Biografi KH. Muhammad Romli Tamim, Pencipta Wirid Istighotsah

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru

3.    Penerus
3.1  Murid-Murid

4.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1  Mendirikan Pesantren

5.    Pencipta Wirid Istighotsah
6.    Karya-Karya
7.    Karomah
8.    Referensi

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
KH. Muhammad Romli Tamim, lahir tahun 1888 di Bangkalan Madura, merupakan putra ketiga dari empat bersaudara, dari KH. Tamim Irsyad. Saudara-saudaranya antara lain Muhammad Fadlil, Siti Fatimah, dan Umar Tamim. Sejak kecil, diboyong oleh orang tuanya ke Peterongan Jombang.

1.2 Keluarga
Setelah lama mengabdi di Pesantren Tebuireng, KH. Muhammad Romli Tamim diambil sebagai menantu oleh KH. Hasyim Asy’ari yang dinikahkan dengan putri beliau yakni Nyai Izzah binti Hasyim pada tahun 1923 M. Namun pernikahan ini tidak berlangsung lama. Nyai Izzah kemudian menikah lagi dengan Kyai Idris Kamali.

Seusai pengabdiannya di Tebuireng dan setelah merasa gagal pada pernikahannya yang pertama beliau nikah lagi dengan putri Desa Besuk Jombang yang bernama Nyai Maisyaroh.

1.3 Wafat
KH. Muhammad Romli Tamim wafat pada 16 Ramadhan 1377 H atau 6 April 1958 M di Rejoso. Sebulan sebelumnya, Pesantren Darul Ulum meratapi kepergian KH. Dahlan pada 16 Maret 1958. Tahun 1961, KH. Ma’sum Kholil juga wafat, menandai akhir era kepemimpinan Tiga Serangkai Kyai Rejoso.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
Di masa kecilnya, KH. Muhammad Romli Tamim belajar ilmu dasar agama dan Al-Qur’an dari ayahnya dan kakak ipar, KH. Kholil yang membawa Thariqah Qodiriyah wa Naqsyabandiyah di Rejoso. Kemudian, Kyai Romli pergi ke Madura untuk belajar kepada guru ayahnya, yakni Syaikhona Kholil Bangkalan, di mana beliau mendalami berbagai ilmu agama, termasuk alat nahwu shorof dan tasawuf.

Setelah belajar di bawah bimbingan Syaikhona Kholil Bangkalan, KH. Muhammad Romli Tamim melanjutkan belajar ilmu agamnya di Pesantren Tebuireng di bawah Hadratusyaikh KH. Hasyim Asy’ari. saat usianya 25 tahun. Kemampuan dan ketawadhuannya membuat KH. Hasyim Asy’ari menghargainya dan meminta Kyai Romli untuk mengajar di pesantren tersebut serta menjabat sebagai Lurah Pondok. Pada tahun 1919, Kyai Romli melanjutkan studi ke tanah suci Makkah selama satu tahun, setelah kembali, gelar kyai melekat erat pada namanya (KH. Mohammad Romli Tamim)

2.2 Guru-Guru
1. KH. Tamim Irsyad (ayah),
2. KH. Kholil (kakak ipar),
3. Syaikhona Kholil Bangkalan,
4. Hadratusyaikh KH. Hasyim Asy’ari.

3. Penerus

3.1 Murid-Murid
Di antara murid-murid beliau yang terkenal dan menjadi kyai besar ialah:
1. KH. Muhammad Abbas (Buntet Cirebon),
2. KH. Muhammad Utsman Ishaq (Sawahpuluh Surabaya),
3. KH. Shonhaji (Kebumen),
4. KH. Imron Hamzah (Sidoarjo).
5. Hadhratussyaikh KH. M. Utsman bin Nadi Al-Ishaqi
6. KH. Khozin Yahya, Pengasuh Pesantren Raudlatul Ulum Malang
7. KH. Sholeh Qosim, Pengasuh Pondok Pesantren Ismailiyah Sidoarjo
8. Syekh Imam Muhadi
9. KH. Hasan Saifourridzall, Pengasuh Pesantren Genggong
10. KH. Maksum Rejoso, Pengasuh Pesantren Darul Ulum Rejoso, Jombang
11. KH. Nur Salim Lamongan
12. KH. M. Munawwir Musthofa Al-Mursyid
13. KH. Abdul Kholiq Afandi
14. KH. Imron Hamzah

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah

4.1 Mendirikan Pesantren
KH. Muhammad Romli Tamim pulang ke rumah orang tuanya di Rejoso Peterongan. Di sana bersama keponakannya, KH. Dahlan Kholil. Kyai Romli dan Kyai Dahlan Kholil bahu-membahu mengembangkan Pondok Pesantren Darul Ulum pada tahun 1939. Tidak lama kemudian Adik Kyai Dahlan, Kyai Ma’sum pulang dari Makkah, terbentuklah istilah Tiga Serangkai Kyai Darul Ulum.

