Biografi KH. Muntaha Al-Hafizh, Pendiri Universitas Sains Al-Qur’an (UNSIQ) Wonosobo

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Menjadi Pengasuh Pesantren
3.2  Mendirikan Lembaga Pendidikan

4.    Teladan
5.    Karomah
6.    Karya-Karya
7.    Chart Silsilah Sanad

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
KH. Muntaha Al-Hafizh atau akrab dipanggil Mbah Muntaha lahir pada tanggal 9 Juli 1912 M. di Desa Kalibeber, Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo, beliau merupakan putra ketiga dari KH. Asy’ari bin Kyai Abdurrahim bin Kyai Muntaha bin Nida Muhammad. Ibunda KH. Muntaha yakni Nyai Hj. Safinah. Saudara Kandung KH. Muntaha yakni:

  1. KH. Mustangin,
  2. KH. Murtadho,
  3. KH. Muntaha,
  4. KH. Mudastsir,
  5. Nyai Hj. Maziyah.

1.2 Wafat
KH. Muntaha Al-Hafizh wafat di RSU Tlogorejo Semarang, pada Hari Rabu, 29 Desember 2004 dalam usia 94 tahun.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
Kyai Muntaha lahir di lingkungan Pesantren, Kyai Muntaha banyak memperoleh didikan agama langsung dari sang Ayah dan Ibundanya seperti membaca Al-Qur’an dan ilmu-ilmu ke-Islaman. Kedua orang tuanya memang dikenal sangat telaten dan sabar dalam mendidikan putra-putrinya.

Selanjutnya dari Kalibeber, Kyai Muntaha memulai perjalanan menuntut ilmunya ke berbagai pesantren di tanah air. Kyai Muntaha sebagaimana umumnya santri di zaman itu, berkenala untuk mencari ilmu dari pesantren ke pesantren lainnya.

Ada satu hal sangat menarik berkait dan dengan proses pencarian ilmu Kyai Muntaha saat berusia belia. Ketika Kyai Muntaha berangkat menuntut ilmu ke Pesantren KaliwunguPesantren Krapyak, dan Pesantren Tremas, selalu menempuh perjalanan dengan cara berjalan kaki. Melakukan riyadhah demi mencari ilmu semacam itu dilakukan Kyai Muntaha dengan niatan ikhlas demi memperoleh keberkahan ilmu.

Di setiap melakukan perjalanan menuju Pesantren, Kyai Muntaha selalu memanfaatkan waktu sambil mengkhatamkan (menamatkan membaca) Al-Qur’an saat beristirahat untuk melepas lelah. Kisah ini menunjukkan kemauan keras dan motivasi spiritual yang tinggi yang dimiliki Kyai Muntaha dalam mencari ilmu.

2.2 Guru-Guru

  1. KH. Asy’ari (ayah),
  2. KH. Utsman Kendal,
  3. KH. Dimyathi Tremas,
  4. KH. M. Munawwir Krapyak.

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah

3.1 Menjadi Pengasuh Pesantren
Setelah berkenalan dari berbagai pesantren, Kyai Muntaha kembali ke Kalibeber pada tahun 1950 M. Beliau kemudian meneruskan kepemimpinan ayahnya dalam mengembangkan Pesantren Al-Asy’ariyyah di desa kelahirannya, Kalibeber, Wonosobo. Di bawah kepemimpinan Kyai Muntaha inilah, Pesantren Al-Asy’ariyyah berkembang pesat. Berbagai kemajuan signifikan terjadi masa ini.

3.2 Mendirikan Lembaga Pendidikan
KH. Muntaha Al-Hafizh berhasil mengembangkan ide di dunia pendidikan di bawah naungan Yayasan Al-Asy’ariyah. Yayasan tersebut menaungi beberapa jenjang pendidikan, yakni:

  1. Taman Kanak-kanak (TK) Hj. Maryam,
  2. Madrasah Diniyah Wustho (Pendidikan Islam tingkat menengah),
  3. ‘Ulya (Tingkat atas),
  4. Madrasah Salafiyah (Pendidikan Islam yang mengkaji kitab klasik) Al-Asy`ariyyah,
  5. SMP dan SMU Takhassus (khusus) Al-Qur’an,
  6. SMK Takhassus Al-Qur`an,
  7. Universitas Sains Al-Qur`an (UNSIQ).

Khusus Perguruan Tinggi UNSIQ berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (YPIIQ). Sebelumnya, YPIIQ telah membangun Institut Islam Al-Qur’an (IIQ) pada tahun 1988 M. yang dipimpin langsung oleh KH. Muntaha sebagai rektor, sebelum akhirnya berubah menjadi Universitas Sains Al-Qur’an (UNSIQ) melalui Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional RI Nomor: 87/D/0/2001 pada bulan Juni 2001.

