Daftar Isi
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
1.2 Wafat
1.3 Riwayat Keluarga
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1 Mengembara Menuntut Ilmu
2.2 Guru-Guru Beliau
2.3 Mendirikan Pondok Pesantren
3. Penerus Beliau
3.1 Anak-anak Beliau
4. Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1 Jasa-jasa Beliau
4.2 Karier Beliau
5. Referensi
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
KH. Muhammad Yusuf dilahirkan di Kampung Cipangkurang, Desa Sumurbandung, Kecamatan Cikukur, Kabupaten Lebak, pada tanggal 2 Juni 1920. Beliau putra kedua dari lima bersaudara, yaitu Sudjai (aim), Muhammad Yusuf, Suhaeni, Suhenda, K.H. Roiyah, dan K.H.M. Samsuri (di Lampung). Ayahnya bernama KH. Mukri dan ibunya Hj. Siti Saodah.
1.2 Wafat
Seiring bertambahnya usia kesehatan KH. Muhammad Yusuf menurun dan pada 26 Juli 2008, beliau wafat. Makam beliau di samping Pondok pesantren Wasilatul Falah, Kampung Pasir Suka-rayat, Kelurahan Muara Ciujung-Rangkasbitung.
1.3 Riwayat Keluarga
KH. Muhammad Yusuf menikahi seorang wanita sholehah bernama Siti Mariam, mereka dianugerahi beberapa anak,
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.2 Guru-Guru Beliau
2.3 Mendirikan Pondok Pesantren
Pada 1965, KH. Muhammad Yusuf Lebak bersama sang istri merintis pendirian Pondok Pesantren Salafi di Kampung Pasir Sukarayat, Kelurahan Muara Ciujung Timur, Rangkasbitung. Pondok Pesantren tersebut merupakan cikal bakal pengembangannya ke dunia pendidikan formal, seperti mendirikan Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Wasilatul Falah yang hingga saat ini terus dikembangkan untuk meningkatkan SOM umat muslim.
3. Penerus Beliau
3.1 Anak Beliau
Ahmad Rivai
4. Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1 Jasa-jasa Beliau
Mendirikan NU Lebak
Tahun 1948, KH. Muhammad Yusuf kembali memperdalam agama Islam di Kecamatan Menes. Dari sinilah karier KH. Muhammad Yusuf khususnya di bidang sosial mulai naik. Rekannya, KH. Ahmad Satibi memperkenalkan KH. Muhammad Yusuf dengan tokoh-tokoh ulama NU di Menes, seperti KH. Junaedi Yasin (ketua Tanfidziyah) dan KH. Ahmad Asrari Khatib Syuriyah yang disebut sebagai cabang NU Pandeglang. Semenjak berhubungan dengan tokoh-tokoh NU di Menes beliau menjadi sering berkunjung ke Menes untuk berceramah.
Tahun 1951-1955 Muhammad Yusuf menekuni pekerjaannya sebagai pengajar di Madrasah Mathlaul Ulum di Kampung Langgana, Desa Parage, Kecamatan Warunggunung di bawah pimpinan KH. Ahmad Syauqi. Pada Mei 1953, para anggota NU mengadakan muktamar di Surabaya. Yang berangkat adalah KH. Ahmad Syatibi (ketua Tanfidziah NU Majelis wakil Cabang Warunggunung dengan KH. Muhammad Yusuf) Wakil KWTU Syariat NU Kecamatan Warunggunung membawa mandat dari cabang NU Menes (Pandeglang). Muktamar NU di Surabaya tersebut menentukan dan memutuskan bahwa NU menjadi partai politik dan keluar dari Masyumi. Selesai Muktamar di Surabaya, KH . Akhmad Syatibi dan KH. Muhammad Yusuf
dilibatkan untuk membentuk cabang NU Lebak.
Awal tahun 1955, Partai Masyumi dibubarkan oleh Presiden Soekarno, sejak itu P. Suyuti sebagai pimpinan Masyumi dengan KH. J Lasanudin bergabung dengan NU. Pada tahun itu pula Pemilu pertama dilaksanakan dengan NU memperoleh dua orang wakil di DPRD Kabupaten Lebak, yaitu
P. Husein dan P.H. Makudi.
Selanjutnya, atas permintaan Abuya Harun dan KH. H. M. Yusuf diminta untuk duduk di pengurus NU Lebak, dan selanjutnya KH. Muhammad Yusuf ditugaskan untuk mengajar di Madrasah Ranca Pinang menggantikan Ustad Sarman yang pindah ke Leuwi Damar. Ketika mengajar di Ranca Pinang.
4.2 Karier Beliau
- Pengasuh pesantren
- Pengurus NU Lebak
- Memimpin Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Lebak.
5. Referensi
https://generasisalaf.wordpress.com/