendidikan pondok pesantren diperoleh dari keluarganya yaitu Pondok Pesantren Al-Wafa dibawah asuhan ayahandanya, dan pamannya Ayahandanya dalam mengasuh selalu memberi tantangan maju dan berani, selama KH. Muhammad Lutfi Ahmad menjadi santri juga mendapat tugas untuk mengajar pada santri lainnya.

Pada tahun 1985 KH. Muhammad Lutfi Ahmad mondok di Pondok Pesantren “An Nur” Mumbulsari untuk nmemperdalam ilmu Falaq, Balaqhah dan Faraid dibawah asuhan pamannya selama tiga bulan, dan pada tahun 1986-1987, ia melanjutkan mondok di\Pondok Pesantren “Al- Khozini”, Buduran Sidoarjo yang diasuh oleh KH. Abdul Mujib, disamping menjadi santri juga mendapat kepercayaan dari KH. Abdul Mujib untuk membantu mengajar Ushul Fiqh dan Ilmu Falaq.

Sekalipun KH. Muhammad Luthfi Ahmad dari keluarga kiai, selama menjadi santri di Pondok Pesantren “Al- Khozini” juga mengabdi secara penuh baik lahir maupun batin, sehingga berkenan mengerjakan pekerjaan yang bersifat kasarpun beliau selalu meaksanakannya misalnya tukang kayu maupun pekerjaan lainnya. KH. Muhammad Luthfi Ahmad (muda) memilik semangat belajar yang sangat tinggi secara mandiri (autodidak), Sejarah, Ilmu Falaq dan lain-lainya.

2.2 Guru-Guru:

  1. KH. Ahmad Said
  2. KH. Abdul Kholiq
  3. KH. Abdul Mujib Abbas

3. Penerus Perjuangan

3.1  Anak-anak

  1. Saidatus Sholihah
  2. Fatimatus Zahro
  3. Muhammad Abdul Hamid
  4. Muhammad Syamil Basayif

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah

4.1 Mengasuh Pesantren
Setelah wafatnya KH. Ahmad Said, pondok pesantren diwariskan kepada putra pertama beliau yakni KH. Muhammad Luthfi Ahmad, pada tahun 2001
pondok pesantren ini resmi dibadan hukumkan oleh KH. Muhammad Luthfi Ahmad dengan Akte Notaris No. 08 Tanggal 05 Februari 2001 Soesanto Adi
Poernomo, SH. Jember.

KH. Muhammad Luthfi Ahmad sebagai pewaris, pengasuh, pemilik dan juga pengembang Pondok Pesantren Madinatul Ulum, dan dalam mengelola pondok pesantren memilik otoritas yang sangat tinggi dengan sistem menejemen yang bersifat personal. Sekalipun demikian KH. Muhammad Lutfi Ahmad bersifat terbuka dalam artian demokratis dengan pihak lain. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya beberapa orang ustad yang berasal dari lingkungan pondok pesantren, namun bukan keluarga mereka itu ialah Ustadz As’ad (almarhum) dari dusun Darungan (Cangkring) yang mengajar kitab ilmu alat setelah Dzuhur dan Ustadz Mahfud dari Cangkring, Ustadz Abdul Latif, Ustadz Abdul Mannan dan lain-lain, selain mereka, KH. Muhammad Lutfi Ahmad juga mendatangkan ustadz yang ahli dalam bidang Qiroatul Qur’an dan bahasa Arab untuk mengajar para santri Pondok Pesantren Madinatul Ulum.

KH. Muhammad Lutfi Ahmad juga mengajar kitab hadis, tafsir dan fikih, setelah sholat Isyak dan Subhuh. KH. Muhammad Luthfi Ahmad membekali para santrinya (bagi yang berminat) dengan berbagai keterampilan, sehingga bisa bekerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarkat (LSM) Paramitra. Keterampilan yang diberikan berupa: otomotif, mesin, servis elektro, bengkel, las, firniture, jahit-menjahit, bordir, desain, pengecatan dan lain-lain. Selain dari pada itu santrinya juga diikutkan program belajar paket A maupun B.

Kegiatan keterampilan dan program paket A dan B lebih banyak diikuti para pemuda diluar pondok pesantren, dan mereka sebagian besar menetap didalam pondok pesantren selama mereka didalam pendidikan ketermpilan maupun program paket A dan B, sehingga jumlah santrinya dalam waktu singkat meningkat menjadi lebih dari 300 orang. Kegiatan keterampilan dan program paket A dan B dalam satu priodenya membutuhkan waktu 9 bulan

4.2 Karier Beliau

  1. Anggota DPR pusat
  2. Anggota MPR RI priode 1999-2004
  3. Pengasuh pesantren

5. Referensi
Diolah dan dikembangkan dari data-data yang dimuat di situs:

https://digilib.uinkhas.ac.id

https://www.laduni.id/post/read/525693/biografi-kh-luthfi-ahmad-pengasuh-pesantren-madinatul-ulum-jember.html