Selain menerapkan idenya dalam mengembangkan Yayasan Al-Asy’ariyah dari luar (pembangunan), KH. Muntaha juga telah mengembangkan yayasan tersebut dari dalam (kurikulum). beliau menekankan perlunya penguasaan bahasa untuk bisa menjelaskan isi dan kandungan Al-Qur’an kepada masyarakat luas (internasional).

Tidak hanya bahasa Indonesia dan bahasa Arab saja yang saat ini lazim digunakan dalam dunia pendidikan Islam, melainkan juga mencakup bahasa Inggris, Tiongkok, Jepang, dan lain-lain, yang saat ini telah dipraktikkan oleh para santri, siswa, dan mahasiswa di Yayasan Al-Asy’ariyah, mulai dari Pondok Pesantren Al-Asy’ariyah hingga Universitas Sains Al-Qur’an (UNSIQ).

4. Teladan
Kecintaan KH. Muntaha terhadap Al-Qur’an sebenarnya berawal dari kecintaan ayahandanya, KH. Asy’ari Wonosobo terhadap Al-Qur’an. Dalam usia relatif muda yakni 16 tahun, KH. Muntaha telah menjadi seorang hafidz (orang yang hafal) Al-Qur’an. Sebenarnya gelar bagi penghafal Al-Qur’an adalah Al-Hamil tapi entah sejak kapan di Indonesia gelar bagi penghafal Al-Qur’an adalah Al-Hafidz.

Hampir seluruh hidup KH. Muntaha didedikasikan untuk mengamalkan dan mengajarkan nilai-nilai Al-Qur’an kepada para santrinya dan juga pada masyarakat umumnya. Dalam kesehariannya, KH. Muntaha selalu mengajar para santri yang menghafalkan Al-Qur’an. Para santri selalu tertib dan teratur satu per satu memberikan setoran hafalan kepada KH. Muntaha Al-Hafidz.

Sepanjang hidup KH. Muntaha, Al-Qur’an senantiasa menjadi pegangan utama dalam mengambil berbagai keputusan, sekaligus menjadi media bermunajat kepada Allah SWT. KH. Muntaha tidak pernah mengisi waktu luang kecuali dengan Al-Qur’an.

Sering KH. Muntaha membaca wirid atau membaca ulang hafalan Al-Qur’an di pagi hari seraya berjemur di serambi rumahnya. Menurutnya, wirid dan dzikir yang paling utama adalah membaca Al-Qur’an. Itulah sebabnya, KH. Muntaha Al-Hafidz selalu menasehati para santrinya untuk mengkhatamkan Al-Qur’an paling tidak seminggu sekali.

Kecintaan KH. Muntaha Al-Hafidz terhadap Al-Qur’an juga diwujudkan melalui pengkajian tafsir Al-Qur’an, dengan menulis tafsir maudhu’i atau tafsir tematik yang dikerjakan oleh sebuah tim yang diberi nama Tim Sembilan yang terdiri dari sembilan orang ustadz di Pondok Pesantren Al-Asy’ariyyah dan para dosen di Institut Ilmu Al-Quran (sekarang UNSIQ) Wonosobo. Gagasan KH. Muntaha Al Hafidz tentang penulisan tafsir ini mengandung maksud untuk menyebarkan nilai-nilai Al-Qur’an kepada masyarakat luas.

5. Karomah
Banyak tokoh pemimpin Negeri ini yang menyempatkan datang ke desa Kalibeber yang terletak di pegunungan Dieng untuk sowan kepada KH. Muntaha. Di Antara mereka misalnya, KH. Abdurrahman Wahid, Wiranto, dan Akbar Tanjung. KH. Muntaha adalah pendiri Institut Ilmu Al Qur’an (IIQ) Wonosobo yang pada waktu berdirinya memiliki 3 Fakultas, yaitu Tarbiyah, Dakwah, dan Syari’ah. Atas prakarsa KH. Muntaha, IIQ sekarang telah berubah nama menjadi Universitas Sains Al-Qur’an (UNSIQ) Wonosobo yang memiliki Fakultas- Fakultas umum.

Sejak IIQ di dirikan (1988 M) sampai tahun 2001, KH Muntaha Al-Hafidz menjabat sebagai rektor IIQ Wonosobo. Begitulah KH. Muntaha Al Hafidz adalah seorang kyai pesantren yang memiliki komitmen tinggi terhadap pendidikan Al-Qur’an. Dan di sisi lain, masyarakat percaya bahwa beliau memiliki beberapa Karomah, termasuk kisah kisah yang Khoariqul ‘adat.