5. Pencipta Wirid Istighotsah
Kata Istighatsah adalah bentuk masdar dari fi’il madli “Istaghotsa” yang berarti mohon pertolongan. Secara terminologis, Istighotsah berarti bacaan wirid tertentu yang dibacakan untuk meminta pertolongan kepada Allah SWT atas segala problematika kehidupan yang dihadapi.

Di kalangan masyarakat khususnya kaum Nahdliyyin, istighotsah baru dikenal luas pada tahun 1990-an. Di Kalangan murid tarekat, khususnya Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah. Dalam tradisi NU istighotsah menjadi salah satu ajaran yang diamalkan secara rutin dalam banyak kesempatan. Tak banyak yang tahu bahwa penyusun amalan fenomenal ini adalah KH. Romli Tamim. Peran KH. Romli tak bisa dipungkiri dalam khazanah tradisi ke-NU-an. Bahkan umat Islam seluruh Indonesia mengenal dan hafal bacaan wirid itu.

Susunan (tartib) istighotsah terangkum dalam kitab karangan beliau “Al-Istighotsah bi Hadrati Rabb Al-Bariyyah” (tahun 1951). Kemudian pada tahun 1961 diterjemah ke dalam bahasa Jawa oleh putranya KH. Musta’in Romli. KH. Romli menyusun kitab ini tidak lain adalah dalam kapasitas sebagai seorang Mursyid tarekat besar. Namun agaknya terlalu remeh jika tujuan itu melatarbelakangi karangan beliau.

Geliat perkembangan dunia dan kemajuan teknologi tak pelak membuat manusia menjadi hedonis, komsumeris, dan statis. Untuk itu KH. Romli mengajak umat muslim sejenak di tengah kemelut duniawi mengingat Allah dalam lantunan-lantunan dzikir yang beliau susun. Kaum Nahdliyin patut bertawasul secara khusyu’ pada KH. Romli Tamim, sebab tarekat yang beliau kembangkan adalah oase di tengah panasnya dunia dengan berbagai kemelut duniawi.

6. Karya-Kraya
Disamping seorang mursyid, KH. Romli juga produktif dalam menulis kitab. Di antara kitab-kitab karangan beliau ialah:
– Al Istighotsah bi Hadrati Rabbi Al-Bariyyah,
– Tsamratu Al Fikriyah,
– Risalah Al Waqi’ah,
– Risalah Ash Shalawat An-Nariyah.

7. Karomah
Tanah Liat menjadi Bom
Salah satu karomah KH. Muhammad Romli Tamim yang banyak diriwayatkan oleh para Kyai diantaranya adalah saat berkecamuknya perang melawan sekutu yang diboncengi NICA pada bulan November 1945. Alkisah, di zaman pertempuran melawan sekutu berkecamuk kembali di Tanah Air, tepatnya pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, beliau menggerakkan santri-santri untuk maju perang di barisan komando Hadratussyekh KH. Hasyim Asy’ari, yang juga guru sekaligus mertua beliau.

Beliau sendiri turut terjun ke medan tempur saat itu. Sebelumnya para santri diberi minuman dan dibekali kepalan-kepalan tanah liat yang telah diasma’i. Konon, setiap kepalan tanah liat itu dilemparkan, akan bereaksi seperti bom yang meluluh lantakkan musuh. Dan seperti kita ketahui bersama, kemenangan berhasil diraih para pejuang Hizbullah saat itu.

Menjadi Imam Shalat walau di dalam Penjara
Di lain kesempatan, konon KH. Romli pernah di tahan oleh penjajah, namun anehnya setiap shalat jamaah di Pondok Njoso akan dimulai, beliau selalu hadir dan mengimami shalat, namun kemudian kembali lagi. Hal inilah yang pada akhirnya menggemparkan para penjajah saat itu. Karena keanehan KH. Romli saat itu mengundang simpati besar masyarkat yang ingin setiap hari berdatangan mengunjungi beliau di penjara. Beliaupun dibebaskan oleh penjajah.

Lain lagi tentang bioskop yang konon pernah ada di sekitar pasar Peterongan. Karena keberadaan bioskop itu menjadi ajang maksiyat dan sangat meresahkan masyarakat, hingga banyak yang mengadukan hal itu kepada beliau. Beliau hanya berpesan untuk melemparkan beberapa butir batu ke halaman bioskop tersebut. Konon beberapa waktu kemudian bioskop tersebut bangkrut dan tutup dengan sendirinya.

8. Referensi
Diolah dan dikembangkan dari data-data yang dimuat di situs: NU Online

Artikel ini sebelumnya dibuat pada tanggal 5 November 2020 dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa pada tanggal 6 April 2024.

https://www.laduni.id/post/read/58613/biografi-kh-muhammad-romli-tamim-pencipta-wirid-istighotsah.html