Kisah aneh ini berikut dituturkan oleh KH. Habibullah Idris yang menemani KH. Muntaha Al-Hafizh ketika beliau berkunjung ke beberapa negara di Timur Tengah, yakni Arab Saudi, Iraq, Iran, Syiria, Turki, Mesir, dan Abu dhabi.

Malam hari setelah shalat isya. Di madinah, setelah melepas lelah dan istirahat di pemondokan, KH. Muntaha Al-Hafizh tertidur. Selepas tidur beliau bangun malam. Jam dinding menunjukkan sekitar pukul 23.00 waktu setempat.

KH. Habibullah Idris menuturkan sehabis bangun tidur malam itu, KH. Muntaha Al-Hafizh mengambil air wudhu dan bergegas pergi menuju keluar. Tentu saja KH. Habib mengikuti kemana KH. Muntaha akan pergi. Apalagi beliau pergi malam hari. “Mau pergi kemana Mbah?”, “menuju makam Rasulullah,” jawab Mbah Mun singkat. Mengetahui Mbah Muntaha akan pergi ke makam Nabi Muhammad Saw. KH. Habib bermaksud mencegah.

Setiap orang tahu bahwa makam Nabi Muhammad yang terletak di Masjid Nabawi itu jika malam hari senantiasa dikunci dan dijaga oleh petugas keamanan yang selalu menjaga dengan tegas. KH. Muntaha tetap saja pergi malam itu menuju Makam. Bahkan, seperti duko (jawa halus marah) terhadap KH. Habib yang mencegahnya.

Akhirnya, KH. Habib pun mengikuti di belakang Mbah Muntaha.“Bagaimana akan menuju makam Nabi malam-malam seperti ini? Pintunya pasti terkunci dan di jaga petugas yang tidak segan-segan memukul dengan pentungan di tangannya,”pikir KH. Habib dalam hati.

Akan tetapi ditepiskannya keinginan untuk mencegah Mbah Mun. Dan KH. Habib terus mengikuti dari belakang Mbah Mun. Ternyata, Mbah menuju ke salah satu mkam Nabi. Yang mengherankan, pintu Makam Nabi tersebut ternyata kini terbuka lebar tidak ada yang menjaganya.

Padahal sungguh sesuatu hal yang mustahil apabila pintu itu terbuka lebar, apalagi tidak terjaga oleh petugas. Dalam ketakjuban KH. Habib mengikuti KH. Muntaha menuju makam Nabi. Lama Mbah Mun terdiam. Kemudian, KH. Habib menyaksika KH. Muntaha menangis di hadapan makam Nabi.

Barangkali KH. Muntaha sedang berhadapan dengan Nabi yang sebenarnya? Dan di situ Mbah Mun menjalankan shalat malam hingga waktu Shubuh menjelang. Ya, mengapa pintu makam Nabi yang biasanya selalu terkunci dan di jaga pada malam hari, bisa terbuka lebar untuk KH. Muntaha?

6. Karya-Karya
KH. Muntaha Al-Hafizh ikut memberi sumbangan dalam pemikiran Islam dengan membentuk “Tim Sembilan” yang terdiri dari Kyai-kyai muda dari Pondok Pesantren Al-Asy’ariyah, yang bertujuan untuk menyusun Tafsir Al-Maudhu’i (tematik) dalam bahasa Indonesia. Kitab tafsir ini terdiri dari sembilan jilid, dengan tema-tema sebagai berikut:

  1. Agama-agama (Adyan),
  2. Akidah (Al-Aqidah),
  3. Akhlak (Al-Akhlaq),
  4. Ibadah (Al-Ibadah),
  5. Sistem Kemasyarakatan (An-Nizam Al-Ijtima’i),
  6. Jinayah (Al-Jinayah),
  7. Politik dan Tata Negara (As-Siyasah wa An-Nizham Ad-Dauli),
  8. Ekonomi (Al-Iqtishadi),
  9. Kisah-kisah (Al-Qashash).

7. Chart Silsilah Sanad
Berikut ini chart silsilah sanad guru KH. Muntaha Al-Hafizh dapat dilihat DI SINIdan chart silsilah sanad murid beliau dapat dilihat DI SINI.

Artikel ini sebelumnya diedit pada tanggal 29 Desember 2022, dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa pada tanggal 29 Desember 2023.

https://www.laduni.id/post/read/66461/biografi-kh-muntaha-al-hafizh-pendiri-universitas-sains-al-quran-unsiq-wonosobo.html